Bintang-bintang di angkasa itu ingin kuminta bicara. Mohon sampaikan pada Semesta untuk tak bercanda dengan sebuah rasa.
BERYL melirik kedua laki-laki di belakangnya. Mereka juga sedang menatapnya. Dingin dan menusuk. Dengan perasaan campur aduk, sebisa mungkin Beryl menghindari kontak mata dengan keduanya.“Skuter lo ada di garasi.”
“Dan barang-barang kesayangan lo ada meja kamar lo.”
“Hah?”
Beryl mengerjap bingung.
Beberapa hari yang lalu setelah periksa rutin ke dokter gigi, Beryl meminta izin Luna untuk pulang. Dan salah satu alasannya adalah ingin memeriksa barang-barang kesayangannya.
Beryl dan alasan bodohnya.
Tentu saja Luna tidak memperbolehkan. Bahkan bi Amy juga memintanya untuk tetap tinggal sementara di sana saja. Katanya demi keselamatan Beryl.
“Alasan lo ke Bunda kemarin itu, kan?”
Beryl menunduk dalam. Ucapan Haydar memang benar. Alasannya pada Luna kemarin memang itu. Memang mulutnya tidak bisa diajak kerja sama.
Menyebalkan.
“Bunda gak kasih izin. Bi Amy juga suruh lo di sini dulu, kan?”
Lagi-lagi Beryl diam. Sebenarnya ia tidak ingin terlalu lama merepotkan mereka lagi. Apalagi melibatkan mereka dengan masalahnya. Dan sialnya ia jadi terpikir perkataan Amara di kantin siang itu.
Orang asing.
Tiba-tiba Aruna bangkit dan mendekat ke Beryl. Sontak hal itu membuat Beryl membulatkan mata terkejut. “Hati-hati, Kak,” paniknya. Akhir-akhir ini memang Beryl jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan Aruna dan Haydar untuk membantu lelaki itu bisa cepat pulih. Dari itu pula hubungan antara ketiganya jadi lebih baik dari sebelumnya.
Aruna hanya diam menatap Beryl yang sudah tertunduk menghindari kontak mata dengannya. “Lo takut tinggal di sini?”
Dengan ragu Beryl mendongak balas menatap lelaki itu, lalu menggeleng.
Beberapa saat hanya terdiam Aruna pun beranjak pergi dari sana. Namun, langkah lelaki itu tertahan saat tangan kecil seseorang menahan lengannya. Aruna menoleh, lalu menatap tangan Beryl di lengannya.
“Gue bisa sendiri.”
Beryl tertegun. Perlahan ia lepaskan tangannya dari lengan Aruna, sedetik kemudian ia menghela napas dan ikut kembali ke kamarnya. Tapi saat melangkah, ia tercekik.
“LEPASIN KERAH GUE!”
***
“Lo gak papa, Ber?”
Beryl mengangguk. Lalu menatap Kuker dari layar ponselnya dengan heran. “Kata kak Saadan lo juga pingsan deket gue. Gimana bisa?” tanyanya to the point.
Kuker menghela napas pelan. “Tadinya gue sama Amara mau samperin lo ke perpus, tapi lo-nya udah rebahan aja di depan pintu. Udah gitu gue sama Amara malah ketemu setan. Cewek, bajunya putih terus rambutnya panjang, berdiri di deket rak ensiklopedia perpustakaan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Science-Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...