PART 18
APA KABAR? BAIK KAN? BAIK YA PASTI. AKU JUGA BAIK KOK. WALAU ADA BANYAKKKK SEKALII TUGASSS YANG HARUS DI KERJAKAN WKWK
SEMANGAT SEMUANYAA YAH❤❤
♡♡♡
Tristan dan Adela sudah sampai diatas. Didepan ruangan meeting. Keduanya belum masuk didalam. Dikarenakan ponsel Tristan yang tiba-tiba berbunyi. Membuat Tristan, mau tidak mau harus mengangkat telfon terlebih dahulu sebelum masuk. Tidak enak juga jika didalam sana banyak sekali rekan kerja yang mengajaknya bicara namun dirinya sibuk menelfon.
Ternyata, panggilan telfon tersebut asalnya dari Tantenya di Jakarta. Tante rempong nan kepo itu, tidak henti-hentinya menelfon sejak tadi---Bu Rati. Semuanya pertanyaan tidak berbobot, mulai dari menanyakan jam di Surabaya adalah jam berapa. Pulang Jakarta kapan. Menitip oleh-oleh. Semuanya itu hanya basa-basi. Pertanyaan intinya adalah, sudah sejauh mana hubungan PDKT Tristan dengan calon keponakan tersayangnya Adela.
Tristan sudah buru-buru menjauh dari Adela ketika ponselnya menunjukan nama panggilan dari Tantenya. Dirinya jadi was-was ketika mendapat telfon itu. Jantungnya degdegan sendiri. Gimana gak degdegan? Setiap Tristan menjauh beberapa langkah, Adela terus mengekorinya. Ketika ditatap, Adela hanya melemparkan senyum menyengir. Yah, seperti saat ini jarak mereka hanya berkisar 5 langkah saja. Mau tidak mau, Tristan harus mereject panggilan Tantenya itu. Mengetik pesan dengan cepat; Jika ada keperluan chat saja. Situasi tidak memungkinkan.
"Tristann!" Sementara ia berbalas-balas pesan dengan Bu Rati. Tristan dikagetkan dengan suara cempreng wanita dari arah kejauhan. Tristan yakin itu bukan Adela. Jika Adela tidak perlulah dia harus memanggilnya dengan keras seperti itu. Dan juga, Adela tidak pernah memanggilanya dengan sebutan nama. Jadi, Tristan tidak peduli, masih saja tangannya sibuk mengetik di layar ponsel.
"Ehh, Mbak Davika yah?" Kali ini suara Adela yang bersuara. Yang ini dong merduh. Gak cempreng, tapi Adela juga cempreng sih tapi gemesin juga. Ehh, kok?
Tapi, tunggu. Davika? Tristan mengernyit, masih belum beralih pada ponsel digenggamannya."Tristan, ihh Davika kangen!" Ketika Davika sudah terpampang jelas dihadapan Adela dan Tristan. Gadis itu tanpa aba-aba langsung memeluk tubuh Tristan membuatnya sontak kaget. Sudah biasa memang Davika bersikap seperti ini pada Tristan namun yang ia kagetkan adalah adanya Adela. Ya ampun, baru saja di klarifikasi ada aja ni cecenguk berbaju kuning satu ini, udah main peluk-peluk segala. Kira-kira Adela masih percaya gak ya sama gue?
"Davika, kok kamu bisa ada disini?"
"Papanya Davika kan ada didalam juga. Jadi Davika ikut juga dong. Tapi Davika gak sering ikut sama papa kerja kok. Davika cuma ikut hari ini aja karena Tristan kesini"
Tristan tau, Ayah dari Davika---Pak Dave adalah wakil direktur dari perusahaan ini. Perusahaan milik omnya Ardi---adik dari sang mama. Yang sekarang sudah diambil alih oleh sepupunya Diana Maldini.Perlahan Tristan mulai melepas pelukan Davika membuat Davika malah makin mempererat pelukannya. Kira-kira sudah hampir sebulan dirinya dan Davika tidak bertemu. Terakhir pada saat acara makan malam keduanya. Saat itu Tristan rasa adalah makan malam tergila.
Bagaimana gak gila? Sedang asyik-asyiknya menyantap makan malam, tiba-tiba Davika melontarkan empat kata. Tristan kita nikah yuk? Sontak Tristan tersedak mendengar itu. Bukannya ia tidak tau dengan perasaan Davika, jelas ia tau, bahkan sebelumnya Davika pernah mengajaknya kencan. Tapi selalu ditolaknya. Ada beberapa alasan yang dia punya untuk menolak Davika. Banyak. Salah satunya Tristan tidak cinta Davika.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY BOSS (TRISTAN & ADELA) END
General Fiction[PROSES TERBIT] Bagi Adela, Tristan adalah orang yang ia buang jauh-jauh dari daftar suami idaman. Ganteng sih, iya. Bahkan sebelumnya Adela sempat memasukannya dalam daftar pria idaman. Tapi sekarang tidak lagi. Entah gossip dari mana, sampai ia me...