Carilah celah dari setiap kemungkinan. Barangkali itu bisa membantumu sampai pada tujuan.
SESEORANG dengan party eye mask yang sama persis seperti milik Kuker menghentikan langkah tepat dua langkah di depan Beryl.“Apa kabar?”
Deg
Tubuh mungil Beryl yang sudah lemas semakin melemas mendengar sapaan itu. Bukan karena kalimatnya, tetapi seseorang yang mengucapkannya.
Seseorang yang baru datang itu mengusap puncak kepala Beryl dengan lembut. “Lo harus minum,” ucapnya.
Lalu orang itu membuka kain yang membungkam mulut Beryl. Namun, ia biarkan mata Beryl tetap tertutup. Sedangkan Kuker yang juga masih di sana hanya menyilangkan lengan di depan dada dan diam memperhatikan.
Sesaat Beryl sadar kenapa hawa dingin terus menusuk tulangnya. Ia yakin kalau saat ini hari sudah malam dan tentu saja karena ia masih memakai baju tidurnya. Dia diculik dini hari setelah bangun tidur. Jelas saja kalau ia masih pakai baju tidur. Andai kalau orang misterius yang culik dia tadi pagi bilang-bilang dulu kan dia bisa siap-siap dulu.
“Minum,” paksa Amara.
Ternyata sejak tadi tawaran minum dari Amara terus ditolak oleh Beryl. Beryl yang sedang menangis terus menggeleng dan menutup mulutnya rapat-rapat saat Amara memaksa menjejalkan sedotan air minum ke mulut Beryl.
Pada akhirnya Beryl mau meminum air mineral dari Amara. Setidaknya ia sedikit lebih percaya pada gadis misterius itu dibanding percaya pada si Kue Kering. Valid, no debat!
“Lo nggak boleh mati,” ujar Amara kalem seperti biasa. Beryl yang sedang meneguk airnya pun otomatis tersedak.
Kuker yang juga terkejut buru-buru meralat ucapan Amara. “M-maksudnya kita gak mau tanggung jawab kalau lo kenapa-kenapa. Itu minuman juga aman. Belinya di supermarket yang kebetulan lagi banyak diskon.”
Beryl hanya menghela napas pelan. Sedangkan Amara sendiri masih stay cool dengan tampang watadosnya, tak merasa ada yang salah dengan perkataannya.
“Minuman itu gak ada racunnya. Cuma... ” Beryl menajamkan telinga mendengar perkataan Amara selanjutnya.
“Adanya ya air bening ini aja,” lanjutnya lagi-lagi membuat Beryl dan Kuker tak habis pikir. Selain misterius, gadis dengan muka tanpa ekspresi itu memang buruk dalam hal komunikasi.
Tak heran kalau ia irit bicara.
“Oh iya, Mar.”
Kuker menarik lengan Amara mendekat.
“Adanya cuma air bening aja nih?” tanyanya berbisik. Karena sebenarnya ia juga haus dan anggukan Amara membuatnya kecewa. “Miris amat dah perasaan,” gumamnya pelan. Padahal ia sedang haus juga.
Jangan kira kalau Beryl tidak dengar percakapan Kuker dan Amara barusan. Ia hanya tak habis pikir dengan keduanya. Mereka berdua ini memang memiliki niat jahat atau bagaimana? Sebenarnya apa tujuan mereka?
Tapi setidaknya dengan hal itu ada secercah harapan bagi Beryl kalau Amara dan Kuker bukanlah si peneror itu. Ia masih tidak percaya kalau dua sahabat terdekatnya lah yang ternyata ingin mencelakainya. Ya meskipun itu tak menutup kemungkinan bisa terjadi.
“Lo boleh ngomong sekarang,” kata Kuker yang kembali seperti saat sebelum kedatangan Amara tadi. Kuker yang berbeda.
Beryl hanya diam.
“Kenapa diem aja? Kita tau di otak lo pasti ada banyak pertanyaan. Tanyain aja. Bukannya lo nggak percaya kalau kita bisa sejahat ini? Lo perlu bukti apa biar percaya!?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Teen Fiction[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...