"Mungkin kali ini gue harus kasih super glue di mulut si Natalie"
***"Kak Nashwaa ..."
"Apaan?"
"Mau temenin aku nonton gak?" tanya Charisa dengan matanya yang berbinar karena ia tahu hari ini Nashwa tak ada jadwal kuliah.
"Mau sih, tapi gak bisa," jawab Nashwa yang membuat wajah Charisa ditekuk sambil memperhatikan Nashwa yang tengah membereskan beberapa kertas-kertas yang ia butuhkan di kampus nanti.
"Lah kenapa? Kan gak ada kelas," terang Charisa, Nashwa kemudian menggandeng tasnya dengan satu tangan lalu melirik ke arah Charisa.
"Aku mau konsultasi tugas sama dosen, bye!" pungkasnya lalu pergi begitu saja dari hadapan Charisa menuju ke garasi. Charisa hanya menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh itu dengan wajah yang ditekukkan. Tangannya mengangkat sesuatu dan menatapnya nanar
The nun
Itu adalah sebuah tiket bioskop yang sudah ia beli dua hari yang lalu. Charisa membeli tiket itu terlebih dulu karena ia kira Deven akan menyetujui ajakannya, dan kini ia bingung bagaimana caranya agar uanganya tidak hangus begitu saja.
"Ah! Gue baru inget!" Charisa menyambar handphone-nya, ia mencari nama seseorang di kontak teleponnya lalu menekan tombol dial.
"Halo"
"Wey lo mau gak temenin-"
"Bentar, Cha, nanti telepon balik"
Tutt ...
Charisa melirik ke arah ponsel yang masih berada di samping telinganya, ia mengernyitkan keningnya sambil bertanya-tanya mengapa orang itu begitu terburu-buru seperti sedang dikejar-kejar sesuatu. Tanpa pikir panjang, Charisa langsung mengambil jaket dan kunci motornya. Ia berjalan ke luar untuk menaiki motornya, bukan khawatir dengan orang itu tetapi waktunya sudah mepet dan film itu satu jam lagi akan dimulai.
***
Kenzo sedang berada di halaman belakang rumahnya. Jangan sampai kalian pikir yang dimaksud halaman rumah adalah tempat yang sejuk dengan taman dan kursi serta meja yang ada di sana. Tidak, halaman belakang rumah Kenzo tidak se-aesthetic itu. Maksud dari istilah halaman belakang di rumah Kenzo adalah tempat berkumpulnya ternak milik babehnya dengan bau yang sangat aesthetic. Ya, bau tahi ayam.
Meski begitu, babehnya juga membuat sebuah tempat khusus untuk dirinya sendiri. Tempat khusus? Ya, tempat khusus untuk membuat gerabah. Babeh Kenzo memang merupakan pengerajin gerabah. Seringkali ia membuat gerabah itu di dekat halaman belakangnya atau sebelum pintu ke luar , hasil cetakannya akan disimpan di tempat khusus juga tentunya.
"Babeh ...," panggil Kenzo, ia tahu babehnya itu sedang berada di halaman belakang bermain tanah liat bersama ayam-ayamnya. Kenzo pun berjalan menuju ke sana, namun baru saja sampai ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan babehnya.
"Behh ... Babeh di mana?" panggilnya lagi sambil berjalan menuju ke tempat ternak kecil milik babehnya, namun dengan mata yang fokus pada ponsel.
Saking tidak fokusnya, Kenzo tidak menyadari apa yang ada di depannya. Sehingga ia melangkah dengan santai tanpa mempedulikan apapun, sampai akhirnya satu suara membuat jantungnya berdegup kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Fiksi RemajaKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...