Mataku buta melihat sesuatu yang nyata. Aku tidak tau yang mana kawan dan yang mana lawan. Semua tampak sama.
BERYL mengerjapkan mata, mengamati sekitar. Tak perlu menggumamkan kalimat “ini di mana?” pun ia sudah tau. Tapi bagaimana bisa ia berada UKS? Bukannya tadi ia di perpustakaan?“Ada yang sakit?”
Beryl menoleh.
“Lo tadi pingsan di depan perpustakaan, dua jam yang lalu,” sahut Saadan menjawab pertanyaan dalam kepala Beryl. Cowok itu membantu Beryl duduk dan memberikan sebotol air mineral.
Beryl mengedarkan pandangan ke sekitar UKS, hanya ada dirinya dan Saadan. Lalu kemana Amara dan Kuker? Tega sekali mereka.
Benar-benar teman yang baik…
“Gue akan antar lo pulang.”
Sengaja Saadan tidak memberitahu Beryl kalau sebenarnya itu amanah dari guru kesehatan. Kalau ia katakan, itu akan terkesan kalau ia terpaksa.
“Temen lo udah pulang. Yang bawa-bawa kipas portabel juga pingsan di deket lo.”
Beryl mengernyit.
Bukannya tadi ia sendirian? Terakhir kan hanya ada Salim. Lalu kenapa ada ‘KUeKERing’ yang ikut pingsan dengannya?
Namun saat hendak bertanya lebih lanjut, seseorang muncul dari balik pintu UKS. Bersetelan jersey basket dan berpostur dewasa, ciri khas seorang senior. Orang itu tampak tersenyum pada Saadan. Di sekolah ini mana mungkin sih ada yang tidak tau partner olimpiade Saadan dan Arkananta. Mungkin hantu perpustakaan pun juga tau mereka.
“Lo Beryl, kan? Ditunggu kakak lo di depan.”
Setelah pamit, senior itu pergi. Beryl menggeleng pelan. Pasti orang itu yang mengaku-ngaku jadi kakaknya. Tapi baguslah. Daripada malah mengaku jadi yang macam-macam.
Akhirnya Beryl pergi ke depan sekolah ditemani Saadan. Kata guru kesehatan, fisik Beryl masih lemah, takutnya ia pingsan lagi. Terpaksa Beryl pun menurut. Meski ia sendiri merasa tak enak hati. Apalagi saat beberapa anak perempuan yang sedang ada kegiatan ekstrakulikuler berbisik-bisik saat melihat mereka.
Setelah menemukan mobil Haydar, Beryl berpamitan dengan Saadan dan berterima kasih. Saadan membalas dengan senyum ramah. Sedangkan Haydar yang melihatnya hanya menatap cowok itu tanpa ekspresi.
“Lo dari mana aja sih? Udah satu tahun gue nunggu di sini sampe lumutan,” gerutu Haydar melebih-lebihkan. Beryl hanya menghela napas.
“Itu tadi siapa?”
“Senior.”
“Kenapa bisa sama dia?”
Beryl diam tak menjawab dan lebih memilih memejamkan mata pura-pura tidur. Sepanjang perjalanan pulang, Beryl benar-benar bungkam. Bahkan saat mereka sudah sampai di rumah. Haydar sendiri memilih berpikir positif, mungkin Beryl sedang ketempelan mba-mba pohon kamboja sekolah.
Pikiran positif apanya...
Haydar tidak langsung turun dari mobil. Dari pekarangan rumah cowok itu melihat Beryl yang sepertinya sedang mendapat rentetan pertanyaan dari Luna. Sedangkan di dalam mobil ia memilih menelfon seseorang.
“Lo gak macem-macem, 'kan?” tanya Haydar pada seseorang di seberang sana seraya membuka kaca jendela mobil.
“ … ”
“Gue gibeng lo.”
“ … ”
“Orang itu udah mulai berani. Gue percaya sama lo.”
“ … ”
“Saran lo sama sekali gak membantu.” Haydar terkekeh pelan. Tanpa ia tau ada seseorang yang tidak sengaja mendengar semua pembicaraannya.
***
“Dari mana?”
Beryl berjengit kaget dan mengelus dada. Tidak tau ada Aruna yang duduk di sebelahnya. Setelah menjaga jarak, Beryl baru berani menatap lelaki yang sedang sibuk menggambar desain bangunan di sebuah buku sketsa itu.
Aruna meletakkan semua peralatan menggambar ke atas meja dan menatap Beryl. “Kenapa?”
Pelan-pelan cerita Beryl mengalir begitu saja dan lelaki di sebelahnya hanya diam mendengarkan. Bahkan Haydar yang baru datang dari mengantar Luna ke bakery ikut menyimak, sesekali cowok itu menyela.
Beryl meletakkan kertas post-it yang ia temukan di perpustakaan tadi ke atas meja. “Ini.”
Beryl kembali merapikan buku-bukunya. Kepalanya sudah pusing berpikir hal-hal kian rumit ini. Padahal niatnya tadi setelah mandi dan makan siang adalah meminta Aruna mengajarinya fisika. Tapi niatnya untuk belajar itu punah seketika.
Terbang entah kemana.
Mungkin terbawa sisa-sisa angin yang membawa salam rindumu untukku...
Beryl bangkit berdiri hendak kembali ke kamar. Tapi langkahnya terhenti. Kerah belakang gadis itu ditahan seseorang.
Glekk
Beryl melirik kedua laki-laki di belakangnya. Mereka juga sedang menatapnya. Dingin dan menusuk.
To be continued...
Best Regards <3,
alfyixx
KAMU SEDANG MEMBACA
Celandine ✓
Fiksi Remaja[Riddle × Teenfiction] Sejak hari terjadinya 'insiden kecil' di kantin saat itu, Beryl mendapat banyak teror aneh. Kertas clue yang selalu muncul tiba-tiba, bahkan di tempat yang tak terduga. Beberapa kali benda-benda aneh juga dikirim padanya. 'Pe...