29. LUCID DREAM

443 67 1
                                    

Aku hanya berharap kalau aku tidak bisa melindungi diriku sendiri, kamu lah orang yang akan datang melindungiku.
                        


BERYL meringis pelan. Kepalanya terasa sangat berat. Gadis itu berusaha untuk membuka matanya. Samar-samar ia melihat sebuah cahaya matahari menembus jendela besar di sebelahnya. Beryl mengerjap pelan, mulai sadar kalau ia sedang tidur di tempat tidur yang sangat nyaman. Namun, yang membuatnya terkejut adalah ruang kamar itu bukanlah kamarnya.

Lalu ia ada di mana?

Beryl keluar dari selimut dan memeriksa seluruh tubuhnya. Ia menghela napas lega. Untunglah, ia baik-baik saja. Beryl mengganti posisi menjadi duduk. Diamatinya kamar itu. Kamar bernuansa terang dan klasik. Kamar khas kepunyaan perempuan. Kamar itu cukup gelap, satu-satunya sumber cahaya hanya dari celah jendela yang tak tertutup oleh gorden.

“Ini di mana?” gumamnya pelan.

Tiba-tiba Beryl teringat sesuatu. Kedua mata gadis itu membulat sempurna. Hari ini adalah hari ia akan bertemu dengan pengirim clue misterius itu. Dan sekarang ia ada di dalam ruangan yang asing ini. Beryl merogoh kedua saku celananya, lalu mengeluh pelan. Dia lupa membawa ponsel.

Beryl terdiam di tempat. Ia masuk kembali ke dalam selimut dan memejamkan mata rapat-rapat. Pura-pura sedang tidur. Tak lama terdengar suara pintu kamar yang dibuka dan jejak kaki seseorang yang mulai mendekat. Beryl semakin memejamkan matanya dan mengeratkan selimutnya. Begitu pula jantungnya yang mulai tidak karuan. Ia tau, seseorang sedang berdiri di belakangnya.

Kalau ditanya kepo tidaknya, sebenarnya rasa kepo Beryl sudah sangat tinggi. Ia ingin tau siapa sebenarnya orang itu. Ia yakin orang itulah yang tadi pagi menculiknya. Tak ayal kemungkinan besar orang itu adalah si penerror itu. Karena tak tahan saking keponya, Beryl memberanikan diri melakukan sesuatu.

Dengan gerakan cepat ia membalik badan dan membuka mata. Sekilas Beryl melihat orang itu terkejut dan mundur beberapa langkah. Beryl bangun dan mengernyit menatap orang di hadapannya.

Orang itu mengenakan hoodie hitam besar dan masker senada. Bahkan, tudung hoodie itu menutup hampir sebagian wajahnya. Beryl hanya bisa menatap kedua matanya. Itu pun juga tak begitu jelas.

Mengabaikan rasa takutnya, Beryl memberanikan diri membuka suara. “Kamu siapa?” Orang itu hanya diam tanpa sepatah kata.

Beryl coba menatap mata orang itu lebih dalam. Lama-lama ia merasa tidak asing dengan mata itu. Beryl mulai mengingat-ingat siapa empunya. Gadis itu menelan ludahnya susah payah. Orang itu adalah jawaban dari ketujuh clue yang didapatnya. Beryl yakin betul dengan mata itu. Beryl menggeleng tak percaya. Ia hanya tak menyangka.

“APA YANG LO MAU!? GUE SALAH APA SIH SAMA LO!? KENAPA HARUS PAKE CARA KAYAK GINI!?” teriak Beryl keras. Suaranya bergetar, mati-matian ia menahan diri untuk tidak menangis. Tapi sia-sia. Ia pun menangis juga.

Orang itu menunduk dalam. Dia mundur beberapa langkah dan pergi dari sana. Beryl terisak pelan di antara keheningan. Sampai tiba-tiba terdengar suara keributan dari luar kamar dan suara pintu yang hendak dibuka secara paksa. Pintu terbuka dan menampakkan seseorang.

Orang itu mendekati Beryl. “Lo nggak papa?” tanyanya dengan raut muka khawatir. Beryl menghapus air matanya dan menggeleng pelan.

“Kita harus pergi dari sini.”

Saadan membantu Beryl untuk bangun dan berlari keluar dari sana. Saat di luar kamar, Beryl sempat terkejut mendapati orang ber-hoodie hitam tadi tersungkur di lantai. Namun, orang itu bangkit dan mengejar mereka berdua.

Beryl lega.

Akhirnya ada yang menyelamatkannya.

Mungkin.

✿✿✿

Prang!

Beryl terlonjak kaget.

Ia ingin melihat ke sumber suara, namun tak bisa. Di depannya hanya ada cahaya yang sangat terang. Kedua tangannya berusaha menghalangi silau cahaya itu. Silau itu membuatnya sulit melihat dengan jelas. Beryl ingin sekali menangis saat itu juga. Apakah cahaya itu yang akan mengantarkannya kepada Tuhan? Apa itu artinya dia sudah tiada?

Beryl menggeleng. Susah payah ia mengamati sekitar, melawan cahaya yang menyakiti matanya. Kalaupun dugaannya tadi benar, di mana malaikat yang akan mengantarkannya?

Okay, Beryl mulai berpikir yang tidak-tidak.

Di sela perdebatan dengan pikirannya, perlahan cahaya itu mulai menghilang. Digantikan dengan sebuah pemandangan yang terlihat cukup… aneh (?)

Beryl ada di sun deck sebuah kapal besar yang sedang berada di tengah lautan. Orang-orang yang berjemur seperti tak melihatnya. Beryl menunduk menatap seseorang yang sedang membersihkan pecahan gelas di depannya. Detik itu juga Beryl tau kalau itu hanyalah mimpi, sebuah lucid dream.

Beryl mengamati orang-orang di sana. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Sepasang suami istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Terlihat juga kalau sang istri itu tengah hamil. Tanpa sadar kedua sudut bibir Beryl melengkung kecil. Sayangnya tak lama tiba-tiba suasana menjadi kacau. Wajah orang-orang yang semula terlihat bahagia kini berubah menjadi raut khawatir.

Beryl tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Yang ia rasakan saat itu terlalu nyata untuk dikatakan sebagai mimpi. Tiba-tiba cahaya yang sama seperti tadi muncul kembali. Menariknya paksa untuk menjauh dan semuanya kembali menggelap.

To be continued...

Selamat menebak lagi wkwk

Luvu,
alfyixx

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang