Selama belum ada kata ending, kapalmu masih bisa berlayar
mungkin.
Hanya peluang kecil.
~~~
Derap langkah itu terdengar begitu jelas. Langkah kakinya yang pada awalnya hanya melangkah perlahan, sekarang berubah menjadi lompatan yang beruntun seperti seseorang yang sedang bermain engklek. Kakinya melompat dengan antusias menyusuri lorong sekolah, menuju kelas yang ia tuju untuk menemui seseorang. Tangannya kini tergerak membenarkan rambutnya yang agak acak-acakan sambil terus menyunggingkan senyuman. Tepat saat ia tiba di sebuah pintu kelas, matanya mengedar, mencari seseorang yang ingin ia temui.
Tetapi sejauh mata memandang, orang itu tidak terlihat tanda-tanda keberadaannya, bahkan bisa dipastikan ia tidak atau belum masuk sekolah hari ini. Tapi tidak mungkin jika belum datang, karena ini sudah pukul 7 tepat dan semua siswa sudah berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera di hari Senin. Keningnya seketika berkerut, ia menoel salah satu siswi di kelas IPS 9 tersebut, Stella.
"Stel, Anneth mana? Kok gak keliatan?" tanya Deven nenghentikan langkah Stella.
"Dih, cowok apaan lo yang gak tau kabar pacar sendiri," Stella mencibir. "Dia gak masuk, sakit badan katanya," pungkas Stella yang kemudian langsung berlalu pergi dari hadapan Deven. Deven masih berusaha mencerna omongan Stella yang terdengar tidak menjelaskannya dengan detail, tetapi informasi itu sepertinya cukup membuatnya terkejut.
"Hah? Eh, makasih, Stel!" Tanpa menunggu lama, Deven segera menyusul pergi ke lapangan dan memakai topi SMA miliknya.
Seseorang yang kebetulan melewati Stella dan Deven saat akan menuju ke lapangan, tidak sengaja mendengar percakapannya. Orang itu hanya memicingkan matanya, menebak-nebak dengan wajah bloonnya. "Pacar? Emang mereka pacaran?" gumamnya, tetapi langsung mengangkat bahu, tidak peduli.
Ia merasakan getaran di ponsel yang ia pegang, Natalie segera melihat notifikasi tersebut. Rupanya itu adalah notifikasi dari teman sekelas-seperjuangannya, yang sedari tadi belum kelihatan juga batang hidungnya.
Ucha: Maaf, gue gak akan ikut latihan hari ini. Sekalian bilangin ke Pak Sat, gue izin gak masuk, lagi gak enak badan
Tampang bloon itu langsung kembali lagi ke wajah Natalie, keningnya lagi-lagi berkerut, mulutnya menyeruput minuman dingin yang berada di tangannya. Karenanya, langkah Natalie malah terhenti di tempat dan didahului oleh siswa-siswi lain yang berjaan menuju ke lapangan. Menyisakan dirinya sendiri di lorong kelas.
"Hei, Natalie! Sedang apa kamu di sini? Cepat bergabung dengan teman-teman lainnya!" Natalie kepergok oleh salah satu guru yang merupakan wali kelasnya sendiri. Ia mendongakan kepala, lantas terdiam sejenak menilik wajah guru pria tersebut. "Eh malah diem, cepat ke sana!"
"Eh iya, Pak Sat– maksudnya iya, Pak Satria." Hampir saja Natalie salah mengucapkan nama Pak Satria dengan benar, nama itu hanya ia pakai saat sedang membicarakan wali kelas killer tersebut dengan kawan-kawannya.
Natalie buru-buru berlari masuk ke dalam barisan sebelum Pak Satria menumbuknya dengan sepatu miliknya.
Tanpa Charisa, pagi hari ini terlihat sangat membosankan bagi Natalie. Pasalnya hanya gadis itu yang paling dekat dengannya di kelas, hidupnya seakan hampa dan tidak berwarna. Pagi yang membosankan ini ia awali dengan upacara bendera, sesekali Natalie melemaskan badan yang kesannya terlihat seperti siswi malas.
Ujian akan segera dimulai satu minggu lagi, dia mulai cemas, takut Charisa tidak bisa mengikuti ujian tersebut. Atau mungkin lebih parahnya lagi tidak bisa ikut tampil di acara perpisahan nanti. Natalie mendengus sebal, ia mendesah pelan sambil menatap ke arah depan dengan malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Roman pour AdolescentsKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...