Dia yang menaklukkan dirinya sendiri adalah pejuang terkuat. ~Confucius
ㅡ
DUA gadis seumuran dalam ruangan terkunci itu saling berpandangan. Keduanya tersenyum. Warna kerudung mereka sama. Tadinya warna kerudung mereka coklat. Tapi mereka menggunting gorden besar di ruangan itu dan mereka potong untuk jadi kerudung. Karena apa?
Karena gorden itu warna hitam dan kerudung Beryl juga hitam. Mereka berniat menyamai penampilan Beryl. Bahkan baju yang mereka gunakan juga sama.
Sebenarnya Kuker merasa agak aneh dengan perilaku Amara. Amara bisa menemukan gunting di balik salah satu lukisan dalam ruangan itu.
Hal gilanya lagi, Amara bahkan juga bisa mendapatkan dua baju tidur yang sama persis dengan yang Beryl pakai hari ini. Dan sangat sangat gilanya lagi, dua setelan baju tidur itu mereka temukan di laci meja yang ada di tengah ruangan.
GILA!
Singkatnya, warna kerudung, beserta pakaian Amara dan Kuker saat ini sudah menyamai Beryl. Mereka telah merencanakan sesuatu. Mereka akan membantu sahabat mereka.
Apapun yang terjadi.
✿✿✿
Dengan ragu Beryl membuka surat ketiga dari Saadan. Lebih tepatnya surat terakhir pertanda permainan teka-teki ini telah berakhir. Surat itu telah terbuka.
Di dalamnya berisi lipatan kertas kecil lagi dan beberapa lembar foto yang kini berceceran di atas meja. Beryl mengambil salah satu foto. Foto keluarga Beryl. Ada Papa, Mama, dan kedua kakaknya.
“Lo juga ada di sana, Ber.”
“Apa?”
“Beberapa bulan setelah insiden tenggelamnya kapal itu, lo baru lahir,” ujar Saadan.
Kedua alis Beryl terangkat. Gadis itu kembali menatap lekat foto itu. Memperhatikan lagi perut Mamanya. Dan benar saja, tampak perut wanita itu membuncit. Haira sedang mengandungnya.
Beryl mengambil foto yang lain.
“Foto-foto itu diambil sama orang kepercayaan mendiang Mama gue,” jelas Saadan lagi.
Beryl mengamati foto demi foto. Semua itu adalah foto Haira dengan pria asing. Yang jelas bukan Papa-nya. “Apa mungkin kalau ini rekayasa?” gumamnya pada diri sendiri.
“Rekayasa, kata lo?”
Saadan bangkit dan berdiri di sebelah kursi Beryl. “Maksudnya Nyokap gue sengaja rekayasa semua ini?”
Beryl menggeleng kikuk.
Saadan mengarahkan tatap ke arah foto di tangan Beryl. “Setelah Bokap gue meninggal, Nyokap gue sakit selama bertahun-tahun dan pergi untuk selamanya. Semenjak itu, gue janji akan balas ke Nyokap lo yang jadi wanita simㅡ”
“CUKUP, KAK!”
Beryl menggeleng frustasi. Tak sadar ia telah menangis lagi. Ia benar-benar lelah menangis. “Udah, cukup!” Sumpah demi apapun, Beryl sudah muak mendengarnya.
Namun bukannya berhenti, cowok itu justru kembali melanjutkan. “Dan lo tau apa yang udah bokap gue lakuin ke nyokap gue setelah dia kenal Mama lo itu? Apa lo tau apa aja yang udah terjadi di antara orang tua gue? Apa lo tau apa aja yang udah bokap gue lakuin ke gue dan saudara gue dulu, hah? Apa lo tau itu?”
“Apa lo tau gimana hidup gue, ha!?”
Di sela isakannya, Beryl menggeleng. “Lo boleh hina gue, Kak. Tapi jangan hina Mama gue. Lo gak berhak ngomong kayak gitu.”
Saadan melempar gelas di atas meja.
“Pada dasarnya, Nyokap lo memang wanita gakㅡ”
“JAGA OMONGAN LO!” Dengan amarah memuncak, Beryl ikut berdiri dan balas menatap Saadan tajam.
“Lo gak bisa ambil kesimpulan cuma dari sudut pandang Mama lo aja, Kak! Bisa aja semua itu cuma jebakan dari orang lain! Bisa aja itu rekayasa dari mendiang Mamaㅡ”
“TUTUP MULUT LO!”
Sebelah tangan Saadan melayang ke udara. Kurang dari dua puluh lima senti lagi telapak tangan cowok itu benar-benar akan mendarat di pipi mulus Beryl jika saja ia tak segera menyadari perbuatannya.
Sedangkan Beryl sendiri sudah sejak tadi memejamkan matanya.
Atmosfer dalam ruangan itu sudah terasa sangat tidak nyaman. Hening menyelimuti keduanya.
Beryl masih setia menutup mata. Tubuhnya kian bergetar ketakutan, lalu meluruh ke lantai bersamaan dengan isakannya yang kian terdengar sendu. Beryl menenggelamkan muka dalam lipatan lututnya.
Saadan mengepalkan tangannya yang terhenti di udara. Bisa-bisanya ia jadi hilang kendali seperti ini. Apa yang baru saja akan ia lakukan?? Bodoh! Kalau seperti ini ia juga tak ada bedanya dengan Ayahnya dulu.
Saadan mengusap wajahnya kasar. Dengan hati-hati ia berjongkok di depan Beryl. Nyeri di ulu hatinya kian terasa melihat bahu gadis itu yang terguncang hebat.
“Maaf.”
Beryl menepis tangan Saadan yang menyentuh kepalanya.
“Maafin gue.”
Beryl menangis semakin kencang. Selama ini, ia tak pernah mendapat bentakan. Ia tak pernah mendapat perlakuan seburuk ini, terutama dari seorang laki-laki. Ia juga tak pernah diperlakukan sekasar ini dan sehina yang orang berjubah tadi lakukan padanya.
“Gue nggak bermaksud kayak gini, Ber.”
Saadan menghela napas kasar. Kalau ‘mereka’ tau hal ini, mungkin ia tak akan dibiarkan hidup begitu saja.
“Lepasin gue. Biarin gue pulang. Gue mau pulang,” lirih Beryl.
“Seandainya gue bisa.”
Beryl mendongak, menatap senior laki-laki di depannya bingung. Sedangkan yang ditatap hanya menyugar rambut dengan enteng seraya menghela napas.
“Lo tau semua kertas-kertas itu milik siapa?”
Beryl mengernyit. Bukankah secara tidak langsung tadi Saadan sudah mengaku kalau ia dalang di balik semuanya? Bukankah orang terakhir yang menemuinya hari ini adalah Saadan?
Apakah mungkin jika setelah ini ada orang lain lagi yang mengaku sebagai penerornya?
“L-lo?”
Saadan mengambilkan tisu dan menyelipkan beberapa lembar ke tangan Beryl. “Sayangnya, bukan cuma gue,” ujarnya bersamaan dengan suara petir yang menggelegar di luar sana.
Deg
Lalu siapa lagi? Siapa lagi yang sedang berkonspirasi dengan Saadan? Siapa saja yang ingin membalas dendam padanya? Apa orang itu ingin melihat Beryl lebih tersiksa lagi? Apa orang itu ingin membuat Beryl jauh lebih menderita daripada ini?
“Lo bisa salahkan gue atas semua yang satu bulan ini lo alami. Lo gak perlu cari dia. Ini salah gue. Gue akan bantu lo keluar dari semua masalah ini,” ujar Saadan dengan nada melembut.
“Ta-tapi dia siapa, Kak?”
Saadan menatap kedua mata Beryl lekat. “Dia… ada di antara kita semua.”
Deg
Beryl menangis frustasi. “Siapa, Kak? Apa maunya?”
Saadan menggeleng.
“Dia mau lo hancur, Ber.”
Malam yang dingin, hati yang hancur, pikiran yang kacau, dan kenyataan yang pahit. Takdir memang selalu bermurah hati padanya.
To be continued...
<3
alfyixx
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Ficção Adolescente[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...