Selamat Hari Jumat❤️
Kata-katanya lagi cocok disituasi sekarang ini, bukan cuma aku tapi buat kalian semua juga. Selalu terngiang-ngiang terus ketika mau nyerah. Ada alasan mengapa memulai dan ada alasan juga harus sampai finish❤️
***
Selepas itu, Tristan kini sudah mendapatkan pesanan Oma Nike. Beberapa kebutuhan bahan dapur dan yang paling penting jeruk nipis yang menjadi kebutuhan pokok rumah Oma Nike. Tristan kemudian bergegas menuju tempat Oma Nike tadi, tangan wanita lansia itu nampak mengipas-ngipas wajahnya. Cuaca di siang itu memang sangat panas.
Oma Nike juga sudah melihat bagaimana cekatannya Tristan dalam hal tawar-menawar dan berdebat dengan ibu-ibu itu. Hmm, boleh juga kalau di ajak ke pasar.
"Oma, saya udah berhasil dapat bahan kebutuhan dapur yang Oma minta. Jeruk nipisnya juga dapat."
Terlihat Tristan nampak sedikit terengah-engah. Keringat juga nampak terlihat di pelipisnya. Memang laki-laki ini sangat bekerja keras dan sangat gigih dalam hal berbelanja.
"Oke, bagus kalau begitu. Oh iya, kita ke lorong dalam dulu ya. Mau beli daging. Kamu siap-siap tawar lagi."
Tristan mengangguk mengerti. Sepertinya untuk hal tawar-menawar sudah bisa ia taklukan. "Iya, Oma. Saya siap selalu."
Setelah beberapa waktu berjalan, saling berdempetan bahkan beberapa kali kakinya terinjak, akhirnya mereka pun sampai di pusat penjualan daging. Terdapat banyak jenis daging di sana. Sangat lengkap, dari mulai daging ayam sampai hewan yang tidak biasa.
Mata Tristan sedikit membulat ketika melihat pemandangan di depan sana. Sedikit takut-takut, membuat langkah Tristan seakan menjadi pelan. Berbeda halnya dengan Oma Nike, wanita lansia itu nampak baik-baik saja seakan didepan sana sudah menjadi kebiasaan.
Oma Nike sedikit merasa sadar kalau pria muda di sampingnya ini menunjukan gelagat yang tidak biasa. Jelas ia tau hal itu di karenakan oleh apa.
"Kenapa, kamu takut?"
"Eh, gak Oma. Saya gak takut," Tristan seakan membusungkan dadanya. Memang takut, namun Tristan lebih takut dengan Oma Nike dan Opa Hans.
"Bagus kalau begitu. Soalnya kalau kamu takut ya bahaya, saya memang mau beli daging itu. Itu makanan favorit Adela. Gimana, kamu bisa tawar kan seperti tadi? Yah, kalau gak bisa, juga gak apa-apa, saya bisa sendiri."
Mulut Tristan sedikit menganga. Itu makanan favorinya Adela? Kok gak pernah cerita. "Bisa Oma. Saya bisa."
Pemandangan di depan sana semakin dekat. Untuk pria yang tidak biasa melihat pemandangan ini seperti Tristan, sudah pasti akan merasa takut juga. Tapi kalau di pikir-pikir juga, di Manado adalah hal yang umum untuk menemukan pasar ekstrem seperti ini. Semua macam jenis daging ada dan bisa di makan. Asal jangan daging human aja, itu tidak ada dan tidak bisa di makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY BOSS (TRISTAN & ADELA) END
Художественная проза[PROSES TERBIT] Bagi Adela, Tristan adalah orang yang ia buang jauh-jauh dari daftar suami idaman. Ganteng sih, iya. Bahkan sebelumnya Adela sempat memasukannya dalam daftar pria idaman. Tapi sekarang tidak lagi. Entah gossip dari mana, sampai ia me...