Aku masuk ke kamar dan mengunci pintuku. Aku duduk di tepi kasur untuk berpikir sejenak mengenai kejanggalan minggu ini.
Aku mengingat Aunia lagi. Padahal, sebelum ini aku sudah hampir berhasil melupakannya. Aneh sekali.
Ketika aku kumat mengingat Aunia, biasanya tak separah ini. Aunia hanya muncul di pikiranku. Tidak di dunia nyata.
Mungkinkah itu ... arwah penasaran?
Masalahnya, hanya aku yang bisa melihat dan sangat yakin itu Aunia. Sampai-sampai aku bertindak untuk menghampirinya, melalui pandangan, gerakan, bahkan panggilan.
Atau memang pikiranku yang makin bermasalah sampai halusinasi segitunya?
Aku menjatuhkan tubuhku di atas kasur. Kembali lagi tenggelam dalam ovethinking ini.
Ponselku berdering tiba-tiba, membuatku berdiri dan meraihnya di nakas.
Pesan masuk ke ponselku melalui nomor baru yang belum pernah kusimpan sebelumnya. Nomor siapa?
Dama. Gue butuh bantuan.
Begitulah isi pesan tersebut.
Siapa yang mengirimkan pesan padaku di jam sembilan malam begini dengan nomor baru yang bertujuan minta bantuan pula? Fatal.
Tanpa ancang-ancang atau perkenalan pesan ini masuk, membuatku semakin heran.
Siapa?
Aku mengirimkan balasan singkat itu.
Namun, tiba-tiba ponselku berdering cukup lama lalu menjeda, berdering lagi, jeda lagi. Aku mengangkat ponselku dan menemukan panggilan masuk dari nomor tadi.
Kuletakkan kembali ponselku di atas kasur, berencana membiarkan panggilan itu berakhir dengan sendirinya.
Tapi, panggilan itu terjadi lagi.
Cukup berisik.
Aku pun menerima panggilan tersebut setelah panggilan ketiga yang kubiarkan saja, gemas sendiri. Takut, jika yang memanggilku ini adalah Haryan atau Tisya.
Begitu kuterima dan kuletakkan ponsel di sebelah telinga, tak kudengar apapun di seberang sana.
Aku menunggunya bersuara lebih dulu, tetapi sepertinya dia juga melakukan hal yang sama.
Definisi sama-sama bodoh.
"Halo?" tanyaku, to the point.
"Dama."
Suara Aunia.
Aku yakin itu suara Aunia!
"Aunia?" tebakku.
Panggilan terputus.
Kusadari, ada orang yang menjadikanku lelucon. Kuhubungi lagi nomor tadi, tetapi tak dijawab.
Dikiranya aku suka diajak bercanda.
Tidak lucu.
Kutelepon lagi nomor itu, sampai lebih dari tujuh kali, semuanya dibiarkan saja. Tatkala, aku ketik pesan untuk nomor itu:
Ini siapa? Mau apa?
Angkat telpon.
Hanya dibaca.
Ngajak berantem memang.
Kuketikkan sekali lagi pesan: Gk respon gue blok.
Hanya dibaca, lagi. Tak segan-segan aku memblokir nomor pengganggu ini.
Ada orang yang berniat menjadikanku lelucon melalui Aunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Myself Happy
Cerita Pendek[Sequel of Make You Happy] Baza berharap dapat melupakan Aunia dan melakukan segala hal yang membuatnya bahagia. Tetapi, bagaimana jika ternyata hal yang membuatnya bahagia tanpa mengingat beban adalah kehadiran Aunia? Di malam itu, Aunia datang den...