Memberimu kebahagiaan dan membuatmu menaruh harapan lalu pergi begitu saja.
~~~Dia membuka kacamatanya lalu memasukannya ke dalam saku jaket, kemudian ia membuka kupluk pada jaketnya sehingga membuat lehernya terekspos jelas karena rambutnya yang kini dikuncir kuda. Matanya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, ujung bibirnya pun terangkat membentuk senyuman simpul. Memorinya memutar kembali kejadian beberapa bulan dan tahun yang lalu ketika dirinya selalu menjadi peserta di tempat ini.
Pandangannya teralihkan lagi ke arah satu orang yang wajahnya sudah tidak asing maju ke depan. Kakinya sudah menapak di atas matras, yang artinya ini sudah giliran dia untuk memulai pertandingan. Charisa mengukir senyuman terbaiknya sambil terus menonton pertandingan Deven secara sembunyi-sembunyi.
Awalnya ia enggan datang ke tempat ini, mengingat masalah yang menimpa keduanya, oh lebih tepatnya hanya menimpa Charisa. Dan tentu saja seperti yang bisa dilihat hubungan pertemanan mereka berdua kini semakin renggang, tetapi niat itu ia urung terlebih dulu. Charisa tidak mau mementingkan egonya untuk saat ini, sejak kemarin juga ia berusaha menepis rasa penasarannya tentang pertandingan hari ini.
Namun pada akhirnya rasa ingin tahunya itu mengalahkan egonya sendiri. Charisa memilih untuk berangkat ke GOR tersebut secara sembunyi-sembunyi tanpa memberi tahu Deven terlebih dulu. Tetapi tanpa ia sadari, ada seseorang yang memperhatikannya sejak ia membuka kupluk dan maskernya. Seseorang itu hanya tersenyum dan beranjak dari tempat duduknya.
"Lawan, Ven, lawan. Cepet keluarin passion lo!" lirih Charisa berbicara sendiri sambil mengepal kedua tangannya, saking gregetnya dengan pertandingan kali ini.
Deven terlihat sangat kewalahan rupanya, laki-laki itu berusaha menangkis dan mengelak serangan dari lawan. Ia tidak diberi kesempatan untuk melakukan gerakan. Hingga akhirnya ada sebuah celah di mana ia gunakan untuk memberikan perlawanan pada lawannya tersebut.
Bruk!
"OOO-"
Baru saja Charisa ingin bersorak gembira, sebuah tangan tiba-tiba menutup mulut Charisa dari arah samping. Charisa melirik ke arah tangan yang sudah berkerut tersebut dan melihat siapa pemilik tangan itu.
"Tante Gita?"
Laki-laki yang melawan Deven terjatuh dan wasit mengangkat tangannya untuk menghentikan permainan. Deven bersorak dalam hati sambil mengepalkan tangan di depan dada. Ia memandang ke arah Anneth yang kini sedang mengangkat kedua tangannya sambil bersorak gembira, bibirnya membentuk sebuah lengkungan.
Gita tersenyum ke arah Charisa, ia kemudian duduk di kursi yang ada di di sebelah Charisa. Beruntung kursi yang ditempati Charisa berada di lokasi yang sulit dijangkau oleh peserta yang berada di bawah, tapi tetap saja jantung Charisa masih tidak bisa berdetak dengan normal.
"Kamu kaget ya, Charisa?" celetuk Gita dengan pandangan yang masih mengarah ke arah pertandingan yang masih berlangsung.
Charisa tidak menjawab, ia hanya bergeming dan menutup wajahnya menggunakan masker serta kupluk jaketnya lagi. "K-kok Tante tau kalo aku ada di sini?" tanya Charisa penasaran dengan pandangan yang juga tidak melihat ke arah Gita. Ia tidak mau mereka berdua terlihat dekat, karena Charisa sedang bersembunyi kali ini.
"Saya tau masalah apa yang ada di antara persahabatan kalian berdua," ungkap Gita yang sontak membuat Charisa terkejut. "Saya juga tau ... kamu tidak benar-benar membenci anak saya," sambung Gita. Gadis remaja di sebelahnya itu seketika tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Gita dengan tatapan serius.
"Maksud Tante?"
"Buktinya kamu masih mau datang ke sini, walaupun harus berusaha biar gak ketahuan," jelas Gita secara langsung tanpa banyak terbelit-belit. Charisa hanya bisa menundukkan kepalanya dan memainkan jari-jarinya, matanya kembali beralih ke arah pertandingan yang masih berlangsung dan sudah saatnya giliran Anneth.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Ficção AdolescenteKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...