17. Perubahan

124 23 10
                                        

Semakin mustahil rasanya untuk kembali tatkala keadaan tidak bisa diputar kembali
~ ~ ~

Deg!

“Terus lo mau kita gimana, El? Gue capek mendem perasaan ini terus, hati gue sakit ngeliat lo sama Natalie. Gue emang gak tau diri, El, dulu gue mutusin lo cuma buat menghargai Natalie! Gue tau dia udah suka sama lo dari lama, tapi gue juga gak bisa diem aja tentang perasaan gue ke lo selama ini," jelas Naura lebar lebar.

Bak bawang putih yang sedang diiris-iris, hati Natalie mendadak sakit mendengar pembicaraan dua sejoli tersebut. Namun Natalie berusaha untuk tetap diam di situ untuk mendengarkan kelanjutannya.

"Gue tau, Nau, tapi—"

"Gue tunggu jawaban lo besok, semua keputusan ada di tangan lo." Naura pun pergi meninggalkan Rafael sendiri di taman, Natalie pun buru-buru meninggalkan tempat itu karena takut ketahuan oleh Naura.

***

"De—"

"Hai, Dev!"

Tangannya diturunkan kembali dan raut wajahnya kembali datar. Charisa mengurungkan niatnya untuk menghampiri Deven dan memberi tahu sesuatu, ia membalikkan badannya dan berjalan menjauh.

"Males ah, udah keduluan," gumamnya sambil berjalan terus dan melipat tangan di depan dada. Ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini sejak gadis itu masuk ke sekolahnya dan menggeser posisinya.

Charisa  mengambil handphone dari dalam sakunya dan tentunya membuka room chat-nya dengan Alva di aplikasi telegram. Seperti yang dikatakan pada Natalie tadi pagi, besok siang Charisa akan menemui Alva di Cafe Grande. Tempat yang biasa Natalie gunakan untuk bernyanyi bersama teman-teman satu band-nya.

Buk!

"Aduh!"

Charisa menoleh ke sampingnya untuk melihat siapa yang menepuk dan merangkul pundaknya itu. Kenzo hanya memperlihatkan deretan giginya dengan wajah tidak berdosa, mengetahui itu Charisa hanya memasang wajah datar. Ia membiarkan tangan Kenzo yang bertengger di pundaknya, dan terus berjalan di pinggir lapangan.

"Lo kenapa, Cha?"

Charisa hanya menoleh sejenak dan menggelengkan kepalanya, matanya beralih kembali pada ponselnya. Kenzo yang pada dasarnya memiliki hasrat kepo tinggi pun sengaja mengintip isi handphone Charisa dan melihat ia sedang mengobrol dengan siapa di situ.

"Lagi ngapain sih?"

Charisa menatap Kenzo dari ujung matanya sambil menutup ponselnya agar tidak diintip oleh Kenzo. "Kepo!"

Sudut bibir Charisa tiba-tiba terangkat membentuk sebuah senyuman kecil sambil terus menatap ke arah ponselnya. Namun tiba-tiba pandangannya terlihat meredup, seakan ada seseorang yang menghalangi sorotan sinar matahari.

Buk!!

Kenzo yang berniat melindungi Charisa dari lemparan bola basket tidak merasakan apa-apa di punggungnya, ia merasa bingung sambil mengernyitkan keningnya dan menoleh ke belakang. Rupanya ada seseorang juga yang melindungi dirinya dan Charisa dari bola basket yang melesat cepat itu.

Tubuh Anneth terlihat terdorong ke belakang saat sebuah bola basket mendarat di dadanya. Ya, Anneth melindungi Charisa sekaligus Kenzo dari lemparan bola basket itu, tapi malah dirinya yang terkena lemparan bola keras tersebut.

Anneth meringis dan merintih kesakitan karena lemparan tersebut rupanya cukup keras mengenai dadanya. Kakinya melemas dan sudah tidak mampu menahan bobot badannya sendiri. Saat Charisa menoleh ke samping, tubuh Anneth terjatuh ke lantai secara mendadak.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang