35. BERPIHAK

389 63 0
                                    

Musuh yang nyata jauh lebih baik dibanding teman yang palsu.
                    


“LO harus jadi milik gue, Ber.”

Beryl mendongak menatap Saadan tak percaya. Bisa-bisanya seseorang yang diklaim siswa teladan dan idaman di sekolahnya ternyata segila ini. Jenius telah membuat cowok itu jadi gila.

Saadan berbalik menatap Nanta dan tersenyum melihat kedua tangan cowok itu yang mengepal menahan emosi. “Silakan kalau lo mau menodai mata adek lo sendiri. Gue sih gak masalah.”

Beryl hanya tidak paham kenapa Saadan menyebutnya adik dari Nanta. Beryl anak tunggal. Dia tidak punya saudara. Haira juga pernah bilang kalau Beryl dan Haira tidak punya keluarga lagi di Jakarta.

Nanta terdiam menatap Beryl. Ia akan merasa sangat bersalah kalau sampai meluapkan emosi pada sahabatnya di depan seorang perempuan.

“Nan, gue punya saran buat lo.”

Nanta menoleh.

“Pergi dari sini dan biarin gue yang urus ini. Gue janji gak akan sakiti dia. Lo bisa pegang omongan gue.”

Setelah menyelesaikan kalimatnya, Saadan menutup kedua mata Beryl dengan tangannya.

“Apa yang lo lakuin!?” bentak Beryl emosi dan berusaha melepaskan tangan Saadan yang menutup matanya.

“Sstt… lo mau kakak lo selamat, 'kan?”

Beryl terdiam.

Apa maksudnya ‘Kakak’?

Brak!

Seseorang membuka pintu ruangan dengan kasar. Saadan tersenyum samar. “Seseorang yang lo harapkan.” Saadan menyingkirkan tangannya.

Seseorang yang kini Beryl lihat di hadapannya bukan lagi Arkananta, melainkan orang lain.

“Kak Aruna… ”

Bugh!

Saadan tersungkur saat Aruna melayangkan bogem mentahnya. Tidak hanya itu, Saadan pun membalas. Beryl sendiri meringis melihat dua cowok di depannya berkelahi dengan brutal.

Pukulan bertubi-tubi saling mereka berikan satu sama lain. Darah dari hidung keduanya bahkan sampai menetes menodai lantai yang tidak salah apa-apa.

Brak!

Lagi-lagi seseorang membuka pintu ruangan dengan keras. Orang itu ternganga melihat pemandangan mengerikan di depannya.

“Dan, udah!”

Haydar menarik paksa Saadan menjauh dari kakaknya, Aruna.

“Maksud lo apa sih, Bang?!”

“Apa untungnya buat lo? Apa untungnya buat Arkananta? Apa untungnya buat kalian?”

Aruna menatap Haydar dan Saadan tak suka. “Seharusnya lo tanya itu ke temen lo, Dar.”

Haydar melirik Saadan bingung.

“Saadan?”

“Justru Saadan yang selama ini jaga Beryl dari lo dan Arkananta, Bang.”

Beryl masih bungkam.

Aruna menyugar rambut tebalnya yang sedikit berantakan dan tersenyum tipis. Sesaat membuat Beryl jadi salah fokus.

Beryl menggeleng.

Bukan waktunya jadi bucin!

“Sebagai kakak, gue udah pernah peringatkan lo buat hati-hati,” balas Aruna enteng.

Hening.

Beberapa saat kemudian, seseorang di antara mereka berempat bertepuk tangan dengan santainya.

✿✿✿

Haira berlari menyusuri koridor salah satu rumah sakit di ibukota dan dengan lancang masuk ke dalam ruangan salah seorang dokter spesialis di sana. 

“H-Haira? Ka-kamuㅡ”

“Abian.”

“Kamu masih simpan surat itu?” tanya Haira panik.

Sepersekian detik Dokter laki-laki bernama Abian itu mengernyit bingung. Di detik selanjutnya ia mengangguk.

“Sebentar.”

Dokter itu membuka brankas pribadinya dan mengambil secarik amplop hitam dari sana. Lalu memberikan pada Haira.

Haira tersenyum. “Terima kasih,” ujarnya lalu buru-buru beranjak pergi.

“Apa yang terjadi?”

Langkah kaki Haira terhenti. Begitu pula dengan gerakan tangannya pada gagang pintu.

Wanita itu terdiam.

✿✿✿

Semua kompak mengalihkan pandangan pada Saadan. Tadinya cowok itu bertepuk tangan, sekarang ia justru tertawa.

Seseorang yang otaknya memang perlu dipertanyakan.

Cowok yang sedang merapikan rambut Beryl itu berdecak. “Lucu juga liat kalian saling menyalahkan.”

Hening.

“Maksud lo, Dan?”

Saadan menatap Haydar. “Haydar… Haydar… Gampang banget ya lo dibegoin.”

“Tapi thanks atas kerjasamanya. Dengan adanya lo yang berpihak ke gue, itu mempermudah tujuan gue selama ini.”

Haydar terdiam tak percaya. Lidahnya mendadak kelu, sampai tak bisa berkata-kata. Ia tatap Saadan, lalu beralih menatap kakaknya. Kemudian ke Beryl yang tampak kebingungan tak tau apa-apa.

Haydar melayangkan tatapan tajamnya ke Saadan. “Jadi selama ini lo… ”

Kedua alis Saadan terangkat. Senyuman mengejek tercetak jelas di kedua sudut bibirnya.

To be continued...

Big luv <3
alfyixx

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang