36. HATI

388 62 0
                                    

Peringatan : dalam part ini dan selanjutnya mungkin akan terdapat beberapa unsur kekerasan. Bijaklah dalam membaca.

(ノ゚0゚)ノ→

Jangankan menolak permintaanmu, melihat senyummu pudar saja aku tak rela.
                  

“YAH, gimana?”

Haris yang sedang meng-cutter lilitan tali tambang di tubuhnya menghela napas pelan. “Bentar, Bund.”

Tadi pagi saat akan menyusul ke lokasi Beryl, beberapa orang mencegat mobil yang Haris kendarai. Terakhir yang Haris, Luna, dan Mba Kim ingat orang-orang itu menyemprotkan bius hingga mereka tak sadarkan diri.

Alhasil di sini lah mereka sekarang. Di tempat asing yang gelap dengan keadaan terikat. Bahkan baru sekitar setengah jam yang lalu mereka sadarkan diri.

Luna memperhatikan sekitar frustasi. Wanita itu tak berhenti memperhatikan suaminya yang sedang memutus tali di tubuh mereka dengan cutter yang kebetulan mbak Kim bawa.

Sejujurnya, ia geregetan sendiri.

“Kalau hubungan aja mudah putus kok tali tambang laknat ini gak putus-putus sih?” geramnya membuat Haris dan mbak Kim mendengus pelan.

“Mbak Kim bawa cutter buat apa?” tanya Luna pelan. Mengantisipasi ada seseorang yang sedang mengawasi mereka.

“Eungg… anu, Buㅡ”

“Kenapa gak sekalian bawa pisau daging, sih?” potong Luna membuat mba Kim membelalakkan mata kaget.

Astagfirullah, Bu. Saya mana berani bawa gituan. Lagian saya mah bawa cutter tadi juga habis potong rumput belakang rumah.”

Luna berdecak.

Bisa-bisanya punya ART pinternya kebangetan. Potong rumput pake cutter!

Tak lama akhirnya Haris berhasil memutus tali yang mengikat mereka. Mereka pun berhasil melepaskan diri dan berdiri merenggangkan tubuh mereka yang terasa kaku.

Tiba-tiba dua laki-laki berpakaian serba hitam muncul di hadapan mereka.

“Mah, tangkap.”

Luna menangkap kunci mobil yang Haris lemparkan barusan dengan wajah kaget. Tidak biasanya ia dipanggil suaminya seperti itu.

Pria paruh baya itu tersenyum. “Iya, Bunda sayang.”

Mbak Kim yang diam cuma bisa ngelus dada. Kok sempat-sempatnya baper-baperan hadeh, pikirnya.

“Kalian lari ke mobil, nanti saya nyusul.”

Luna mengangguk. “Siap, Captain.”

“Awas kalau kalian bikin suami saya lecetㅡheh kalian ini berdosa banget!” teriak wanita itu seraya lari karena paksaan mbak Kim.

Luna hanya tidak ikhlas saja kalau suaminya yang terlalu tampan itu mungkin harus lecet karena berkelahi.

“Bu, mobilnya di sana.”

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang