BAGIAN 40

10.2K 510 307
                                    

HAY HAYY HAYYY BRE BRO CUYYY👋🤗🤗

TERIMA KASIH YANG MASIH STAY TUNE SAMPAI 40 PART MENEMANI CERITA INI 😁😁

GAK NYANGKA BANGET, BISA NERUSIN DG SAMPE SEJAUH INI 🤧

BUAT KALIAN YANG MAU KASIH BINTANG, KALIAN KEREN. 😂😂

Happy Reading ....

####

Risa keluar dari ruang UKS setelah dirasa kepalanya tak sepusing tadi. Ia takut tertinggal mata kuliah lagi. Sebab, selama berada di rumah sakit pun, Leon tak mengizinkannya untuk belajar.

Perfect husband, 'kan?

Pandangannya langsung tertuju ke arah seorang gadis, yang sedang menangis di tempat duduknya. Tak lupa, ia juga menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Risa langsung berjalan cepat, mendekati sang gadis. Ia memegang pundak gadis tersebut, membuatnya menoleh menatap Risa.

Risa duduk di sebelah gadis itu. "Lo kenapa, Nis?" tanya Risa khawatir. Ya, gadis itu adalah Anis, sahabat Risa, yang satu jurusan dengannya.

Anis langsung berhambur memeluk Risa. Membuat sang empunya sedikit terkejut. "Elang, Sa."

"Elang kenapa, Nis? Lo berantem lagi sama dia?" tanya Risa semakin penasaran.

Elang merupakan pacar, sekaligus tunangan dari Anis. Mereka sudah berencana, akan menikah satu minggu lagi.

Anis masih terisak di pelukan Risa. "Di-dia mutusin gue ...."

"Apa?!" pekik Risa, seketika semua mata dari orang-orang, yang berada di ruangan tersebut menyorotnya.

Risa tidak peduli, ia hanya terfokus dengan cerita Anis.

"Alasannya apa?" tanyanya lagi.

"Dia dijodohin sama orang tuanya, Sa. Dia bilang, kalo orang tua mereka udah sepakat." Anis semakin terisak, membuat Risa merasa iba.

Risa membatin, kok, kek cerita hidup gue?

"Sabar, ya, Nis. Mungkin emang dia bukan jodoh lo." Risa berusaha menenangkan Anis.

Cukup lama mereka berada di posisi yang sama. Tangis Anis juga sudah mereda. Bertepatan dengan suara bel yang berbunyi.

Risa berinisiatif membuka obrolan terlebih dahulu. "Em ... Nis, ingus lo gak luber di baju gue, 'kan?"

Anis langsung menegakkan badan, sambil menyedot ingusnya yang hampir tumpah.

Memandang kesal ke arah Risa. "Lo tuh kalo kurang ajar suka gak tau tempat, ya, Sa!"

"Yeuh ... gue kan cuma nanya!" cibir Risa.

Wajah Anis berubah masam. "Iya! Tapi gak berfaedah!" Sewotnya.

Risa mengikuti dialog Anis, dengan bahasa yang terkesan menye-menye. Suana kembali hening, sepertinya dosen yang hendak mengajar, sebentar lagi akan masuk.

"Selamat siang, anak-anak!" Terdengar sapaan dari pria, yang baru saja memasuki ruangan tersebut.

"Siang, Pak!" sahut semua murid, termasuk Risa.

Namun, saat Risa mendongakkan kepala, dirinya langsung tercengang. Ternyata dosen tersebut adalah ... Leon.

Sialan!

DOSEN GILA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang