11. Tergantikan

163 25 7
                                        

Rasa kecewa memang selalu ada, tetapi semangatmu harus tetap membara
~~~

"Cha, udah dong, Cha diemnya. Nemenin lo berasa nemenin patung tau gak!" cibir Deven sambil menepuk pundak Charisa dengan keras.

Selama lima belas menit tadi, Charisa hanya terdiam di gazebo sekolah dengan wajah yang murung. Deven sudah tau alasan mengapa Charisa tiba-tiba bersikap aneh seperti ini. Dua puluh menit yang lalu, Charisa sempat dipanggil oleh Sensei Najib.

***

"Pertama-tama Sensei mau meminta maaf sebesar-besarnya sama kamu, Charisa," ucapnya dengan kedua tangan yang menapak pada meja.

"Loh memangnya ada apa? Sensei gak ada salah, 'kan sama saya?"  sanggah Charisa dengan sorot mata yang penuh tanda tanya. "Bukan itu, Charisa."

Mendengar pernyataan Senseinya, Charisa langsung mengangkat satu alisnya bingung.

"Maaf Charisa ...."

"Tahun ini kamu tidak bisa ikut serta dalam perlombaan karate tingkat kota."

Deg!

Mata Charisa terbelalak sempurna, detak jantungnya tiba-tiba berpacu lebih cepat, tubuhnya bahkan bergetar hebat sampai-sampai lidahnya sangat kelu untuk mengeluarkan sepatah kata.

"M-ma-maksudnya? G-gi-gimana?" tanya Charisa dengan nada suara yang terbata-bata, bahkan tangannya yang meremas rok SMA miliknya kini sudah tremor hebat.

Sensei Najib hanya mengangguk pelan untuk menanggapi rasa penasaran Charisa, sungguh jawaban yang tidak memuaskan. Charisa yang sudah emosional pun beranjak dari duduknya lalu berdiri sambil menatap tajam ke arah Senseinya.

"Maksudnya apa, Sensei? Kalau bukan saya, siapa yang bakalan mengganti—"

"Anneth."

Belum sempat Charisa menyelesaikan kalimatnya, pria paruh baya itu langsung memotongnya dengan sesuatu yang membuat tubuhnya secara otomatis kembali terjatuh ke atas kursi dan melemas. "A-An-Anneth?"

"Iya, yang akan menggantikan kamu adalah Anneth. Ini bukan keputusan saya, Charisa. Tetapi kepala sekolah menyarankan agar untuk memilih yang paling terbaik dari kalian semua agar nanti sekolah kita bisa pulang dengan membawa medali," papar Sensei Najib tanpa ada yang terlewat satu pun, karena memang itu alasan yang sebenarnya.

Charisa tidak menanggapi penjelasan guru karatenya itu, ia hanya menatap kosong ke arah depan dengan tangan yang masih bergetar memegang seragam SMA-nya.

"Saya tau kamu kecewa, tapi ini yang terbaik," pungkasnya.

Tanpa meminta persetujuan terlebih dulu, Charisa langsung beranjak dan membalikan badannya untuk menuju ke luar ruangan. Ia berjalan dengan langkah yang gontai, dan sesekali tangannya menahan tubuhnya dengan memegang pada tembok.

Saat berada di luar, Charisa berusaha menguatkan dan menegapkan tubuhnya seperti biasa. Namun baru saja berjalan selangkah, ia sudah berpapasan dengan Deven yang membuat emosinya semakin membeludak.

***

"Cha!" panggil Deven sekali, namun Charisa tetap terdiam dalam lamunannya dan enggan menggubris perkataan Deven.

"Ucha!" panggil Deven untuk kedua kalinya, namun kenyataannya Charisa masih bergeming dan mental kosong ke bawah dengan wajah yang sangat amat datar.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang