HALLO...
AKU BALIKK....
APA KABARNYA? BAIK KAN? PASTI DONG HEHEHSEMANGATTT SENIN PRODUKTIF💚
♡♡♡
Beberapa jam sebelum malam.
Wajah pria itu nampak lelah, raut wajahnya nampak khawatir. Tristan baru saja kembali ke hotel setelah membawa Adela kerumah sakit. Adela masih belum sadar. Tadinya ia sempat berdebat dengan dokter karena memberi obat yang membuat tidur Adela lebih lama, walaupun kata dokter obat tersebut ampun mengembalikan kondisi Adela seperti semula. Semacam energy dicharge kembali dengan tidur. Aneh-aneh aja....
Tristan harus kembali ke hotel, karena harus mengurus beberapa hal disana. Tadi pagi ia tidak jadi pergi ke lokasi pembangunan project perusahaan. Hanya mengutus karyawan dan orang kepercayannya. Siang ini, rombongan sudah kembali ke hotel dan akan kembali lagi ke lokasi pembangunan setelah jam makan siang. Tentunya tanpa Tristan.
Sesuai jam makan siang. Rombongan sudah tiba di hotel, Tristan pun sama. Mereka sama-sama sudah duduk dimeja ramah tamah guna untuk mengisi perut untuk aktifitas seharian ini. Tristan duduk satu meja dengan Reza, Rheandra, Brandon dan beberapa karyawan lainnya. Sesuai instruksi sebelumnya, ia harus mendengar review kabar tentang bagaimana project pembangunan yang sedang berjalan. Dengan alasan izin karena ada urusan mendesak, Tristan tidak ikut meninjau secara langsung. Alasan sebenarnya hanya diberitahukan kepada Rheandra---sepupunya.
"Jadi bagaimana kabar tentang perkembangan project pembangunan yang dilakukan, Reza? Apa ada kendala dilokasi?"
"Sejauh ini kendala belum terlihat, Pak. Biaya yang keluar masih dikatakan wajar. Timelinenya masih digaris yang sama. Project kita masih di tahap Eksekusi awal. Kita masih membangun awalan, pemasangan tiang dan fondasi sesuai dena. Untuk pengajuan desain dan manajemen waktu yang baru, sudah disetujui oleh kontraktor. Dan untuk peninjauan project selanjutnya kita bisa melakukan secara online maupun real-time"
"Oke, bagus kalau begitu"
"Sebenarnya untuk perhitungan waktu kerja yang baru-baru ini di rubah. Kita mendapat apresiasi dari kontraktor pemborong, Pak. Katanya bisa digunakan untuk meminimaliskan waktu pengerjaan project"
Tristan tersenyum tipis. "Bagus. Setidaknya orang-orang dari kita bisa memberi sedikit masukan untuk mereka. Kerja bagus, Reza"
"Bukan saya Pak yang bertanggung jawab akan manajemen waktu konstruksi. Tapi Adela"
Tristan tersontak kaget "Adela Jacinda?"
Reza mengangguk. Memangnya yang namanya Adela di team Surabaya ini ada dua? Bukan hanya di project ini tapi sepertinya di kantor mereka, belum pernah ia mendengar Adela lain. "Iya, Pak. Adela Jacinda Sanjaya"
"Kenapa bukan dari orang sipil? Bukannya Adela lulusan industri? Harusnya dia di bagian maintenance ataupun quality tools"
Reza menggaruk pelipisnya. Etdah, keliatan banget ni orang bukan engineer. Tapi ia hanya berbicara didalam hati. Tidak baik meremehkan atasan. "Iya, Pak. Sebenarnya Adela itu umum. Bapak bisa menempatkan dibagian mana saja diperusahaan. Kantor maupun pabrik. Dibagian Programmer juga bisa, Pak" Asal bukan di cleaning service ya, Pak.
Tristan manggut-manggut. Ternyata banyak gunanya juga ya dia itu. "Okee"
Ngomong-ngomong soal Adela, Reza belum melihat Adela sejak pagi. Dia juga sudah mengirimi pesan tapi hanya ceklis satu yang ditujukan. Reza celengok-celengok mencari keberadaan Adela disetiap ruangan ramah tamah tersebut. Hal itu ternyata dapat menarik perhatian Tristan. Sudah ia duga seratus persen. Eh, dezo...Lo nyari Adela pasti kan? Gak akan ya gue kasih tau!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY BOSS (TRISTAN & ADELA) END
General Fiction[PROSES TERBIT] Bagi Adela, Tristan adalah orang yang ia buang jauh-jauh dari daftar suami idaman. Ganteng sih, iya. Bahkan sebelumnya Adela sempat memasukannya dalam daftar pria idaman. Tapi sekarang tidak lagi. Entah gossip dari mana, sampai ia me...