Aku sempat cemburu pada awan, yang seringkali kamu pandang dan kamu berikan senyuman.
ㅡ
“KAK, kakinya beneran nggak papa?” tanya Beryl untuk yang kesekian kalinya. Harusnya dia ke taman sendiri saja. Aruna tidak perlu menemaninya.“Gue udah bisa jalan dari dua bulan yang lalu.”
Beryl mengernyit. “Kok aku gak pernah lihat Kak Aruna jalan di rumah?” Aruna mengangkat bahu tak acuh. “Kaki lo udah nggak sakit?”
“Udah mendingan sih, Kak.”
Aruna mengangguk. “Lo suka ke taman?” Beryl menggeleng. “Nggak juga sih, aku lebih suka kebun binatang sama pantai.”
“Kebun binatang? Oh iya, di sana kan banyak temen lo.” Beryl melotot tak terima. “Apa, Kak!?”
“Temennya Haydar,” balas Aruna yang sudah tertawa.
Beryl ikut tertawa. “Aku aduin loh nanti.”
“Tumben belain, udah akur kalian?” Lagi-lagi Beryl menggeleng. “Haydar mana pernah kibarin bendera damai.”
Aruna tertawa dan menjitak kepala Beryl yang memanggil nama Haydar tanpa sadar usia. “Gak sopan.” Beryl tertawa. Sampai tiba-tiba ponsel di sakunya bergetar. Ada panggilan telepon dari Kuker. “Halo, Kuk. Kenapa?”
“Gue lagi di rumah lo. Kok sepi? Lo gak di rumah?”
Beryl terdiam sejenak. “Gue lagi di rumah sodara, Kuk.” Takut Kuker semakin curiga, Beryl melanjutkan kalimatnya. “Sodaranya Bi Amy. Tadi pagi gue ikut Bi Amy ke rumah sodaranya.”
Beryl menghela napas lega karena Kuker tidak menunjukkan reaksi curiga apapun. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya berbohong. Tante Luna memang bukan kerabat Bi Amy, tapi Bi Amy pernah bilang kalau beliau sudah mengenal Luna sejak lama.
Beberapa tetangga yang sedang berlari sore di sana juga sempat saling bertukar sapa dengan keduanya. Mereka tahunya kalau Beryl sepupu jauh Aruna dan Haydar.
“Kak, dimana-mana itu nggak ada sejarahnya ada maling yang ngaku. Tapi kenapa dia tulis nama dia sendiri? Bukannya itu aneh? Atau nama ini cuma dikambinghitamkan? Terus apa gitu maksudnya kirim gini-ginian?” Beryl tiba-tiba mengganti topik. “Dulu Haydar diapain sama yang terror?” lanjutnya.
“Terakhir orang itu mau ketemu Haydar buat kasih sesuatu. Tapi hari itu Haydar nggak ketemu sama dia.”
“Segitunya ya cuma karena cinta,” gumam Beryl pelan. “Aku nggak pernah musuhan sama orang. Aku juga gak pernah dikejar-kejar orang. Tapi orang ini… ada masalah apa sama aku?” Aruna masih terdiam mendengarkan gadis yang sedang berjalan bersisian dengannya.
“Dua hari lagi aku ketemu sama dia, lagi. Kalau dia jahat ke aku gimana, Kak? Meskipun kelihatannya baik tapi kalau aslinya dia jahat gimana?”
Aruna menghentikan langkah dan memutar badan menghadap Beryl. “Ber.”
Beryl mendongak.
“Apapun yang terjadi, janji ke gue kalau lo bisa jaga diri lo sendiri.”
Beryl tertegun. Ia pun mengangguk. “Tapi nanti kalo aku udah nggak bisa jaga diri sendiri gimana, Kak?”
Sekarang giliran Aruna yang terdiam. Laki-laki itu tersenyum. “Lo mau selalu gue jagain, hm?” godanya membuat Beryl buru-buru menggeleng.
“Nggak, nggak, bukan gitu.”
