33. Ego

89 11 1
                                        

Dahulu kala perannya sudah layaknya teman hidup, tetapi dua kata itu telah berganti menjadi 'bukan siapa-siapa'.
~~~

Masih dengan pembahasan perihal pembentukan band yang baru dengan lembaran yang baru. Charisa sendiri yang mengusulkannya, tatkala Natalie bertanya tentang kejayaan band NAVVRELL yang mungkin akan berhenti sampai di sini, gadis itu menahannya. Terlebih saat Naura-sang pianis tiba-tiba mengundurkan diri, membuat seluruh anggota gempar. Hampir menyerah di titik-titik terakhir. Namun beruntung sang gitaris-William tiba-tiba menawarkan diri menggantikan posisi Naura sebagai pianis, sementara Charisa akan bernyanyi sekaligus bermain gitar-mengisi posisi William.

Dan sekarang, pukul sepuluh malam masih dengan suasana area belakang panggung yang ramai oleh mantan anggota band NAVVRELL yang sekarang berubah menjadi Jingga. Perubahan nama itu ternyata juga didukung oleh keluarnya Naura dari band, sehingga tidak ada alasan lain yang dibuat-buat saat hendak mengganti nama. Posisi mereka sekarang duduk di bangku-bangku yang tersedia di setiap sisinya.

"Ini udah fix, 'kan?" William bertanya, perihal nama band yang diubah menjadi Jingga dengan filosofi dari sudut pandang Charisa. Meskipun sejujurnya lebih pantas dinamai Ungu. Tetapi katanya, nanti disangka plagiat nama band orang.

"Belum! Masih ada satu lagi yang belum diputusin," seru Natalie menyergah Charisa yang hendak memberikan anggukan. Sebelah tangannya terangkat dengan telunjuk yang teracung.

"Apaan tuh, Nat?" tanya Rafael, mulai bersuara setelah perginya Naura tadi.

"Leader band. Band tanpa leader, bagai manusia tanpa otak." Seluruh tatapan tertuju pada Natalie, terutama Charisa yang kini justru mengerutkan kening dengan isi kepala yang juga tiba-tiba memunculkan pertanyaan-pertanyaan.

"Hah? Leader, 'kan elo, Nat!" seru Charisa memberi tahu, hal itu juga diangguki oleh William serta Rafael. Entah apa alasannya gadis ini mengatakan itu, Natalie hendak memilih pemimpin lain atau bagaimana?

Natalie menghela napasnya perlahan dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, kedua kakinya juga diluruskan dengan posisi diagonal ke bawah. "Band baru, lembaran baru, leader juga baru!" timpal Natalie, tetapi tidak memberikan jawaban dari semua pertanyaan di benak tiga temannya. "Gue udah bosen jadi leader selama tiga tahun, peran gue di sini juga sekarang cuma sebagai baking vokal," lanjut Natalie, sedikit memberikan pencerahan atas pertanyaan yang berkecamuk di sana. Namun masih kurang spesifik.

"Terus leader kita nanti siapa?" tanya Charisa dengan wajah polos, seakan tidak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Natalie.

Gadis itu menoleh, tersenyum ke arah Charisa dengan mata yang setengah terbuka menirukan orang yang sedang mabuk. "Lo. Lo yang bakal jadi leader band Jingga," cetus Natalie.

Mendengar itu sontak membuat Charisa tersentak dari tempatnya, keningnya juga berkerut menatap telunjuk Natalie yang mengarah pada dirinya. Kenapa gue? Emang gue kenapa? pikirnya. "Hah? Gue gak salah denger?" ujar Charisa.

"Iya, Cha. Karena yang mengusulkan semua ini itu lo, lo yang buat nama band baru ini, mempertahankan kejayaan band NAVVRELL yang dulu, dan vokalis utama sekaligus gitaris juga lo. Jadi apalagi yang harus ditanya?" Natalie menjelaskan seraya mengangkat sebelah kakinya ke atas yang membuat auranya tampak seperti preman cantik dengan busana style indie tersebut.

Charisa menoleh ke arah teman-temannya yang lain, mereka berdua juga mengangguk, meminta Charisa supaya menerima tawaran tersebut. Mungkin lebih tepatnya perintah. "Hmm oke! Gue akan berusaha, sampai di titik penghabisan."

~~~

"Dev, kayaknya papa aku nanti gak bisa dateng deh," seru seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri Deven yang kini tengah bersandar di tembok dengan netra yang terus memandangi sebuah room chat-nya bersama seseorang. Laki-laki itu sesegera mungkin menutup ponselnya dan menoleh ke arah Anneth dengan sorot penuh tanya.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang