Maapin aku tim chardev, tapi kalian harus menanggung ke-gedekan dari dalam diri lagi di chapter ini😁
~~~
Kami kembali bertegur sapa, dengan suasana yang sudah berbeda.
~~~
"Lo gak lagi ngekhayal, soalnya gue juga lihat.""Hah?" Spontan gadis berjaket army itu melepas earphone sebelahnya lagi dan beranjak berdiri hendak memastikan. Namun nihil, tidak ada siapa-siapa di sana.
Charisa kembali menjatuhkan bokong ke kursinya dan memasangkan earphone itu ke telinganya sebelum akhirnya berkata, "Gue baru tau lo demen juga sama Deven."
"DIH APAAN?!" Kenzo sontak memekik kencang setelah mendengar tuduhan Charisa soal dirinya menyukai Deven, membuat semua penumpang pesawat menoleh ke arahnya. Maksudnya apa? Sejak kapan Kenzo menyukai sesama jenis? Setampan-tampannya rupa Deven, tak terlintas di pikirannya untuk menyukai pria itu. "Maksud lo?! Gue lurus, ya, Cha!"
"Iya, lo tadi lihat Deven karena lo juga galau, gamon sama dia pas udah jadi tunangannya Anneth," ungkap Charisa dengan santai, sesekali menunjukkan seringaiannya. Geli sekali jika memang benar seperti itu kenyataannya. Walau sebenarnya ia hanya asal berbicara, sebab tidak ada pria bernama Deven yang duduk di kursi jauh di depan mereka.
"Orang beneran ada, kok! Tadi gue lihat pake kedua mata gue sendiri," timpal Kenzo berusaha meluruskan, takut Charisa salah paham tentang dirinya seraya berdiri melihat ke arah tempat duduk yang dilihatnya ada seorang Deven di sana. "Tuh lihat! Udah kelihatan, kan dari rambutnya juga!"
"Buktikan. Buktikan kalo itu emang Deven," tantang gadis berambut sebahu itu seraya membuka sebelah matanya, tersenyum jahil ke arah Kenzo. Lagi pula hari gini ngapain juga Deven naik pesawat, pikirnya.
Mendengar itu, Kenzo berdecak kesal tetapi juga tetap beranjak dari kursinya, berjalan melewati kursi penumpang lainnya guna memastikan jika pria berambut klimis tadi itu adalah Deven. Namun tepat saat Kenzo beranjak berdiri tadi, seseorang dari tempat yang berbeda juga beranjak berdiri meninggalkan tempatnya, lantas ditukar dengan orang lain sambil menyatukan kedua tangan di depan dada.
Kenzo terus berjalan ke arah tempat yang ia lihat ada Deven di sana. Sejujurnya ini juga sedikit tidak masuk akal baginya, mengapa bisa pria itu berada di satu pesawat yang sama dengan mereka bahkan di waktu yang bersamaan.
Sampailah Kenzo di sana, ia menarik bahu pria tersebut hingga seluruh wajahnya terlihat jelas oleh kedua netra Kenzo. Padahal ia yakin jika netranya masih sehat, masih bisa melihat jelas tanpa minus, plus, maupun silinder. Namun pada kenyataannya, pria yang ia tarik bahunya itu wajahnya berbeda jauh 1 banding 20 dengan Deven. Kalau masih mirip, ya, bisa saja ia salah lihat. Tetapi ini ibaratnya perbandingan Jefri Nichol dengan Popo Barbie. Tidak seburuk itu, tetapi benar-benar jauh berbeda.
Kenzo pun meminta maaf pada pria tersebut, karena rupanya bukan betulan Deven. Dan pada saat itu pula dirinya mulai risau.
Di tempatnya, Charisa diam-diam memperhatikan Kenzo yang sekarang tengah menahan rasa malu yang menusuk sampai ke tulang. Dirinya terpaksa tertawa tanpa bersuara melihat Kenzo yang membelalakkan mata terkejut karena ternyata dugaannya salah. "Kenzo sus," goda Charisa menatap pria itu yang kemudian duduk dengan pasrah.
"Masa sih, Cha? Perasaan gue lurus-lurus aja deh selama ini, gak ada tikungan tajam yang mendadak," lirih Kenzo, menatap kosong ke arah depan. Mulai takut jika dirinya benar-benar seperti apa yang Charisa pikirkan.
Charisa tidak begitu memedulikan, membiarkan saja Kenzo berkutat dengan pikirannya sendiri walau sebenarnya tidak usah diambil pusing. "Buktinya gue kemarin masih salting pas lo benerin rambut gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Genç KurguKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...