4. Jejak

248 55 76
                                        

"Tidakkah indah bila kita bersama, tapi tidak di mimpi saja"
~~~~

Charisa baru saja akan mengemudi motornya ke luar sekolah, namun Kenzo tiba-tiba menepuk bahunya. "Cha Cha bentar deh." Charisa menoleh ke arah Kenzo dengan satu alis yang terangkat.

"Itu liat deh si Deven," titah Kenzo menunjuk ke depan. Charisa pun melihat ke arah yang ditunjuk Kenzo, ternyata benar itu Deven yang sepertinya sedang berbincang dengan Anneth. Namun wajah Anneth seperti sangat gugup kali ini.

Mereka masih memperhatikan dua manusia itu, dan akhirnya Anneth terlihat naik ke atas motor Deven. "Weh Cha Cha, pulang bareng mereka," seru Kenzo. Sudut bibir Charisa sedikit terangkat dan menciptakan seringaian seperti sedang memikirkan rencana jahat.

"Comblangin yuk?" tawar Charisa. Kenzo yang pada dasarnya sangat menyebalkan pun menyetujui rencana Charisa. Mereka menunggu Deven menjalankan motornya terlebih dulu, lalu giliran Charisa yang melakukan motornya ke luar parkiran.

"CIE BONCENGAN," pekik Charisa dan Kenzo dengan suara TOA dan menyamakan posisi motornya dengan Deven. Deven yang terkejut otomatis Menengok ke samping.

"Mampus, gue kira dua tuyul itu udah balik," batin Deven.

"CEPET VERIFIED YA! BIAR GAK NGENES TERUS!" pungkas Charisa dengan wajah jahilnya dan mendahului motor Deven.

Charisa mengulurkan telapak tangannya ke arah Kenzo, spontan Kenzo ber-tos ria dengan Charisa karena keberhasilannya menjahili Deven.

~~~

"Makasih Cha tumpangannya!" ujar Kenzo setelah turun dari motor Charisa

"Santai ... salam buat Babeh yak," balas Charisa menstater motornya lagi. Namun tiba-tiba ada Pria paruh baya yang datang dari dalam rumah.

"Pulang sama sape lu, Zo?"

Charisa menoleh dan ternyata adalah Karman-ayah Kenzo. Dengan style santai ala bapack-bapacknya seperti sarung, peci dan kaos dalam juga rokok yang ada di tangannya membuat aura kebapak-an Karman semakin terlihat.

"Sama si Charisa nih, Beh." Karman melangkah lebih dekat dan menyidik-nyidik wajah Charisa. "Heh? Ucha? Udah gede aje lu Cha," celetuk Karman dengan wajah yang dibut-buat.

"Iya Om nganterin Kenzo nih, gak bawa motor katanya," ungkap Charisa menyalami Karman. "Masuk dulu Cha," tawar Karman dengan wajah sumringah.

"Lain kali deh om, Ucha mau langsung pulang aja," tolak Charisa lembut. "Wehh ... Yaudah-yaudah, ati-ati ye lu di jalan." Karman menepuk-nepuk pundak Charisa.

"Pergi dulu ya Om, Zo!" Charisa pun menjalankan motornya menuju ke rumahnya, melewati lautan kendaraan di jalanan dengan pancaran oranye dari matahari yang terbenam.

Charisa baru saja memarkirkan motor di depan rumahnya, ia pun melepas helm dan membuka pintu rumah. "Papa?" Charisa melihat Papanya seperti sedang mengulik barang sambil duduk di kursi.

"Ehh kamu udah pulang, sini-sini duduk," balas Papa Charisa-Yusak menepuk tempat kosong di sebelahnya. Charisa pun ikut duduk di sebelah Papanya.

"Nih Cha, coba kamu mainin." Yusak menyodorkan sebuah gitar elektrik berwarna hijau tosca pada Charisa. Charisa terlihat mengkerutkan keningnya dan sedikit risih dengan ini.

"Pa ... Ucha kan udah bilang, Ucha gak suka musik apalagi disuruh mainin bass gini," elak Charisa tanpa menerima bass tersebut. "Ya makanya kamu coba dulu, siapa tau kamu suka dan bisa meneruskan karir bermusik Papa," bujuk Yusak berusaha membuat anak gadisnya ini menyukai musik.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang