40. Bandit

56 7 8
                                    

Mereka yang berkhianat adalah yang paling dipercaya. Lantas, masih kah kamu percaya jika orang terdekatmu bukan serigala berbulu domba?
~~~

Langit malam tampak indah sejauh mata memandang, ditemani candra bersama bintang gemerlap yang membantu tugasnya menyinari semesta. Kesiur angin malam yang dingin menerpa wajah seorang wanita yang tengah berdiri di balkon sebuah kamar apartemen.

Pukul dua belas malam, seharusnya dia sudah berada di alam mimpi, tetapi sebuah tugas membuatnya harus tetap terjaga. Dan bukannya mengenakan piyama, outer panjang justru membaluti tubuhnya, kacamata hitam pun bertengger di kepalanya meski langit sudah gelap. Penampilannya sekarang lebih mirip seseorang yang hendak pergi ke tempat kerja.

Ia memejamkan mata dengan tangan terkepal, membalikkan badan, kembali masuk ke dalam. Sedari tadi ia berada di balkon kamar milik seseorang yang telah menemaninya selama dua tahun. Wanita bersurai panjang itu menatap tubuh seorang pria yang tertidur di atas kasur dengan sangat pulas, di atas nakas sebelahnya ada segelas jus jambu yang sudah dicampur dengan obat tidur.

Rasa bersalah itu masih ia rasakan sejak satu jam yang lalu. Diusapnya dengan lembut pipi pria yang tertidur itu, dan ujung bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman, seolah sedang menatap pangeran yang tengah tertidur.

Namun senyuman itu pudar tatkala dirinya berbisik dalam hati, merutuki perbuatannya tadi. Tidak, ia tidak boleh mencintai pria di depannya, dalam kesepakatannya pun memang seharusnya begitu, tidak boleh ada rasa meskipun status mereka sudah lebih dari pacar. Walaupun dalam hati bersikeras menegaskan, tatapannya tak bisa bohong.

"Simpan di sini, atau tidak usah?" monolognya menatap secarik kertas di tangannya yang berisi tulisan tangan miliknya. Bola matanya kembali melirik ke arah pria yang tertidur pulas itu. Ia menghela napas, kemudian menaruhnya di atas meja makan.

Wanita itu pun pergi dari ruang apartemen sambil membawa barang-barang yang ia perlukan, dan juga yang sesuai dengan perintah sang empu di sana. Tentunya hal itu sudah sesuai dengan kesepakatan.

"Gue memang bukan perempuan baik, dua tahun lamanya gue tunggu waktu ini tiba karena udah jengah dengan semuanya. Orang-orang itu begitu naif, mereka bahkan masih enggak sadar setelah dibodohi bertahun-tahun. Ckk!" ujarnya dalam hati yang kemudian menerbitkan seringaian khas dan menurunkan kacamata hitamnya.

Ia menekan benda kecil di telinganya sambil berkata, "Mission complete!"

~~~

Hawa panas menusuk ke dalam tubuh, minimnya udara di ruangan sempit ini membuat semua orang di sana kesusahan bernapas. Orang-orang itu memiliki kesibukan masing-masing dan tak menghiraukan satu sama lain, mereka terus bergerak dengan alatnya masing-masing. Seorang pria mondar-mandir keluar masuk tenda putih dengan HT di tangannya. MUA tengah sibuk memainkan brush, mendandani sang idola. Tak lupa juga pria dengan gincu berambut pelangi yang sibuk menata busana salah seorang pria yang akan tampil di event besar ini.

Padahal baru pukul sebelas pagi, tetapi suasana sudah seramai dan segerah ini. Wanita dengan riasan natural itu masuk dengan wajah yang mendadak lesu ketika melihat atmosfer tenda sebelah yang begitu pengap, layaknya semut merah yang sibuk mencari makanan. Datang ke sini pun hanya untuk mencari seseorang.

"Mbak, Mbak! Bapak-bapak pengurus sound system itu ke mana, ya? Disuruh ngegantiin tuh sama cowok jangkung itu," tanya Charisa pada seorang MUA yang kebetulan lewat di sana sambil menenteng alat riasan.

"Aduh, gak tau, Mbak! Maaf, saya lagi sibuk!" timpalnya dan langsung berlalu menuju ke sang idola yang hendak dirias wajahnya.

"Ckk! Ke mana lagi si bapak-bapak itu, lagian kenapa gue sih yang disuruh nyari," gumamnya menggerutu.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang