21. Sensei

109 18 3
                                        

GAIS KALO ADA RISET DARI AKU YANG SALAH BISA BANTU DIKOREKSI YA, SOALNYA AKU JUGA MASIH KURANG NGERTI TENTANG KARATE. LANGSUNG KOMEN AJA, biar sama-sama belajar:)

Jangan lupa siapin mental, makasi
~~~

"L-lo mau mati?"

Nashwa menatap tajam ke arah Charisa dengan posisi tubuh yang mematung. Ia berjalan mendekati adiknya dan duduk di sebelah Charisa. Sementara itu adiknya yang sudah tidak terlalu adik kali ini sedang menundukkan kepalanya, ia tidak mampu menatap ke arah kakaknya yang sepertinya kini sedang marah besar.

Jika dipikir untuk apa Nashwa marah hanya karena Charisa mengambil keputusan seperti itu? Tentu saja karena Nashwa ingin Charisa meneruskan perjuangannya sebagai karateka yang sempat tertunda karena permintaan papanya yang mengharuskannya kuliah di jurusan arkeologi.

"M-maafin gue, Kak." Charisa nyaris terisak dan mengeluarkan air matanya, tapi Nashwa langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir Charisa.

"Ssssttt! Gue gak butuh tangisan lo, Cha, gue cuma butuh alasan lo. Kenapa lo ke luar dari sana!?" tegas Nashwa menatap Charisa serius.

Namun gadis itu tak kunjung memberikan alasan. Charisa malah terus terdiam, lidahnya masih terasa Kelu untuk memberikan alasan tas keputusan yang telah ia buat. Ia sudah tahu keputusan ini memang sangat berisiko, dan sebelumnya ia sudah memikirkan alsan yang akan dia berikan pada Nashwa. Tapi mengapa mulutnya kini tak mampu bersuara?

"Jawab, Cha," seru Nashwa dengan suara yang datar namun terdengar menegaskan.

"Gue udah gak kuat." Hanya itu yang keluar dari mulut Charisa, dan tentunya sontak membuat Nashwa berprasangka buruk padanya.

"Gak kuat apanya!? Lo penyandang sabuk ungu, Cha, pukulan sama tendangan itu udah jadi makanan sehari-hari lo! Dan setelah sejauh ini bisa-bisanya lo bilang gak kuat!?" Charisa hanya bisa terdiam, sebenarnya ucapannya tadi belum selesai ia lanjutkan, tapi sudah terlanjur disela oleh makian dari Nashwa.

Kini Charisa memasukan kedua bibirnya ke dalam mulutnya sambil memainkan mata, keadaan seperti ini tentunya membuat Nashwa semakin malas menunggu jawaban dari sang empu. Ia memutar bola matanya jengah dan beranjak dari posisinya.

"Gue ke luar dari karate karena posisi gue tergeser sama anak baru!" seru Charisa saat Nashwa baru saja mengambil dua langkah untuk pergi dari hadapannya.

Charisa berdiri berhadapan dengan Nashwa yang kini masih membelakanginya.

"Dan ... dia juga udah ngebuat Deven sekarang menjauh dari gue! Deven, Kak! sahabat gue sendiri," sambung Charisa dengan sedikit tegas, ia sudah muak dan tidak tahan ingin mengeluarkan semua ini.

Bahkan ia sendiri tidak peduli kakaknya atau orang lain mengira bahwa dia menyudutkan Anneth yang bahkan tidak tau apa-apa. Hati dan pikirannya berkata bahwa memang gadis itu lah penyebabnya.

"Gue juga udah berjanji gak akan pake ilmu bela diri yang gue punya lagi untuk melindungi diri ataupun seseorang."

Nashwa membalikkan badannya lalu melipat kedua tangan di depan dada. Ia menatap Charisa enteng, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah seringaian yang terlihat sangat meremehkan Charisa.

"Ohh ... jadi ini semua gara-gara cowok?" ujar Nashwa langsung mengambil kesimpulan sambil tertawa hambar.

"Bukan gitu maksud gu-"

"Yaa ... wajar sih, secara gitu kan Deven itu ganteng, jago karate, gentleman, baik hati, tajir, terus senyumannya ... aduh," papar Nashwa sambil berjalan mondar-mandir dan memegang dadanya menirukan gaya seorang gadis yang sedang terpikat dengan senyuman seorang pria.

Friend or Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang