26. Terjebak

96 17 21
                                    

Langit malam yang tidak ditaburi bintang seakan tahu suasana hati Charisa saat ini. Tangannya mengepal keras di atas pahanya, duduk di jok sebelah kiri supir dengan posisi yang sangat tidak nyaman. Keheningan menghiasi suasana di antara dua insan tersebut, Alva masih fokus melihat ke arah jalan yang disoroti oleh lampu jalanan. Dengan kondisi tubuhnya yang selengket ini, ia tidak yakin bisa berlama-lama berada di dalam mobil sang pria yang berada di sebelahnya.

"Cha, lo suka karate ya?" Sura bariton dari Alva sontak memecahkan keheningan di mobil tersebut.

"Hah? Iya, lumayan. Kenapa emang?" Dalam hati, Charisa berteriak meminta Alva untuk to the point saja. Karena yang ia inginkan sekarang adalah pulang ke rumah dengan selamat.

"Kebetulan gue punya adik yang jago karate juga loh, dia di perguruan Kei Shin Kan dan udah sabuk ungu juga. Tapi menurut gue, kemampuannya itu udah setara sama penyandang sabuk coklat," papar Alva mengajak Charisa berbicara dengan santai.

"Ya gue gak nanya," batin Charisa.

"Oh ya? Emang siapa namanya?"

"Eumm ... gimana kalo lo mampir ke apartemen gue aja, biar sekalian bisa ketemu sama dia," ajak Alva dengan antusias.

"Hmm ... boleh tuh, tapi gue masih kucel gini pake seragam sekolah. Gimana dong?" ujar Charisa yang niatnya adalah membuat Alva mengurungkan niatnya untuk mengajak Charisa ke sana setelah melihat penampilan Charisa yang sangat acak-acakan tersebut.

"Gak masalah, nanti tinggal ganti aja di sana pake baju adek gue," jawab Alva yang sontak membuat Charisa mengaduh, merutuki dirinya sendiri.

"A-adek lo cewek?" tanya Charisa.

"Iya, seumuran sama lo lagi."

~~~

Tinut

Pintu apartemen itu terbuka dan langsung menyuguhkan suasana ruang tamu dan dapur yang sangat sepi, tetapi dihiasi oleh barang-barang mewah. Charisa terpukau dengan apa yang dilihatnya kini, kakinya tidak sengaja melangkah ke dalam dan mendahului Alva yang berada di belakangnya.

Seseorang di dalam apartemen itu baru saja ingin melihat seseorang yang datang dengan mata yang masih terfokus pada ponsel, tetapi saat melihat siapa orang yang dibawa oleh Alva itu, ia buru-buru berlari ke dalam kamarnya dan menguncinya bersembunyi di dalam sana.

"Lo tinggal di sini, Va?" tanya Charisa yang mulai lupa dengan kecemasannya tentang penampilannya sekarang. Pertanyaan itu dibalas anggukan oleh Alva.

Tangannya tiba-tiba tergerak merangkul pundak Charisa sambil ikut mengedarkan matanya itu ke segala penjuru ruangan di apartemennya tersebut. "Kalo lo mau tinggal di sini juga boleh kok."

Pernyataan itu membuat senyuman di bibir Charis menghilang sekejap dan menoleh ke arah Alva dengan datar. "Nggak deh, masih sayang rumah," tolaknya secara halus sambil menyingkirkan tangan Alva dari pundaknya dan terkekeh pelan.

Charisa berjalan-jalan lagi di ruangan tersebut, tangan Alva tergerak kembali melepaskan tas sekolah Charisa dari gendongannya lalu menyimpannya di kursi ruang tamu. "Simpen aja, ntar berat," ucap Alva dengan senyuman yang terukir di wajahnya. Charisa hanya membalas senyuman itu dengan kikuk.

"Oh ya ... di mana adek lo?"

Alva terlihat celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang namun tak kunjung menemukannya. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal lalu terkekeh pelan. "Kayaknya dia belum pulang deh," ujar Alva. Charisa hanya mengangguk saja, pasalnya ia juga tidak menemukan seorang pun di rumah ini.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang