16. Perasaan

114 23 7
                                    

Gue? Suka sama Deven? Yang ada kena hujat satu sekolah
~~~

"Diteken, Cha! Kalo mau suara senarnya kedengeran harus diteken kuat-kuat, tapi jangan terlalu kuat nanti jari kamu sakit," seru Yusak saat dirinya sedang mengajari anak bungsunya itu untuk bermain gitar akustik.

"Ih, ribet banget sih!"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu yang nyaring itu sontak membuat Charisa dan papanya menoleh ke arah pintu masuk yang sedari tadi tertutup.

"Siapa sih!?" ujar Charisa dengan nada yang kesal dengan sebuah sebuah gitar berwarna cokelat tua yang masih berada di pangkuannya.

"Ya kalo mau tau siapa, buka dong," titah Yusak menyuruh anaknya itu membukakan pintu untuk seseorang yang berada di luar.

"Ckk!" decak Charisa, gadis itu menyimpan gitarnya dengan malas dan berjalan dengan langkah yang tidak semangat.

Ia membuka pintu tersebut dan terlihat seorang pemuda yang berdiri di situ. Charisa yang melihatnya hanya mengangkat satu alisnya dengan sorot mata yang penasaran.

"Siapa, Cha?"

Charisa menoleh pada papanya lalu mengalihkannya lagi pada Deven, ia melipatkan tangannya di depan dada. Memang sudah menjadi rutinitas bagi Deven maupun Charisa mengunjungi rumah masing-masing, namun kali ini terlihat berbeda.

"Ada apa?"

"Nih, foundation lo ketinggalan di tempat latihan." Deven menyodorkan sebuah alat kosmetik berukuran sedang yang tentunya sudah tidak asing bagi Charisa melihat itu.

Namun Charisa kini malah mengkerutkan dahinya dengan sorot mata penuh tanda tanya. Pertanyaannya kali ini adalah, bagaimana ia bisa meninggalkan foundation di sekolah jika ia sendiri tidak membawa kosmetik apapun ke sekolah.

"Nggak kok gue gak bawa foundation ke sekolah," balas Charisa menggelengkan kepalanya dan mengatakan bahwa benda itu bukan miliknya.

Alis Deven bertaut dan membentuk sebuah kerutan di keningnya. Ia menatap ke arah foundation itu sambil menilik-niliknya. "Terus punya siapa dong?"

Charisa yang tidak tahu-menahu tentang benda itu pun hanya menggedikkan bahunya acuh dengan tangan masih terlipat di depan dada.

Yusak yang tidak mendapatkan jawaban dari anaknya tentang siapa tamu tersebut pun langsung berjalan ke arah Charisa untuk melihat siapa yang datang ke rumahnya.

"Ngobrolnya di dalem aja yuk."

"Nggak usah, Om. Yaudah, Cha, gue titip di lo aja dulu." Deven dengan spontan menolak ajakan Yusak tersebut, ia kemudian menarik dan mengangkat tangan Charisa setinggi pinggang. Lalu ia meletakkan foundation itu di telapak tangan Charisa.

Charisa mengeratkan pegangannya pada benda berukuran sedang itu. Deven hanya tersenyum simpul ke arahnya dan melirik ke arah Yusak sambil menganggukkan kepalanya sebagai tanda pamit dari rumah minimalis tersebut. Laki-laki itu pun berjalan ke luar dari pekarangan rumah Charisa dan meneruskan langkahnya menuju rumahnya sendiri.

Tanpa keduanya sadari, ada Nashwa yang melihat suasana canggung tersebut dari belakang Yusak. Candil yang baru saja ia suapkan seketika ke luar dari dalam mulutnya dan masuk lagi ke dalam mangkuk yang berisi kolak pisang.

Mulut Nashwa kini menganga, ia terpesona saat melihat senyuman Deven pada Charisa dan Yusak. Tangannya kini mulai bergerak menutup mulutnya, ia tidak bisa menyembunyikan senyuman jahilnya yang kini sudah terbit di bibirnya. Hanya ada satu kata yang dapat mendeskripsikan senyuman laki-laki itu di mata Nashwa. Ya, Ganteng.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang