Ini bener-bener bagian terakhir, abis ini udah nggak ada apa-apa lagi.
*#*
Queensha Arabella
Waktu pertama aku menikah, aku tak sepenuhnya tahu seperti apa pernikahan itu sendiri. Saat itu yang ada di pikiranku tentang pernikahan adalah, aku tinggal bersama orang lain yang aku sebut sebagai suamiku, tak peduli siapapun orang itu. Papa ku yang memilihkan suami untukku, dan sebelumnya aku belum pernah mengenalnya, bahkan meski hanya sekedar melihat wajahnya.
Saat hari pernikahan aku merasa bahagia, bukan karena dalam sekejap aku jatuh cinta pada pria yang baru saja menjadi suamiku, bukan. Tapi kebahagiaan ku saat itu adalah karena aku akan diizinkan oleh Papa ku untuk tinggal di Indonesia—tanah kelahiranku yang paling aku cintai—selama yang aku mau.
Sebenarnya aku juga tidak pernah jatuh cinta, sama sekali tidak pernah. Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta? Teman-temanku yang tidak terlalu dekat denganku pernah mengatakan jika cinta itu indah, tapi terkadang cinta itu juga yang menjadi alasan mereka bersedih. Aku tidak mengerti, dan saat aku bertanya pada Mama dan Papa ku, mereka hanya berkata "Belum saatnya kamu tahu tentang cinta, cinta itu bisa membuat kita bahagia, tapi bisa juga membuat kita terluka. Akan ada saatnya dimana kamu menemukan cinta yang sesungguhnya, tapi bukan sekarang waktunya. Sekarang kamu hanya harus fokus pada pendidikan dan cita-cita kamu". Dan saat itu aku hanya mengangguki ucapan mereka.
Tapi ketika aku menikah dengan seorang pria bernama Alex Dirgantara, entah kenapa aku merasa dia seperti Papa ku, maksudku adalah sikapnya mirip dengan Papa yang selalu sabar dan memahami diriku, juga selalu melindungi diriku. Dan aku tidak pernah tahu sejak kapan aku merasakan perasaan aneh padanya? Aku sering merasa jantungku berdebar kencang saat sedang bersamanya, aku selalu merindukannya jika dia berada jauh dariku, dan… entahlah, ada perasaan hangat menelusup dalam hatiku setiap kali dia memperlakukanku dengan begitu lembut. Dan puncaknya adalah ketika suamiku sendiri mengatakan bahwa dia mencintaiku. Saat itu rasanya seluruh sel-sel tubuhku bergetar mendengar pernyataannya, jutaan kupu-kupu seolah terbang di dalam perutku, membuatku ingin terbang juga.
Seperti kata Mama dan Papa ku, cinta tidak hanya akan membuat kita bahagia, tapi juga terluka. Itulah yang beberapa kali aku rasakan di dalam pernikahanku. Layaknya bunga mawar yang memiliki kelopak indah namun juga duri yang menyakitkan, seperti itulah cinta. Dan konflik cinta dalam kehidupan pernikahanku, aku gambarkan dengan gambaran mendaki gunung.
Gunung itu menyimpan keindahan, juga semak belukar. Saat mendaki gunung, kau akan merasa lelah karena harus jatuh bangun dan melewati jalan yang terjal, bahkan kau juga bisa mendapatkan luka karena semak belukar atau hal lain. Jika kau menyerah lalu memilih mundur, kau tidak akan mendapatkan apa-apa. Tapi jika kau terus berusaha melewati setiap rintangan di depan mata, kau akan mendapatkan sesuatu yang indah di puncaknya, di akhir perjuanganmu.
Itu yang aku rasakan, aku tahu mungkin kalian melihat aku seolah menyerah saat memutuskan untuk pergi ke Amerika saat itu. Tapi percayalah, apa yang aku lakukan itu hanya sebuah pemberhentian sementara. Aku hanya sedikit lelah, tapi aku tak pernah menyerah.
Dan pada akhirnya… aku mendapatkan akhir yang indah. Meskipun rasa takut membayangi hatiku jika seandainya aku dan kak Alex dipisahkan oleh maut, aku tidak peduli, yang aku inginkan hanyalah menikmati sisa hidupku bersamanya dan anak-anak kami.
Alex Dirgantara, aku beruntung bertemu denganmu, menikah denganmu, dicintai olehmu, serta bahagia bersamamu dan anak-anak kita.
