19 - Restu Haryan

392 125 2
                                    

Aku pulang ke rumah setelah lima belas menit kemudian dan menemukan Haryan yang sedang melamun di ruang tamu. "Ngapain lo bengong disitu?" tanyaku seraya menutup pintu.

Haryan memperbaiki posisi duduknya. "Lo ngapain temenin Adnira? Tumben si Aunia mendadak lo tinggal tadi." Dia menopang dagu dan menatapku gusar.

Aku tersenyum. "Adnira itu, kan, adeknya psikolog yang tanganin gue. Jadi ya, apa salahnya gue antar dia pulang?"

Haryan mengangguk. "Iya juga, sih. Sekalian lo klarifikasi biar dia nggak hancur perasaannya. Udah belom?"

"Udah," jawabku mengangguk.

"Eh btw."

Aku menghentikan langkah untuk masuk ke ruang tengah ketika Haryan berbicara lagi.

"Lo yakin yang tadi itu Aunia?" tanya Haryan yang membuatku muak dengan semua ini. Selalu saja pertanyaan itu yang terlontar dari mulutnya. Dia juga menatapku dengan sangat serius seolah Aunia itu adalah teroris yang baru saja dibiarkan tinggal di rumah.

"Kenapa, sih, memangnya?" Aku pun duduk di sofa di hadapan Haryan. "Jelas itu Aunia. Gue udah nanya dia baik-baik dan dia jujur. Terbukti dari dia yang nangis berkali-kali. Gue ngelihat matanya yang menyiratkan kalau dia itu kesepian Yan. Udah lah, jelas itu dia."

Haryan menghela napas berat. "Kita patroli malam ini."

Aku berdecak. "Besok sekolah, lo jangan ngaco."

"Gue bener-bener nggak yakin sama cewek itu," ujar Haryan lagi-lagi dengan tatapan seriusnya itu, "sumpah dah, gue nggak bisa berhenti suudzon sampai gue yakin dia nggak bakal aneh-aneh di rumah ini."

"Tadi katanya udah nggak mau suudzon. Sekarang suudzon lagi, terus besok enggak, terus lusa lagi. Lo kebiasaan," komentarku lalu menghela napas, "tenang aja Yan, gue tanggung risikonya."

Kulihat Haryan menaikkan dua kakinya ke sofa lalu memeluknya. "Ya udah, dah. Serah!"

"Dia tidur di kamar tamu, kan?" tanyaku.

"Iya, sama si Tisya."

Tentu saja kalau Aunia bersama Tisya akan lebih aman. "Kalau ada yang ganjel pasti Tisya bakal teriak. Nggak usah khawatir. Kita bakal aman. Dah, ayo tidur!" Aku bangkit dari sofa dan melangkah masuk. "Lo mau tidur di kamar tamu yang kedua atau tidur sama gue?"

"Ya kamar tamu lah!" Haryan langsung menyerudukku untuk naik ke lantai dua.

Aku tertawa.

Make Myself Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang