Tak apa bila tak ada yang peduli, setidaknya hujan masih mengingatkanku untuk mandi.
BERYL mengetuk-ketukkan jarinya ke atas meja, mengikuti irama lagu yang sedang didengarnya melalui headphone. Freeclass membuatnya bosan. Rasanya ingin segera liburan. Tapi kalau liburan penginnya sekolah. Ehh pas udah sekolah pengennya pulang!
Ah, susahnya jadi manusia!
Beryl beralih menatap bangku di sebelahnya, ada Kuker dan Amara yang sedang tidur. Beryl menghela napas. Sampai tiba-tiba seseorang dengan lancang duduk di sebelah Beryl dan menarik headphone gadis itu hingga terlepas.
“Ber, lo tau jawaban dari soal ini?”
Cowok berkacamata minus yang melepas headphone-nya itu menunjukkan beberapa soal di selembar kertas. Si cowok comel yang menjabat sebagai ketua kelas itu bernama Salim Saliman. Namanya memang terdengar aneh, tapi jangan remehkan tampang comelnya.
Sekali lihat langsung suka, tau rasa!
Beryl membenarkan letak kerudungnya yang terlalu maju, kemudian membaca soal sastra Indonesia di kertas milik Salim dan memberitahukan yang mana satu jawabannya. Beryl juga memberi penjelasan saat cowok berponi ala-ala korea itu menanyakan alasannya.
“Oke, thanks. Oh iya, ini buat lo.”
Salim meletakkan sebuah permen lolipop di meja Beryl. Cowok itu tersenyum sebelum akhirnya kembali ke bangkunya semula.
***
Beryl menatap hujan di depannya dengan nanar, kalau hujan begini bagaimana ia bisa pulang? Gadis itu memutar badan dan berjalan menyusuri koridor yang mulai sepi. Langkahnya tertuju pada ujung koridor itu, loker siswa.
Sebenarnya tak sedikit yang menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, termasuk Kuker, Amara, dan Salim. Ya, cowok itu sempat menawarkan diri untuk mengantarnya. Namun, Beryl menolak secara halus. Ia lebih suka berjalan kaki. Lagipula, rumahnya juga tak begitu jauh.
Ya… meskipun Beryl tak bisa pulang kalau hujan.
Meski begitu, ada hal lain yang Beryl suka dari saat jalan di tengah hujan. Tenang dalam kebisingan dan sebuah aroma candu, petrichor.
Beryl memutar empat angka untuk membuka lokernya yang tergembok. Setelah gembok terbuka, Beryl membuka loker itu. Tak banyak barang yang Beryl simpan di lokernya, hanya ada sebuah payung lipat dan sebuah jaket hangat. Beryl mengambil keduanya.
Namun gerakan tangannya terhenti saat hendak menutup loker itu. Ada sesuatu yang berbeda, ada sebuah stickynote merah dan sebuah permen lolipop. Beryl mengecek isi tasnya. Lolipop pemberian Salim tadi masih ada di dalam tasnya.
Lalu lolipop di loker itu milik siapa?
Yang jelas itu bukan milik Beryl yang pemberian Salim tadi!
Dipandanginya sekitar, hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang dan tak tampak mencurigakan. Beryl terdiam sejenak, ini sudah yang ketiga kalinya ia mendapat sticky note misterius. Gadis dengan tas sekolah warna putih tulang itu menghela napas. Diambilnya sticky note itu dan segera menutup kembali pintu lokernya. Menyisakan sebuah permen lolipop yang entah bagaimana bisa ada di sana.
***
Senandung merdu keluar dari mulut Beryl tanpa ia sadari. Seolah tak mengindahkan bisingnya hujan, Beryl tetap larut dalam senandungnya. Ia menghentikan langkah, tangan dan kakinya tiba-tiba mulai lemas hingga payung di tangannya pun jatuh menghempas tanah.
Beryl terdiam, membiarkan hujan mengguyur membasahi dirinya. Menepis pemikiran jika seragam dan jaketnya akan basah atau ia akan sakit, gadis itu benar-benar tak peduli. Tak ada yang tau jika ada air yang lolos dari kedua matanya. Beryl membiarkan hujan menyamarkan tangisnya.
Gadis itu berjongkok. Memeluk erat kedua lutut dan menangis sejadi-jadinya. Bahunya bergetar, tangisnya pecah. Beryl ingin menyalurkan rasa sakit dalam hatinya kepada hujan. Hujan selalu setia mendengar, meski dalam kebisingan.
Beryl tak bisa menyalurkan perasaannya kepada siapapun kecuali Tuhannya. Seringkali ia harus mencari-cari alasan untuk apa ia ada di dunia jika tak diinginkan?
Masih dalam posisi yang sama, Beryl merasa ada yang aneh. Ia sudah tak lagi merasakan hujan di sekitarnya. Hujannya sudah berhenti? Kok gak awet? Atau malaikatnya lupa kasih formalin?, pikirnya konyol.
“Sudah, mandinya?”
Gadis remaja dengan seragam basah kuyup itu mendongakkan kepala, dahinya mengernyit.
To be continued…
Luv ya <3,
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...