I love you more than you know ♥️###
Alex Dirgantara
Saat pertama kali aku bertemu dengan Ara waktu itu, aku tidak merasakan apa-apa padanya. Aku hanya berpikir untuk menikahinya atas dasar perjodohan yang diatur oleh kedua orang tuaku dan orang tuanya. Aku hanya ingin memenuhi permintaan orang tuaku untuk menikah dengannya, karena saat itu aku juga sedang tidak memiliki tambatan hati. Jadi tidak ada salahnya kan aku menikah dengannya?
Karena dengan begitu aku bisa jatuh cinta tanpa takut kehilangan, karena kami sudah terikat ikatan suci pernikahan. Dan tepat setelah pernikahan, aku lebih meyakinkan diriku untuk hanya jatuh cinta pada Ara, pada istri kecilku.
Ya… seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakan benih-benih cinta tumbuh di hatiku, dan pada akhirnya perasaan itu tak terbendung lagi, membuatku akhirnya mengungkapkan cintaku kepadanya, Ara.
Aku tidak berharap banyak gadis itu akan langsung membalas perasaanku saat itu juga, tapi ternyata takdir sedang berpihak kepadaku. Ternyata dia merasakan hal yang sama, cintaku terbalaskan.
Tapi ternyata memang benar, perjalanan cinta itu tak semudah dan semulus yang dibayangkan. Berkali-kali ada ombak besar yang menerjang bahteraku dan Ara, tapi aku bersyukur pada Tuhan yang tak pernah membiarkan ombak itu menghancurkan pernikahanku.
Aku sempat frustasi ketika Ara pergi meninggalkanku ke Amerika, tapi aku berusaha memahami dirinya yang masih membutuhkan waktu untuk melupakan kejadian sebelumnya. Aku menyesal, sangat-sangat menyesal karena pernah tidak mempercayainya. Aku menyesal mempercayai apa yang dilihat mataku begitu saja, tidak mencari kebenarannya terlebih dahulu. Seumur hidupku, itu akan menjadi penyesalan terbesarku.
Tapi aku menyadari betapa beruntungnya aku saat seorang Queensha Arabella kembali kepadaku. Betapa baiknya Tuhan yang membuatnya kembali kepadaku, juga betapa baiknya hati istriku karena mau memaafkan kesalahanku yang besar itu.
Mulai saat itu aku bertekad untuk tidak pernah meragukannya lagi, aku juga akan menjaganya dengan segenap jiwa ragaku agar dia tidak pernah pergi dariku lagi, tidak akan pernah. Apalagi mengingat jika sekarang kami memiliki dua orang anak, Arsen dan Asya, bukti cinta kami selama ini.
Rasanya kedua anak kami itu tumbuh dengan begitu cepat, padahal rasanya baru kemarin aku menikah dengan Ara, ah bukan, tapi mengungkapkan cintaku pada Ara. Karena rasa cinta di hatiku masih sama, bahkan semakin bertambah setiap harinya. Tidak ada rasa bosan atau jenuh sama sekali, dan aku akan memastikannya untuk tidak pernah terjadi.
Satu hal yang aku takutkan saat ini, perpisahan. Rasanya kata itu begitu menakutkan untukku. Aku pernah berpisah dengan Ara sebelumnya, tapi kami berpisah di dunia yang sama, bukan di dunia yang berbeda.
Aku tahu, sangat tahu jika kematian adalah hal yang pasti. Tapi… jujur saja, aku tidak ingin kehilangan istriku itu suatu hari nanti. Tapi jika aku bisa memilih, aku akan memilih agar Ara meninggal lebih dulu dariku. Kalian mungkin mengira aku gila, tapi sebenarnya tidak juga. Aku hanya tidak ingin istriku merasakan duka yang mendalam jika aku tiada terlebih dahulu, lebih baik aku saja yang merasakan duka itu.
Sudahlah, itu tidak perlu dipikirkan. Sekarang aku hanya perlu fokus pada keluarga kecil kami. Keluargaku yang menjadi tempatku pulang dan merasakan kehangatan setelah lelah bekerja seharian.
Queensha Arabella, aku mencintaimu, selamanya akan seperti itu. Memilikimu adalah anugerah terindah dari Tuhan untukku. Satu yang perlu kamu tahu, cintaku sebesar alam semesta, yang bahkan tidak seorangpun mengetahui seberapa besarnya♥️
###
KAMU SEDANG MEMBACA
My Innocent Girl [Tamat]
General Fiction[CERITA INI HANYA ADA DI WATTPAD (DI AKUN INI), SELAIN ITU PASTI PLAGIAT] seperti apa jadinya jika seorang CEO mesum menikah dengan seorang gadis SMA yang sangat polos? karena itulah yang sedang dialami oleh Alex Dirgantara, seorang CEO muda berumur...