40 - Emosi Baza

430 124 5
                                    

"Terus yang pacaran sama Baja sebenernya siapa?! Jangan-jangan, selama ini Aulia? Gila lo pada!" Haryan makin tenggelam dalam emosi, aku mencoba untuk menariknya duduk.

"Oh, itu gue. Bukan Aulia. Dia nggak sekolah. Gue sekolah. Dia urusan rumah, gue sekolah. Dah. Makanya gue nawarin, berapa banyak uang yang gue habisin selama gue manfaatin Baza?" tanya Aunia lagi. "Gue nggak bakal minta maaf karena ini nggak bakal dimaafin. Jadi yah, udah, sebutin."

"Nggak perlu," jawabku, "gue nggak mau terima uang hasil nipu orang juga."

"Gue nggak nipu orang! Gue udah nikah sama pengusaha kaya! Lo apa-apaan, sih? Lo denger dari mana? Dari Adista?"

"Ya."

Aunia memutar bola mata. "Jangan denger omongan orang kalau lo nggak denger dari sumber aslinya."

"Ya terus, KENAPA LO PERGI?!" Aku maju. Aku tak suka bila kini semua masalah itu terkuak kembali, walau aku mengharapkan jawaban sejak lama. Sebenarnya aku bingung dengan diriku sendiri.

Bingung dengan perasaanku.

Bingung juga dengan kemauanku.

Aku melanjutkan protes ini, "Gimana bisa gue tau apa penyebab lo ninggalin gue gitu aja tanpa pamit, tanpa tanya ke siapapun, tanpa tanya ke orang yang terkait, tanpa tanya ke orang yang jadi korban tipuan lo juga? GIMANA?!"

"Baja, Baja, Baja!" Haryan dan Tisya berdiri di hadapanku agar tak melakukan suatu tindakan kasar.

Aku kembali duduk dan diam saja.

"Kak Aunia memang pergi demi Faldy." Gantian Auria yang berbicara. "Dia memang gitu, kayak yang orang-orang bilang. Sekaligus balepan sama Aulia. Bukan cuman kalian yang ketipu, orang tuaku juga ketipu. Mereka ngabisin uang orang tua sampai aku berhenti sekolah."

"Nanti gue ganti," jawab Aunia, gampang.

Aku mendadak tak suka dengan gadis itu. "Mending kalian berdua, pergi aja. Aunia, bawa keluarga lo ke suami tercinta lo itu. Bahagia di sana, nggak usah ngusik gue lagi atau sok-sokan mau ngebahas masa lalu lagi. Gue benci keluarga kalian mulai sekarang! Gue nggak bakalan iba lagi. Makasih, udah jadi pelajaran buat gue dua tahun belakangan. Makasih, pergi sekarang!"

"Baja, maafin aku udah bikin kamu jadi kepikiran dia lagi. Jangan semarah itu, aku juga mau tau alasan Aulia meninggal. Jadi aku ke kamu dan berharap dapet informasi. Aku ragu mau nipu kayak gini sebenernya, tapi, pas aku liat Aunia sekarang udah sukses jadi istri orang kaya, aku nggak punya pilihan buat ikut jalan dia," jelas Auria dalam tarikan saudarinya.

"Ya, gue maafin lo dengan mudah segampang lo minta maaf, tapi lebih baik pergi sebelum gue banting lo berdua keluar!" tegasku sudah tak sanggup menahan emosi. Tak tahu suaraku setelah ini akan habis atau serak, tak peduli.

"Ja, sabar!" Haryan masih menahanku sementara Tisya panik masuk ke dalam, entah untuk apa.

Dia datang membawa koran. Ya ampun. "Baja sobek koran bekas ini aja, jangan banting atau hambur barang-barang lagi. Jangan pukul diri lagi."

"Jangan ngamuk lagi, tenang, ada kami di sini," tambah Haryan yang membuatku makin bersyukur memiliki sahabat sejak kecil sebaik mereka berdua.

"Ayo Auria!" Aunia menarik kembarannya itu keluar ketika setumpuk baju beserta koper sudah diletakkan ibu di sofa.

Tatapanku sesekali bertumpuk dengannya.

Sekali lagi, aku merasakah getaran berbeda dari dalam diri.

Make Myself Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang