“Kalau kamu jadi aku, kamu curiga ke siapa?” ㅡBeryl BB
ㅡ
“AMARA, mana?”Beryl meletakkan tas ranselnya ke atas meja. Tatapannya menjurus ke seluruh penjuru kelas dan berakhir pada gadis berkuncir kuda di sebelahnya.
“Oma-nya masih sakit.”
Sedetik kemudian Kuker menatap Beryl penuh binar. Namun, entah saking semangatnya atau bagaimana, sikunya terantuk bangkunya. Sehingga ucapannya terdengar seperti meleset.
“Ber-akh!”
Beryl menoleh cepat, matanya menyelidik curiga. “Lo panggil gue berak?” Kuker menggeleng cepat. Seraya mengusap-usap sikunya, Kuker meringis pelan.
“Tangan gue, Ber-akh!”
Beryl yang sudah bersiap melayangkan protes kembali bungkam dengan sahutan cepat Kuker. “Kepentok bangku, Beb.”
Beryl mendengkus pelan. Gadis itu hendak menyumpalkan earphone ke telinganya sebelum seruan Kuker lebih dulu menggelegar.
“Lo ambil sendiri aja sana di loker gue, gue mau ke kamar mandi.” Beryl bangkit berdiri dan buru-buru berjalan ke arah pintu ruang kelas.
“Mau mandi?”
Beryl melirik sekilas. “Mandi, your eyes.”
Kamar mandi berada di arah timur. Namun, Beryl justru melangkahkan kaki ke arah sebaliknya. Sebenarnya tadi dia hanya berbohong. Niatnya adalah sengaja ingin mata-matai Kuker. Bukannya Beryl menuduh, tapi ia hanya ingin mencari tau setiap kemungkinan yang bisa menjadi petunjuknya untuk mencari tahu siapa penerror misterius itu.
Beryl mengumpat di balik pilar dekat ujung koridor. Lebih tepatnya sedang mengawasi Kuker yang hendak mengambil kutek di loker miliknya. Pagi itu, area loker siswa di sana sedang sepi, hanya ada Kuker dan beberapa siswi di sana.
Kuker terlihat seperti sedang membaca situasi di sekitar. Sedetik kemudian, gadis itu membuka loker Beryl dengan mudahnya. Beryl membulatkan tak percaya.
“Kuker bisa buka loker gue? Jadi Kuker... ?”
Beryl membalik badan secara tiba-tiba hingga membuat seseorang yang tadi berada di belakangnya memekik terkejut. “Beryl ih, lo mah! Ngagetin hash!”
Itu suara Tiara, teman sekelasnya. Tiara tadinya ingin mengejutkan Beryl yang mengendap-endap macam penyusup. Namun, justru dirinya sendiri lah yang terkejut.
***
“Udah lo ambil?”
Beryl yang berpura-pura habis dari kamar mandi menatap Kuker yang sudah duduk di bangku kelasnya. Masalah Tiara? Mudah saja, sudah ia bungkam gadis itu. Dengan kekuatan super boba, semua masalah bungkam-membungkam bisa dengan mudah Beryl atasi.
“Belum.”
Kuker mengangkat kuas kutek di tangannya. Tatapan gadis itu terfokus pada kuku-kuku jari letiknya yang kini telah berubah warna menjadi peach.
“Lo bisa buka loker gue?”
“Gimana gak bisa gue buka, orang lokernya gak lo kunci?”
“Tali hoodie lo nyangkut,” sambung Kuker tak melihat respon apapun dari Beryl.
Beryl mengerjap, bingung hendak merespon apa. Ia tidak tau apakah Kuker berkata bohong atau memang dirinya yang lupa mengecek ulang lokernya pagi tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...