Pola hidupku sederhana : sendirian ke mana-mana.
ㅡㅡㅡ
“KAMI permisi, Non.”
Tak ada respon.
ART itu kemudian memperhatikan Beryl dan tuan mudanya yang saling menatap satu sama lain. “Non?” panggil wanita itu sekali lagi, membuat Beryl salah tingkah.
Bruk!
Beryl mengaduh. Tubuhnya dengan keras mencium ubin dingin kamarnya. Kejadian sore tadi benar-benar mengacaukan pikirannya bahkan hingga menjalar mengacaukan mimpinya.
Beryl mengerang frustasi.
Ia terjatuh dari posisi semula saat ia sedang mengerjakan tugas sekolah di meja belajarnya dan tiba-tiba kantuk menyerangnya. Kemudian rangkaian peristiwa hinggap dalam dimensi mimpinya. Sampai sebuah ciuman ubin menarik paksanya kembali pada realita.
Sebuah selang waktu cukup menarik.
Beryl melirik jam di meja belajarnya, pukul 7 PM. Beryl tersenyum tipis, entah apa alasannya. Kemudian ia beranjak ke kamar mandi dan berganti pakaian, berniat ke minimarket terdekat untuk membeli camilan. Beryl terdiam, senyumnya pudar kala melihat suasana rumahnya yang selalu sama, kosong. Rasanya seperti tinggal seorang diri.
Menghela napas, kemudian dipasangnya bluetooth earphone ke telinga dan diambilnya skuter listrik miliknya yang ada di garasi, tak lupa mengunci pintu dan gerbang rumahnya kemudian melenggang berangkat. Saat sampai di minimarket Beryl memarkirkan skuter kesayangannya di tempat aman dan tentu bisa ia pantau dari dalam minimarket.
Saat di rak makanan samar-samar Beryl mendengar ada yang memanggil namanya. “Ber?” Beryl mematikan lagu di earphone-nya dan menoleh, terkejut mendapati Kuker yang juga ada di situ.
Belum sempat Beryl dan Kuker membuka suara, ada suara lain yang berasal dari balik Kuker. “Apaan?” ketus Kuker pada adik perempuannya.
“Eh ada kak Beryl. Haii, kak,” sapa adik Kuker tak mengindahkan pertanyaan kakaknya.
Beryl tersenyum menatap anak SMP di depannya dan balik menyapa, kemudian beralih menatap Kuker. “Lo di sini juga? Beli apa?”
“Ini. Biasa, adek gue.”
Rosa terkekeh. “Maap ya kak kalau RosMah ngerepotin.”
Kuker tersenyum, hanya sepersekian detik kemudian ekspresinya berubah menjadi sangat datar. “Iya ngerepotin banget.”
Beryl mengerutkan kening. “Kok RosMah?”
Rosa mengangguk. “Waktu itu Mama lagi masak terus katanya tiba-tiba kepikiran nama singkatan buat aku. Kan nama aku Rosalia Maharani, kalau disingkat jadi Rosmah. Lebih singkat kan kak kalau dipanggil?”
“Astaghfirullah.”
Beryl menggeleng, tak habis pikir. Kuker ikut menggeleng. “Seandainya bisa pilih adik.”
Kuker melirik jam di pergelangan tangannya. “Kita duluan, ya?” Beryl mengangguk. Ia juga tersenyum seraya membalas lambaian tangan Kuker dan Rosa.
“Hati-hati.”
Setelah dirasa belanjaannya cukup, Beryl menuju kasir. Ia berdiri di belakang cowok jangkung yang terlihat merogoh sesuatu dalam saku celananya.
“Dompet gue mana?” gumam cowok itu.
Beryl terkejut saat tak sengaja melihat wajah orang yang berdiri di depannya. Orang itu Haydar, cowok yang hampir menabrak dirinya tadi sore.
Beryl maju, menyejajarkan diri dengan Haydar di depan kasir. “Ini mbak, sekalian sama punya masnya.” Beryl menunjuk minuman kaleng yang ingin dibeli Haydar.
Setelah membayar Beryl keluar dari minimarket dan menuju skuternya. Namun, sebuah tangan kekar namun lembut mencekal pergelangan tangannya. Beryl refleks menghempaskan tangan itu.
Nggak mahram woi!, kesalnya dalam hati.
“Lo pikir harga diri gue serendah itu? Lo pikir gue terima?”
Beryl menoleh.
“Itu lo terima.”
Beryl menunjuk minuman kaleng dalam genggaman Haydar.
Haydar melirik minuman dalam genggamannya, kemudian berdeham pelan. “Gue gak mau hutang balas budi. Ini gue kasih buat lo,” ujarnya seraya memberikan minuman itu pada Beryl, seolah Beryl yang meminta darinya.
“Gue ikhlas, ambil aja. Anggap itu permintaan maaf gue karena hampir lecetin mobil lo.”
“Lo pikir gue cowok apaan!?” seru Haydar tak terima. Nada bicaranya meninggi, terlihat jika ia sedang menahan amarah.
“Apaan?” tanya Beryl kalem.
Haydar melotot, kedua tangannya maju hendak mencakar wajah kalem Beryl, tapi ia sadar kalau Beryl perempuan. Kemudian ia menarik napas, mencoba sabar. “Gue gak mau bilang makasih, makasih gue mahal.”
“Gue gak minta lo bilang makasih,” ujar Beryl membuat Haydar melotot lagi.
Haydar mengacungkan jari telunjuknya ke depan wajah Beryl, memperingatkan. “Oh iya.”
“Jangan berharap kalau gue akan ajak lo pulang bareng dan anterin lo sampe rumah lo kayak yang di novel-novel fiksi kebanyakan.” Haydar menuju ke motor besarnya dan melaju meninggalkan Beryl begitu saja.
Apa sih ga jelas banget.
Saat akan kembali memasang earphone nya ke telinga, Beryl mengernyit, fokusnya teralihkan pada secarik kertas kecil warna merah muda yang sepertinya sengaja ditempelkan oleh seseorang di skuter miliknya.
________________________
For you, Baby Breath
Kompleks Hyacinth.
30° dihitung mundur
dari bayangan yang
hilang sesaat.________________________
“INI APA LAGI?!”
To be continued...
Big love,
![](https://img.wattpad.com/cover/177211527-288-k330970.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Science-Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...