Keduanya tertawa lagi dan berakhir dengan saling mengejek satu sama lain. “Kak Aruna!” Beryl berlari mengejar Aruna yang mengatainya seperti anak paud. Dan berakhir dengan kejar-kejaran. Sampai Beryl kembali tersandung karena menginjak batu yang ada di taman.
“Lupa ya kalau kakinya masih sakit? Makanya, jangan lari-lari,” ujar Aruna dengan nada mengejek. Beryl mendongak dan mendengus. Rupanya kakak dan adik memang sama-sama menyebalkan.
Aruna jongkok dan menyejajarkan wajah dengan Beryl. “Besok lo di rumah aja, jangan kemana-mana.” Beryl tertegun mendengar ucapan Aruna yang terdengar sangat serius.
“Bang?”
Aruna dan Beryl menoleh. Mendapati Haydar yang sudah berdiri di sebelah mereka.
“Kalian ngapain? Lo juga ngapain duduk di situ? Oh jatuh kan lo?” Haydar langsung terbahak.
Beryl merapikan kerudungnya sambil menatap Haydar sengit. Sudah songong, aneh pula. Mana ada orang pakai jersey basket tapi bawanya raket dan shuttlecock? “Lo main bulu tangkis pake jersey basket?”
Haydar masih tertawa.
“Bodoh!” lanjut Beryl penuh penekanan.
Haydar melotot. “Gue buang ke laut ya lo!”
“Haydar bodoh.”
“Bener-bener ngajak ribut ini bocah.”
Beryl bangkit dan segera berlari sebelum jari-jari Haydar yang sensian mendarat di kepalanya. Beryl tertawa puas saat Haydar tidak bisa menangkapnya. Tapi tetap saja akhirnya kena jitak juga. Sakit woi!
“Siapa terakhir sampe rumah, kena jitak sepuluh kali,” ujar Haydar yang sudah berlari bersama Aruna meninggalkan Beryl.
“IH, CURANG!”
Beryl berlari mengejar. Tapi karena capek berlari, Beryl pun memutuskan untuk berhenti ke sebuah kedai eskrim. “Aku mau beli eskrim,” teriaknya membuat Aruna dan Haydar berhenti berlari.
“Lo tuh bener-bener… ”
“SINI LO, BER!”
^^^
“Kemarin dia makan tiga cup es krim gue, gue gak marah. Lah dia? Gue makan satu coklatnya aja udah kayak mak lampir ngamuknya.”
Kuker berjalan menghentak-hentakkan kakinya sambil mengomel sendiri. Beberapa kali ia bahkan tersedak es krimnya sendiri. Tadi ia makan satu coklat milik Rosa dan adiknya itu ngamuk-ngamuk.
Kalau bukan karena tidak tahan mendengar omelan anak smp itu, mana mau Kuker turuti kemauan Rosa. Terpaksa ia capek-capek jalan kaki ke minimarket depan komplek rumahnya. Sendirian. Malam-malam. Sebuah usaha menghentikan pidato panjang lebar adiknya.
“Awas aja kalau nanti Rosa masih ngomel-ngomel. Gue hack hapenya. Gue kirimin pesan ke doi dia. Gue beberin kelakuan aslinya. Biar tau rasa.”
Rumah Kuker tinggal beberapa meter saja. Tapi langkah kakinya justru memelan. Ia melihat orang mencurigakan yang sedang membelakanginya dan sedang berbicara di telepon.
Kuker tertegun dan membungkam mulutnya rapat-rapat. Bahkan tidak menyadari kalau barang bawaannya sampai terjatuh dan berceceran dekat kakinya.
^^^
Tok tok tok
“Beryl?”
Tidak ada jawaban.
“Beryl?”
Luna mengernyit. Masih tidak ada jawaban apa-apa dari kamar gadis itu. Beryl biasa bangun sebelum waktu subuh untuk shalat malam, jadi aneh kalau subuh ini ia belum keluar dari kamarnya.
Baru saat akan menyentuh gagang pintu, Luna mendengar suara benda terjatuh dari dalam kamar itu.
“Kok gak dikunci?”
Ceklek
Luna menutup mulut tak percaya. Melihat sesuatu yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
“ARUNA!? HAYDAR!?”
To be continued...
Luv ya <3
alfyixx
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...