Jangankan bertemu dengan yang baru, memperbaiki hubungan dengan yang lama saja aku tidak bisa
***
"Hei!"
Suara bariton itu membuat Charisa berhenti menyusuri setiap sudut cafe, ia membalikkan badannya ke belakang dan terlihat seorang pria dengan kemeja juga rambut yang tertata rapi sedang duduk sambil melambaikan tangan ke arahnya.
"Charisa ya?" tanya pria itu dengan senyuman ramah yang terbit di wajahnya. Charisa pun mengangguk lalu berjalan mendekati meja yang ditempati pria itu
Gadis SMA dan pria muda umur 19-an itu duduk berhadapan, Charisa melempar senyum ke arah Alva begitu juga sebaliknya. Mereka berdua kini dilingkupi rasa canggung, keduanya masih enggan membuka suara.
"Ni cowok gak ada niatan nyari topik apa? Ngobrol kek apa gitu," batin Charisa.
Baru saja Charisa membatin seperti itu, Alva tiba-tiba bertanya, "Mau pesen apa?"
Hanya itu yang ia tanyakan, mungkin dirinya juga masih bingung ingin membicarakan apa. "Samain aja," pinta Charisa kikuk. Alva hanya mengangguk lalu memanggil waiters dan memesan minuman dan makanan yang ingin ia pesan.
"Itu aja, Kak, ada yang lain?"
"Nggak, Mbak, udah itu aja," jawab Alva seraya melihat-lihat lagi menu yang ada di situ.
"Baik, Kak, ditunggu ya." Alva pun mengangguk, pandangannya beralih ke arah Charisa yang kini hanya terdiam sambil menunduk dan memainkan jari-jemarinya.
"Charisa." Panggilan dari Alva sontak membuat Charisa terbuyar dari lamunannya.
"Hm?" balasnya spontan.
"Lo ngapain sih? Hahahaha," kekeh Alva tertawa kecil melihat Charisa yang sangat kaku hari ini. Sangat berbeda drastis dengannya saat mengobrol via chat. Jangankan kaku, yang ada Charisa lebih bar-bar dari Alva.
Charisa tidak menjawab pertanyaan singkat dari Alva, ia ikut terkekeh kecil walaupun sebenarnya tidak ada yang lucu. Ia sendiri pun bingung mengapa laki-laki di depannya ini tertawa.
"Char, lo sekolah di mana?" tanya Alva.
"Wey wey wey, jangan panggil Char dong. Panggil gue Ucha, U-C-H-A," balas Charisa dengan mengeja huruf pada nama panggilannya tersebut.
Kening Alva seketika berkerut saat mendengar pernyataan dari Charisa, namun bibirnya tak berhenti memberikan senyuman pada gadis itu. "Ucha? Kok Ucha sih? U-nya dari mana?"
"Mana gue tau, orang itu panggilan dari De—"
Charisa menghentikan ucapannya saat dirinya baru menyadari sesuatu. Satu alis Alva terangkat seraya menunggu kelanjutan dari gadis SMA di depannya ini.
"De?" tanya Alva.
"Dedek gue, iya dedek gue," sambung Charisa dengan pernyataan yang sangat ngawur. Ia merutuki dirinya sendiri saat hampir keceplosan menyebutkan nama Deven, padahal ia berjanji untuk tidak berurusan dengan laki-laki itu selama dua hari ke depan.
"Ohh … emang lo punya adek?" Charisa sontak menatap ke arah Alva dengan mata yang sedikit membulat dan terkejut dengan apa yang baru saja ia katakan.
"A-adek sepupu, iya-iya adek sepupu." Charisa buru-buru meralat sebelum Alva berpikir panjang dan malah membuat Charisa dongkol.
Alva pun mengangguk-angguk, pasrah saja dengan pernyataan yang diberikan oleh Charisa. Sementara Charisa kini bisa bernapas lega, untung saja dirinya belum pernah menceritakan apa-apa tentang Deven pada Alva.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend or Love?
Novela JuvenilKetika ego tak bisa dikendalikan Persahabatan yang telah dijalin lama, harus menjadi korban. Belum lagi, saat salah satu darinya mengenal cinta. "Serapuh itukah bersahabat dengan lawan jenis?" Tentu tidak. Namun kedua remaja ini tak bisa mengendali...