31. Dasawarsa

86 9 3
                                    

Aku datang memberi hati, tapi kamu datang membawa undangan yang seakan memaksa perasaanku mati
~~~

Gadis itu turun dari atas panggung, ia langsung disambut oleh tepukan dari kedua telapak tangan teman-teman satu band-nya. Bibir mereka menerbitkan senyuman simpul, ada juga William yang kini cengo tidak percaya dengan kemampuan untuk bermain  gitar yang dimiliki Charisa. Ia mendekat kemudian memeluk lengan Charisa sambil menggoyang-goyangkannya, seperti seorang perempuan yang sedang manja pada kekasihnya.

"KEREN BANGET AAA! Lo pasti belajar dari gue ya? Lo diem-diem merhatiin gue main gitar ya? Ngaku gak lo!?" ujar William yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi dengan tingkat percaya diri yang tinggi. Lebih terdengar seperti sebuah paksaan memang.

Charisa menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat sikap William yang benar-benar mirip seorang fanboy garis keras kali ini. Ia menahan tangan William supaya berhenti mengguncang-guncangkan badannya yang sampai membuat kepalanya pusing. "Iya iya gue belajar dari lo, puas?" balas Charisa sambil terkekeh kecil.

"Banget!" timpal William dengan nada seperti suara ciwi-ciwi yang menimpali ucapan temannya.

Charisa tertawa melihat tingkah William yang benar-benar jauh dari sifat seorang laki-laki pada umumnya. Ia menoleh ke arah teman-temannya lain, lantas menangkap langkah Natalie yang kini berderap mendekat ke arahnya. Natalie memegang pundak Charisa, senyumannya memudar, netranya memicing dan memberikan tatapan yang menyelidik pada Charisa. 

"Itu buat siapa?" tanya Natalie. Pertanyaan itu sontak membuat ujung bibir Charisa tertarik, membentuk senyuman simpul yang membuat siapapun merasa damai melihatnya. "Dih malah senyum-senyum. Siapa, sih?  Gue kepo," ungkap Natalie.

"Lo udah tau siapa orang itu, Nat." Kalimat yang terlontar dari mulut Charisa sontak menimbulkan kerutan di dahi Natalie. Gadis itu berusaha berpikir keras tentang siapa seseorang yang dimaksud Charisa saat di panggung tadi. Memorinya tiba-tiba memutar kembali kejadian tempo hari bahkan bulan, matanya sedari tadi menatap mata Charisa dengan penuh selidik, berusaha mendapatkan jawaban. Tetapi yang ia dapatkan hanyalah sebuah kilas balik, tentang laki-laki yang sudah dikenalnya selama bertahun-tahun.

Kedua mata Natalie terbelalak sempurna, tangannya yang bertengger di bahu Charisa kini sudah terlepas. Bibirnya membentuk sebuah simbol huruf O selebar-lebarnya, menunjukan jika ia sudah tau dan terkejut dengan fakta itu.

"Sudah kudugong, hahay!"

Celetukan dari William tiba-tiba membuat mereka semua tersentak, termasuk Charisa dan Natalie. Padahal jika dipikir, seharusnya yang  berkata seperti itu adalah Natalie. Laki-laki itu berkacak pinggang sambil menatap Charisa dan Natalie dengan tatapan yang membuat siapapun merasa jengkel melihatnya.

"Lo kenapa, Wil?" tanya Naura dengan kedua alis yang bertaut. Tiga orang lainnya—Charisa, Natalie, dan Rafael juga menatap William dengan heran.

"Iya, udah gue duga kalo orangnya pasti Deven. Iya, 'kan?" William menatap ke arah Charisa untuk memastikan jika ucapannya benar. Gadis itu terdiam sejenak di tempatnya, tanpa ekspresi maupun reaksi, Natalie dan dua sejoli itu juga mengalihkan tatapannya pada Charisa. Berusaha mencari jawaban dari gadis itu.

"Kok lo tau? Cenayang ya?" ujar Charisa dengan sorot mata penuh curiga pada William. Seruannya itu juga menjadi jawaban dari sesuatu yang dipertanyakan mereka semua, tentang siapa orang yang dimaksud Charisa.

"Ya gimana ya, gak ada lagi cowok yang deket sama lo kecuali Deven sama Kenzo. Kalo lo suka sama Kenzo itu mustahil, impossible, kenapa? Pake nanya kenapa, dari tampang aja udah jelas lebih cakepan Deven. Ya, 'kan?" jelas William mengambil dari beberapa pengamatan yang dilakukannya secara tidak sengaja. Dan memang terbukti, kenyataannya memang begitu. Teman laki-laki yang dimiliki Charisa memang banyak, tapi hanya mereka berdua yang paling dekat dengannya.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang