Kesedihanku hari ini digantikan oleh senyuman hangat dari dan oleh orang yang sangat membenciku
~~~"Ven," potong Charisa.
"Kenapa?"
"Sorry banget nih … emak tiba-tiba nyuruh gue pulang, katanya ada urusan mendadak," jelas Charisa sambil menatap layar ponsel yang menyala. Ia buru-buru menyambar tasnya dan melambaikan tangan ke arah Deven.
"Eh, Cha! Mau dianter gak!?" tawar Deven sambil berdiri dan setengah berteriak karena langkah Charisa kali ini rupanya lebih cepat dari biasanya. Gadis itu berlari menyebrangi jalanan yang diguyur oleh air hujan.
Deven berjalan ke luar dari cafe tersebut, ia berniat mengejar Charisa. Tetapi jejak Charisa sudah menghilang, tubuh gadis itu sudah tidak terjangkau lagi oleh penglihatan Deven, ditambah dengan derasnya air hujan yang membuat semuanya terlihat buram. Deven mengkerut kan keningnya kemudian mengusap kepala dengan satu tangannya.
Charisa pergi menjauh, berusaha agar Deven tidak bisa mengejarnya. Langkahnya semakin melambat, rambut dan bajunya ia biarkan basah terguyur hujan, ia memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. Bulir-bulir air hujan menetes ke tubuh Charisa secara bersamaan, hawa dingin itu seakan menusuk tubuhnya di tengah-tengah jalanan yang tak terlalu padat oleh kendaraan.
Cairan bening lainnya pun ikut menetes dari sumber yang berbeda, bukan air hujan maupun air keran. Itu adalah tangisan sang empu yang tak terlihat karena tertutupi oleh air hujan. Menangis di bawah hujan nyatanya lebih baik daripada menangis di bawah atap kamar. Tetesan air mata itu disusul oleh isakan yang ke luar dari mulutnya.
Charisa sudah tau kalimat apa yang akan diucapkan oleh Deven saat itu, ia memotongnya karena tidak mau terlanjur sakit hati.
Pada akhirnya kenyataan buruk yang ia terima adalah, orang yang ia sukai sudah mencintai orang lain
yang juga merupakan temannya.
~~~
Gadis itu sampai di depan rumah dengan keadaan baju yang basah kuyup, dirinya seperti baru saja masuk ke dalam kolam renang tanpa menggunakan baju renang. Ia membuk pagar dengan lemas dan juga tangan yang bergetar hebat, tubuh Charisa menggigil kedinginan. Meski dirinya merupakan mantan pentolan di ekskul karate, hal itu tetap saja belum menjamin imunnya tetap kuat.
Kemudian ia membuka pintu rumahnya, tetapi baru saja satu langkah berjalan, ponsel di tasnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Charisa menyimpan tasnya di meja.
"Halo," panggil Charisa dengan suara yang lemas.
"Hal– eh lo kenapa, Cha? Kok kayak abis nangis gitu?" Natalie yang tadinya ingin menyahuti Charisa, malah salah fokus dengan nada bicara Charisa yang serak.
"Nggak, kalo nangis juga emang gue nangisin apa? Hatcim!" Gadis itu tiba-tiba bersin secara tidak sengaja dan membuat Natalie di seberang sana terkejut lagi
"Cha, serius, Cha, lo kenapa? Sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
TeenfikceKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...