28. TERPECAHNYA CLUE

591 66 4
                                    

Kehilanganmu membuat aku mengerti. Bahwa hatiku telah lama kamu curi.
                         


“ARUNA! SUDAH!” bentak Luna seraya menarik paksa putra sulungnya itu agar tak lagi menindih Haydar yang sudah berdarah di hidung dan sudut bibirnya.

Luna membantu Haydar bangun dan menatap kedua anaknya bergantian. “Bunda mau bicara sama kalian,” ujar wanita itu penuh penekanan.

Aruna mengusap darah di ujung bibirnya dan hendak berjalan keluar dari kamar Beryl. Namun, Luna lebih dulu menahan lengannya.

“Beryl di mana?” tanya Luna menahan amarah. Bukannya menjawab, Haydar dan Aruna justru diam tertunduk seraya mengusap darah di wajah mereka.

Haris yang baru saja keluar dari kamarnya mengernyit heran. Merasakan atmosfer ketegangan di antara istri dan kedua putranya yang saling terdiam. Beberapa saat berpikir, pria itu mulai mengerti. Ia menyambar kunci mobil dan berlari ke luar rumah, mencari Beryl.

Saat Aruna hendak ikut pergi, lagi-lagi Luna menahan. “Jelasin apa maksud semua ini.” Haydar dan Aruna menatap sesuatu yang ditunjuk Luna. Kotak stickynotes berisi clue, milik Beryl.

Luna menatap keduanya bergantian. “Ini sebenernya dari siapa?!” tanyanya tajam. Wanita itu yakin kalau kedua anaknya tau sesuatu tentang clue-clue aneh itu. Bukannya menjawab, Haydar dan Aruna justru saling menatap tajam.

“TERUS KENAPA KALIAN BERANTEM DI SINI!? APA YANG KALIAN LAKUIN DI KAMAR BERYL, HAH!?” bentak Luna yang sudah tak bisa menahan amarahnya. Tak habis pikir dengan perbuatan kedua putranya. Aruna dan Haydar masih terdiam, tak ada tanda-tanda akan menjawab.

Luna menghela napas. “Sekarang Beryl di mana?”

Ketiga pertanyaan wanita itu sama sekali tidak mendapat jawaban. Luna mendengus kasar. “Bunda tanya, Beryl di mana?”

“Sejak kita ke sini, Beryl udah nggak ada, Bund.”

Luna menoleh dan menatap Aruna tak percaya. “Kan Bunda udah suruh kalian buat jaga dia. Tadi kalian ke mana aja!?” Kali ini Aruna tak lagi menjawab, cowok itu justru beranjak pergi dari sana.

“Pertanyaan Bunda belum kamu jawab.”

Aruna menoleh sekilas dan melirik Haydar. “Bunda tanya saja ke dia,” dinginnya sebelum akhirnya benar-benar beranjak pergi dari sana.

Luna mengernyit bingung. Kenapa masalah ini jadi semakin rumit, pikirnya. Sebelum wanita itu bertanya lebih lanjut, Haydar lebih dulu berlari menyusul Aruna ke luar kamar. Bahkan seruan Luna pun tak digubris olehnya.

Sesampainya di teras, Haydar celingak-celinguk mencari keberadaan Aruna. Cowok itu berdecak melihat mobil Aruna yang sudah melaju cukup jauh.

Haydar mengeluarkan ponsel dari sakunya, kemudian menghidupkan layarnya dan mendapati satu pesan yang baru saja masuk sekitar satu menit yang lalu. Pesan dari nomor tak dikenal.

08×××
Jangan libatkan yang lain kalau tidak mau dia tersiksa.

Kemudian pesan selanjutnya masuk dari nomor yang sama. Pesan yang membuat Haydar membeku tiba-tiba.

08×××
Kemari atau mereka yang akan aku bawa pergi.

Haydar menggertakkan giginya. Dia coba telusuri di mana lokasi pemilik nomor itu. Tapi tidak bisa. Nomor itu sudah dinonaktifkan. Akhirnya Haydar memutuskan menelepon seseorang. Seseorang yang ia percaya.

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang