'tuk sementara
sampai berjumpa
bersama-sama bercanda lagiKenangan manis di hari ini
jadi alasan untuk kembaliAlunan musik itu semakin terdengar, melodi indah yang dihasilkan dari pita suara seorang gadis kini semakin mengalami peningkatan. Setiap harinya ruangan ini akan menjadi tempat mereka berbagi cerita lewat nada dan suara. Stand mic yang masih setia berdiri di depan Charisa menjadi saksi bisu perjuangan sang wanodya menggapai impian ke duanya.
Tuts hitam dan putih dengan jari-jari yang menari-nari di atasnya disusul oleh petikan senar yang menghasilkan harmoni damai, serta tabuhan drum yang bersahutan.
Senyuman itu terulas di bibir Charisa, helaan napasnya terdengar sangat nyata seakan menjadi bukti bahwa perjuangannya tidak setengah-setengah.
"Well done!" seru Natalie sambil mengangkat kedua tangannya di udara. Degan adanya Charisa sebagai vokal utama di band ini, bukan berarti dia juga tidak ikut tampil. Natalie memilih untuk menjadi backing vocal daripada bermain alat musik lainnya.
"Yok bubar! Bubar!" kelakar Rafael, menandakan bahwa hari ini adalah hari yang sangat melelahkan dan membuatnya ingin buru-buru pulang ke rumah.
"Haah ... akhirnya kelar," celetuk Charisa menjatuhkan bokongnya ke lantai.
Mereka sedang berada di ruang musik di sekolahnya. Jika kalian berpikir band yang ada di SMA ini hanya band NAVVRELL saja, kalian salah besar. Ada dua grup band resmi yang terbentuk di sekolah ini. Yang pertama tentunya band NAVVRELL, dan yang ke dua adalah band The Noon. Merupakan band yang biasa menyanyikan lagu indie-rock maupun country, semua personilnya adalah seorang laki-laki.
Sementara itu NAVVRELL adalah band yang biasa menyanyikan lagu indie-pop, country, balada, apapun itu tentang lagu galau.
"Nat, lo mau langsung pulang?" tanya Charisa dengan sebelah pindah yang sudah menggendong tasnya.
"Iya nih, mau nyuci baju dulu gue." Ungkapan Natalie itu sontak membuat kening Charisa berkerut.
"Lah emang pembantu lo ke mana?" tanyanya, ia tahu betul Natalie berasal dari keluarga berada. Tidak mungkin gadis sepertinya disuruh mencuci baju sendiri jika ada asisten yang bisa disuruh.
"Cuti, Cha, yaudah gue duluan ya. Bye semua!" pamit Natalie malambaikan tangannya pada semua temannya itu.
"El, lo mau nemenin gue gak?" Kini William mulai bersuara, ia berjalan mendekat ke arah Rafael. Pria yang ditanya hanya bisa menganggapi ya dengan sebelah alis yang terangkat sempurna. Seakan menyiratkan kata, 'ke mana?'
"Biasalah beli senar gitar, yah mau yah?" bujuk William dengan wajah memelasnya sambil memegang lengan Rafael. Tingkahnya memang sangat tidak mencerminkan seorang laki-laki sejati.
"Gak ah, gue juga mau nganter nyokap," tolak Rafael mentah-mentah. "duluan," pamitnya sembari mengangkat sebelah tangannya dan melirik satu-persatu manusia-manusia yang ada di situ.
"Yaudah sama gue aja, Wil." Tawaran itu membuat William menoleh ke sumber suara. Matanya berbinar, sedangkan Charisa tetap menatap William dengan datar.
"Se-serius, Cha?" tanya William memastikan. Pertanyaan itu sontak ditanggapi oleh anggukan dari Charisa.
"OH MY GOD! AKHIRNYA BISA JALAN BARENG IDOLA!" pekik William dengan sangat excited seraya memeluk lengan Charisa, seperti perempuan yang sedang manja dengan pasangannya. Terbalik memang.
"Y-yaudah-yaudah yuk," ajak Charisa. Mereka berdua pun berjalan menuju ke parkiran, dengan Kenzo yang masih bergelayut di tangan kiri Charisa. Sungguh, jika kalian melihatnya secara langsung maka bulu kuduk kalian akan berdiri. Sangat menggelikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Novela JuvenilKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...