31. PELAKU SEBENARNYA?

412 65 2
                                    

Potongan puzzle yang terbalik tidak akan pernah bisa menyampaikan maksud penciptaannya.
                          


SEORANG wanita paruh baya berjalan terburu-buru menyusuri koridor rumah sakit tempat kerjanya. Sepanjang melewati koridor, wanita berhijab itu tak sekalipun memperhatikan sekitar. Sapaan dan senyum orang-orang sama sekali tak digubrisnya.

Wanita dengan jas putih itu bahkan tak berhenti menatap ke layar ponsel di tangannya. Beberapa kali ia juga terlihat mendekatkan ponsel ke telinga dan berakhir dengan raut kecewa yang kian tercetak jelas di wajah cantiknya.

Dokter yang telah memasuki usia kepala empat itu berkali-kali hampir terjatuh karena tak fokus dengan jalannya. Wajah cantiknya pun kini hanya memperlihatkan raut khawatir yang teramat sangat.

Sesaat sebelum ia masuk ke dalam mobil, tiba-tiba ponselnya berdering. Sejenak ia terdiam mendengarkan suara seseorang dari panggilan suara itu, lalu segera masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan makin tak karuan.

Saat ini, hal buruk mungkin bisa terjadi pada Beryl. Haira hanya berharap putri semata wayangnya itu baik-baik saja. Ia harus melindungi putrinya, sebelum semuanya terlambat.

✿✿✿

Di sisi lain, Beryl menggeliat pelan dan mulai mengumpulkan kesadaran. Tetapi gadis itu merasa ada sesuatu yang aneh. Ia tak bisa membuka mata, mulut, maupun menggerakkan tangan dan kakinya.

Ada dua helai kain yang diikat menutup mata dan mulutnya. Kepalanya juga ditutup kain penutup kepala. Perutnya dililit dengan tali ke sandaran kursi, kedua kakinya juga diikat menjadi satu, dan sesuatu mengunci kedua tangannya ke belakang kursi tempat duduknya.

Sebuah borgol (?)

Beryl yakin kedua tangannya memang telah diborgol. Anehnya lagi, bagian tangannya yang tadi berdarah juga sudah diperban. Entah siapa yang melakukannya.

Beryl ingin sekali menggigit dan menyingkirkan kain penutup mulutnya, tapi takut nyangkut di kawat giginya. Yang ada malah nyusahin diri sendiri!

Gadis itu berontak dan mencoba melepaskan diri. Namun bukannya bisa terlepas, ia justru hampir terjatuh karena usaha melepaskan dirinya membuat kursi yang ia duduki jadi tidak seimbang dan hampir saja terjatuh.

Akan tetapi, di saat itu juga sepasang tangan menahan kedua bahunya dan mengembalikan posisi kursi seperti semula.

Beryl terdiam. Jantungnya mulai berdebar kencang. Apa ia sedang jatuh cinta? Ah tentu tidak.

“Sudah bangun, Tuan Puteri?”

Deg

Beryl membeku.

“Kenapa?”

“Kaget?”

Orang yang memakai party eye mask itu menarik penutup kepala Beryl dan mengusap puncak kepala gadis itu pelan. “Jangan pingsan-pingsan lagi. Nyusahin,” ujar orang itu lagi dengan nada penuh penekanan.

Tubuh Beryl yang sudah melemas sejak mendengar suara orang itu kini makin melemas. Meskipun Beryl tidak bisa melihatnya, tapi ia kenal betul dengan suaranya.

Beryl menunduk dalam dan terisak, membuat sehelai kain hitam penutup matanya terlihat basah. Beryl hanya tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi. Terlalu banyak teka-teki yang tak ia mengerti. Apalagi melihat kenyataan siapa orang yang sekarang ada bersamanya saat ini.

Celandine ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang