46. Investasi Perasaan

85 5 1
                                    

Terus mendamba tanpa perjuangan, ditemani ludira putih menetes di pipi. Berharap apa yang ditanam akan selalu berbalik, meski kenyataannya justru lebih pelik.

Benih yang buruk akan menghasilkan buah yang busuk. Sama halnya, niat yang buruk tak akan mendapatkan timbal balik yang baik.

Kembali ke rumah bukan sebatas bersinggah. Namun menetap tanpa mempedulikan kata, "Enyah!"
~~~

Di sinilah mereka berada, atau lebih tepatnya Kota Semarang, kota kelahiran. Tepat pukul lima sore tatkala di Di sana ada sebuah festival musik yang dihadiri oleh band Jingga, dan pertama kalinya mereka menyanyikan lagu milik sendiri walaupun baru satu. Namun rasa bangga itu masih tetap ada, diskusi mereka selama kurang dari satu jam nyatanya membuahkan hasil.

Jingga sudah merilis lagu berjudul Membasuh yang lirik serta nadanya sudah disepakati bersama, keempatnya sama-sama berkontribusi dalam proses pembuatan lagu itu. Mulai dari penulisan lagu, rekaman, sampai pembuatan musik video. Sejujurnya tak perlu ada shooting yang mendadak, mereka hanya perlu mengumpulkan semua video memorable milik masing-masing.

Empat manusia berpenampilan sederhana tapi mahal meniti langkah ke atas panggung, disambut semburat oranye dari ufuk barat. Semesta rupanya mendukung penampilan pertama mereka menyanyikan lagu orisinal milik band Jingga.

Diraihnya stand mic setinggi satu setengah meter oleh wanodya bersurai hitam sebahu, yang diperindah oleh pengeriting rambut di bagian bawah. Penampilannya terlihat lebih 'cewek' hari ini, dengan baju berwarna putih serta bawahan kulot berwarna hitam. Meskipun dirinya masih sedikit heran mengapa Kenzo tidak memperbolehkannya bermain gitar dan malah menyerahkannya pada William? Lantas siapa yang bermain keyboard?

Sudah menerka pun masih bersikukuh menolak, entah apa lagi yang direncanakannya, ia hanya bisa menurut saja. "Selamat sore, penyambut senja!" sapa Charisa pada seluruh penonton menggunakan pengeras suara.

"Sambil menyaksikan sang baskara yang perlahan meninggalkan cakrawala, di kota yang pertama kali memperlihatkan kebahagiaan ini, kami akan menyuguhkan penampilan yang spesial untuk kalian semua." Sambutan meriah dari Charisa itu disahuti oleh teriakan yang menggelegar dari seluruh penonton yang datang. Bahkan bagi mereka yang ke sini untuk menonton grup band lain pun ikut bersemangat meneriakinya.

"Lagu ini eksklusif dibawakan dari Jingga pada mereka yang selalu mendamba akan balasan dari apa yang pernah ditanam, yang berego tinggi seolah dunia harus selalu berpihak padanya, dan pada mereka yang membutuhkan tetesan air dari orang lain sebagai alasan untuk tetap bernapas meski kata bahagia tak selalu mencerminkan harinya."

Teriakan dari penonton sejauh ini masih terdengar meskipun lebih pelan sebab lelah berteriak terus menerus, mereka menyukai pembukaan dari wanita itu. Tetapi teriakan itu kini semakin banyak, semakin kencang, seolah menyambut seseorang yang baru saja naik ke atas panggung, tetapi Charisa tak tahu siapa itu.

Pandangan mereka semua tertuju ke arah yang seharusnya ditempati William untuk bermain keyboard, dan ke arah yang seharusnya tak ada siapapun di sana. Keempat orang itu pun segera menoleh, ke arah yang dilihat oleh penonton.

Mulut Natalie menganga lebar. William hampir kehilangan keseimbangan. Charisa mematung di tempatnya tak bisa bergerak. Dan Rafael, ia tak sengaja menjatuhkan stik drum-nya setelah tahu siapa yang kedua netranya lihat. Betapa terkejutnya mereka setelah bersitatap kembali dengan seseorang yang mengucapkan salam selamat tinggal dan menghilang selama dua tahun, Naura.

Bagaimana tidak, perempuan itu menghilang tanpa kabar lalu kembali dengan kejutan yang tak terduga. Ikut tampil bersama mereka sebagai embel-embel pemain keyboard tambahan. Mereka bahkan terdiam untuk beberapa menit, seolah lupa tujuan mereka berempat datang ke sini untuk apa.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang