EXTRA PART #3

361 51 1
                                    

H A P P Y   R E A D I N G ! !

“LENGANNYA luka.”

Samar-samar Arkananta mendengar suara lembut Beryl masuk ke dalam indra pendengarannya.

Cowok itu pun memilih untuk tetap pada posisinya dan pura-pura tidur, sesekali tersenyum geli mendengar bagaimana Beryl berceloteh sendiri.

Beberapa menit berlalu, suara Beryl sudah tak terdengar lagi. Dengan ragu Nanta mengangkat kepala. Ternyata gadis di depannya sudah memejamkan mata.

Nanta melihat dua plester lucu di dekat tangannya. Itu pasti dari Beryl tadi saat melihat luka di lengannya. Kemarin Saadan hilang kendali dan tak sengaja menyayat lengannya dengan pisau.

Sebenarnya tak sekali dua kali. Entah sudah berapa sayatan saja yang pernah Saadan berikan padanya. Tapi, Nanta tetap memakluminya.

Setelah melirik jam tangan, Nanta menuliskan sesuatu ke kertas post-it  biru laut miliknya lalu ia tempelkan ke buku Beryl. Sejenak ia terdiam. Andai Beryl tau kalau ia sangat merindukannya.

Dengan lembut ia usap kepala gadis itu. “Be careful, Baby.”

Barulah ia pergi dari sana.

✿✿✿

Amara menarik Salim ke arah taman belakang sekolah yang sepi. Salim sendiri hanya diam menurut. Lihat saja apa yang ingin gadis misterius itu lakukan padanya. “Mau ngajak gue pacaran, lo?”

“Iya.”

Salim membelalak kaget. Di detik berikutnya ia langsung tertawa. Ternyata cewek dingin kalau bercanda bisa jauh lebih mengerikan dibanding para playgirl sejati.

Amara melepaskan tangan Salim dan berbalik badan, menghadap cowok itu sepenuhnya. “Jangan berani macem-macem sama Beryl.”

Salim tersenyum miring dan maju beberapa langkah sampai mengikis jarak antara keduanya. Punggung Amara bahkan sudah menyentuh dinding pembatas area taman.

Cowok itu menunduk menyejajarkan tingginya dengan Amara. “Apa hak lo buat ngelarang gue, hm?”

“Lo gak akan bisa sakiti Beryl, Lim.”

“Oh, lo ngancem gue?”

Amara diam masih dengan ekspresi dinginnya. Salim semakin mengikis jarak di antara keduanya. “Gue gak akan berhenti ngelakuin apa yang gue mau. Lo gak ada hak buat ngelarang gue, Mar.”

Amara menahan dada bidang Salim agar tak terlalu dekat dengannya. “Beryl udah baik sama lo. Ini cara lo bales dia?”

Salim menunjukkan smirk-nya, ia malah semakin mendekatkan diri. “Beryl emang selalu baik. Tapi gue benci dia. Sekarang, apa yang lo mau?” tanyanya berbisik.

Salim mencengkram lengan Amara hingga memerah. “Lo mau gantiin peran Beryl di permainan ini?”

“Gak akan bisa, Mar.”

“Gak akan ada yang bisa cegah gue.”

“Apalagi lo.”

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang