Laki-laki itu masih terus mengejar seorang gadis yang kini masih dalam suasana hati yang buruk. Charisa memilih untuk duduk di kursi yang ada di pinggir lapangan, dan diikuti oleh Kenzo yang juga duduk di sebelah Charisa. Kenzo membalikkan badannya dengan ekspresi yang masih terkejut sedari tadi.
Charisa enggan menatap Kenzo, gadis itu masih merenung dengan wajah datarnya dan menundukkan kepalanya. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi satu jam yang lalu. Lapangan kini sudah mulai sepi karena murid-murid Sensei Najib sudah pulang ke rumahnya untuk beristirahat. Tinggallah Charisa dan Kenzo yang masih berada di sekolah, Kenzo sendiri tidak mengerti dengan apa yang dilakukan Charisa saat menemui Senseinya tadi.
"Lo gak bisa kayak gini, Cha!" serunya, sorot matanya menyiratkan bahwa ia masih meminta penjelasan tenang apa yang terjadi beberapa menit yang lalu.
"Gue capek, Zo!" racau Charisa dengan suara yang sedikit serak, sementara Kenzo kini hanya bisa mendengarkan apa yang dikatakan Charisa. Gadis itu tetap terdiam dan menatap kosong lurus ke depan.
"Gue ngerti kok dia ngebelain Anneth, tapi … tapi gak gini juga, Zo!" sambung Charisa memukul pahanya sendiri. Ia kemudian menundukkan kepala lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang ditopang oleh pahanya sendiri.
"Lo gak salah, Cha, gue tau. Coba lo ngomong baik-baik sama dia."
"Percuma!" sela Charisa dengan nada suara yang lebih tegas. sorot matanya kini berubah dari sendu menjadi penuh emosi.
"Gue udah ngomong baik-baik, tapi dia malah ngeremehin gue. Pake bawa-bawa nama Kak Nashwa lagi," paparnya. Jelas-jelas dia tidak terima jika seseorang yang memiliki masalah dengannya malah membawa-bawa nama salah satu anggota keluarganya.
Bagi Charisa, masalahnya dengan orang itu akan tetap menjadi tanggung jawab bagi keduanya. Bukannya malah berlindung di balik nama keluarga, apalagi jika sampai menghina nama baik keluarga lawannya. Baginya, cara seperti itu sangat tidak sportif, dan tentu tidak adil bagi kedua belah pihak.
Kenzo hanya terdiam dan berusaha mencerna semua omongan Charisa. Ia menatap ke arah Charisa dengan sorot mata sendunya, turut merasakan apa yang dirasakan Charisa sekarang.
"Gue udah males berhubungan sama mereka berdua, lebih baik gue menghindar dari pada kena masalah terus," jelas Charisa. Ego yang menguasai Charisa dan Deven membuatnya semuanya semakin rumit.
"Tapi Kak Nashwa gimana? Dia kan pengen lo jadi penerusnya," tutur Kenzo yang kini sedang berusaha membuat Charisa mengubah keputusannya.
"Masalah itu, nanti gue bicarain sama dia," tukas Charisa, tidak peduli bagaimana reaksi kakaknya nanti. Jika bertahan di satu tempat membuat dirinya merasa tidak nyaman dan selalu merasa waspada, maka ia harus pergi dari tempat itu.
"Terus terang, sabuk ungu ini makin sini makin gak ada maknanya di mata gue," sambung Charisa sambil mengangkat sabuk karate miliknya yang sedari tadi berada di atas pahanya. Charisa menatap nanar ke arah benda berwarna ungu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Teen FictionKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...