34. Lara

94 12 15
                                        

Tidak ada. Karena ini semua tentang ego yang terus beradu, dan membuatnya semakin terbelenggu.
~~~

Rumah minimalis dengan segala pernak-pernik yang ada di dalamnya. Terdengar suara pintu yang terbuka menampilkan sosok gadis dengan kaus oblong warna hitam dan rok warna cokelat di atas lutut. Rambutnya digelung membuat lehernya terekspos jelas, datang dengan raut wajah yang tidak menyenangkan. Sedih, kesal, serta marah bercampur menjadi satu. Ini adalah malam sejak kejadian tidak mengenakan di area belakang panggung promnight tiga puluh menit lalu. Tepatnya sudah terjadi sehari yang lalu sebelum pertengkaran antara anak dan ayah di kediaman Charisa.

Seorang wanita paruh baya datang dari arah yang berlawanan. Kedua tangannya dilipat di depan dada dan menatap anak sulungnya dengan sinis, memicingkan kedua matanya. Sementara gadis di depannya hanya bisa menunduk, walau masih dengan raut yang sama seperti tadi.

"Udah? Semuanya udah selesai, 'kan sekarang?" tanya wanita paruh baya tersebut.

Naura terlihat mengangguk pelan, tak kuasa menatap sang mama, sekaligus tak sudi menatap wanita itu. "Aku udah penuhin permintaan Mama-yang mungkin lebih ke arah paksaan," balas Naura dengan nada pelan, tidak mau mencari masalah tetapi juga tidak kuat menyampaikan isi hatinya. "Aku capek, Ma, ini udah malem. Selamat tidur."

Baru saja Naura hendak melangkahkan kaki berlalu dari sang mama, sebuah cekalan langsung menghentikan langkahnya. Tentunya berasal dari wanita yang tadi menjadi lawan bicaranya. Naura menoleh dan menggerutu, "Apa lagi, Ma? Aku capek, mau tidur."

"Ingat, ya, Naura. Mama ngelakuin ini demi kebaikan kamu juga! Mama cuma gak mau kejadian yang terjadi sama adik kamu malah terulang lagi di kamu," tegas Thanya memperingati.

Gadis itu menepis tangan mamanya lantas mendengus kesal. Gardika-adalah adik laki-lakinya yang kini tertahan di balik sel penjara karena penyalahgunaan narkoba. Hanya terpaut setahun dari Naura, Gardika dan Naura sama-sama memiliki bakat di bidang musik dan sama-sama mengembangkannya lewat ekstrakurikuler di sekolah maupun membentuk grup sendiri secara independen. Band Gardika sendiri bergenre rock metal. Merupakan pengaruh pula bagi lingkungannya, tatkala ia diajak dan teman satu band-nya berkumpul bersama band lain bergenre serupa. Layaknya aliran musik itu sendiri, begitu pula perilaku anggota band yang mengajak Gardika dan teman-temannya berkumpul.

Mereka mengajak Gardika dan teman-temannya mabuk di tempat itu, agaknya memang sudah didambakan sejak lama sebab mereka sudah membawa botol alkoholnya masing-masing. Bagi Gardika yang tidak pernah minum alkohol walau setetes, ini tentu membuat tubuhnya terkejut. Kesadaran Gardika seakan-akan hanya lima persen dari kesadaran orang normal. Dan tanpa disadarinya, seseorang memasukan obat terlarang ke dalam mulutnya. Bukan hanya dirinya, semua orang yang berkumpul di tempat itu kini mendekam di dalam sel penjara.

"Jangan salahin musik, Ma, tapi salahin orangnya! Emang dasarnya gak bisa jaga diri, ya gitu jadinya," ujar Naura dengan santai membantah Thanya. Tidak setuju dengan pandangan mamanya yang justru menyalahkan aliran musiknya atas semua itu. Sebab musik-lah yang membuat dua band itu bertemu dan melakukan hal yang melanggar hukum. Naura segera melangkah lebar-lebar meninggalkan mamanya seorang diri dan menuju ke dalam kamarnya.

"Hei, Naura! Jangan mentang-mentang kamu lebih tua dari dia jadi bisa menghakimi sembarangan kayak gini! Hei! Naura! Mama belum selesai bicara!" Terlambat. Naura sudah membanting pintu kamar dan menimbulkan suara bising sekejap yang membuat Thanya sedikit terperanjat.

~~~

Kembali ke masa sekarang-maksudnya, dua minggu setelah pertengkaran kecil, adu mulut serta ego di kediaman Charisa. Masih dengan orang yang sama, tetapi di tempat yang berbeda. Tepat di depan pintu kediaman keluarga Gunadhya, Charisa masih berusaha menetralkan perasaannya dengan menghela napas panjang berkali-kali, lantas memberanikan untuk mengetuk pintunya terlebih dulu. Tidak lain dan tidak bukan adalah hendak mengucapkan salam perpisahan sekaligus pertemuan terakhirnya bersama Deven, sebab ini sudah H-7 pertunangan Anneth dan Deven digelar. Pesannya tidak dibalas, bahkan tidak ada laporan tersampaikan sampai sekarang, foto profilnya juga mati. Charisa sudah tau apa yang terjadi, makanya ia datang ke sini.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang