PART 2
Typo bertebaran🙏
Jangan lupa tekan tombol bintang di pojok kiri bawah❤ Komen juga yg banyak yah🤗🤗
Adela bernafas lega. Depan ruang HRD disini ia berada sekarang. Jam menunjukan pukul 08.28, artinya dia sampai 2 menit lebih awal dari waktu yang ditentukan. Tanpa berpikir panjang Adela memutuskan untuk masuk ke dalam, bertemu dengan orang yang dicari.Tokkk tokkk.
"Masuk!" terdengar sahutan dari dalam. Adela langsung menekan tombol open pada pintu otomat. Senyumnya dipasang sedemikian rupa. Ingat, Adela harus senyum. Ini hari pertama kerja loh.
Ckleekkk
Senyuman yang tadinya mengambang dengan sempurna kini berubah 180° seperti semula. Datar, bukannya datar tapi lebih tepatnya, kaget, shock dan gugup.
Ternyata didalam sana bukan hanya Bu Rati seorang. Tapi CEO PT. JAYA juga disana. Ahh, benar-benar akan serangan jantung rupanya.
Selain rekan kerja. Sebenarnya hubungan Bu Rati dan Pak Tristan adalah tante dan keponakan. Bu Rati pernah cerita, ia sudah menganggap Tristan sebagai anak sendiri, dari kecil tinggal sama dia, jika kedua orangtua Tristan sedang keluar kota.
Bu Rati hanya tinggal sendiri, suaminya sudah lama meninggal dan mereka tidak memiliki anak. Jadi, keponakannya ini sudah ia anggap sebagai anak sendiri. Tidak heran jika pagi-pagi begini Pak Tristan sudah berada di ruangan kerja bu Rati.
"Selamat pagi, bu Rati. Selamat pagi pak Trissttan" Adela tersenyum memaksa.
"Selamat pagi" bu Rati yang menjawab. Sementara si bapak CEO hanya duduk di kursi kebesaran milik bu Rati seraya menyilangkan kedua tangan. Memang bos besar huuu.
Bu Rati memindai setiap inci pegawai baru dihadapannya ini. Satu tepukan ia layangkan. Wahh, Baru satu tahun tapi ia sudah lupa dengan anak intern kesayangannya itu. Memang, Adela sedikit terlihat berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu, dari segi penampilan. Maklum sudah berumur 50 jadi sering lupa.
"Ehh, ini, Adela kan yah, benar? Wah, udah besar kamu yah? Padahal setahun lalu masih suka pake celana jeans ke kantor. Sekarang udah pake rok, hehe" Bu Rati tersenyum menatap anak magang kesayangannya dulu.
Duhh, gak usah bilang yang itu juga buu...
Mau tidak mau Adela menyunggingkan senyumannya juga. Ya, ampun setahun yang lalu saat magang memang ia sering pake celana jeans, kemeja atau PDH dan sepatu kets berwarna hitam atau putih.
Karena masih magang jadinya mereka bebas. Memakai style kampus. Karena saat ini sudah berstatus sebagai karyawan, jadilah harus mengikuti aturan perusahaan.
Rok dan kemeja, tidak lupa juga sepatu hak setinggi 5 cm, tidak terlalu tinggi. Jika ia mengenakan yang lebih tinggi dari itu. Mungkin akan terlihat seperti tiang berjalan. Pakai yang 5 cm saja, tingginya sudah mencapai 172 cm. Bagaimana kalau 8 atau 10? Wahh, bisa setara dengan pak Tristan dong kalau tingginya jadi 178 cm.
Tapi perkataan Bu Rati ada benarnya juga. Entah mengapa mengenakan pakaian seperti ini dirasa aura-aura dewasanya keluar. Tidak seperti stylenya sehari-hari, aura anak-anaknya keluar. Walaupun tidak bisa dipungkiri, sifat alay dan kekanakannya masih ada, sudah mendarah daging.
Nanti kalo nyari suami, harus yang menerima kelebihan dan kekurangan eaaa.
"Iyaa, bu masa saya kecil terus sih. Tapi tinggi saya gak nambah kok, bu. Kalo nambah ntar kayak tiang lagi, susah dapet jodoh hehe"
"Waduhh, maaf La. Ibu hampir lupa sama kamu. Kamu tambah cantik banget soalnya" Adela hanya tersenyum mendapat pujian dari Bu Rati, mendapat pujian 'cantik' dari orang-orang, hal itu sudah biasa ia dengar. Jadi tidak terlalu harus sampai terbang ke langit ketujuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR MY BOSS (TRISTAN & ADELA) END
General Fiction[PROSES TERBIT] Bagi Adela, Tristan adalah orang yang ia buang jauh-jauh dari daftar suami idaman. Ganteng sih, iya. Bahkan sebelumnya Adela sempat memasukannya dalam daftar pria idaman. Tapi sekarang tidak lagi. Entah gossip dari mana, sampai ia me...