Sepulang dari kafe, aku mengajak Aunia untuk berkeliling lagi. Kali ini kami ke mall, hanya untuk berkeliling atau membeli makanan.
Sempat kuajak dia untuk menonton film di bioskop, tetapi dia tak mau. Malah lebih tertarik untuk berjalan-jalan saja. Aku iyakan dan kubelikan beberapa barang yang mencuri perhatiannya.
Aku tidak keberatan asal harganya tidak terlalu mahal.
Yah, sejak dulu aku terbiasa begitu dengan Aunia. Entah mengapa, kutahan diriku pun tidak bisa.
Kami berkeliling ke seluruh penjuru mall selama satu jam, sampai akhirnya gadis itu mengeluh ingin pulang.
Teman-temanku percaya itu Aunia, maka aku memperlakukannya seperti Aunia yang dulu.
Sebelum itu, Aunia mendudukkan dirinya di bangku peristirahatan mall dan mengeluh lelah berjalan.
"Aduh capek, udah-udah habis ini Dama. Kita pulang aja," katanya.
Aku duduk di sebelahnya. "Gitu aja capek, jalan dari kos ke rumahku nggak capek. Teror setiap hari sampai kukira kamu itu hantu pun nggak capek."
"Itu, kan, beda konteksnya. Kamu penting. Jalan-jalan ini kurang penting."
Aku penting, katanya.
"Tapi seneng nggak?" tanyaku.
"Ya jelas, sih." Gadis serba ungu itu berdiri. "Udah ah, ayo balik. Kangen Dzikav."
Aku mengernyitkan dahi. "Dzikav? Oh jadi selama ini Aunia Karlivasya ternyata sukanya sama Dzikavra Damagara? Ah, jadi selama ini Erbaza Damagara hanya sebuah jembatan? Mengesankan," kataku dengan yang dibuat bahasa dan nada yang dibuat dramatis.
Aunia menatapku dengan mata menyipit. "Eis, bukan gitu elah, maksudnya kangen aja gitu main seharian sama dia. Kan, seharian ini yang temenin aku ya dia."
"Oh, mulai ada benih cinta, nih?" Aku menyengir.
"Enggak gitu Dama. Kalau cinta ya tetap...."
"Apa?" Aku menaik-turunkan alis.
"Dah ah, mancingnya ketahuan banget. Pasti udah tau jawabannya." Gadis itu berbalik. "Ayo pulang! Dingin tau, ih."
Aku langsung menyampirkan jaketku di bahu Aunia. "Kodenya ketahuan. Pasti udah tau tindakannya. Dah, ayo jalan!" kataku sambil berjalan lebih dulu di depannya.
Sebelum melangkah, sempat kulihat Aunia tersenyum merekah. Tiba-tiba saja aku merasa tangan kiriku dingin karena digenggam Aunia.
"Mama kamu nyariin nggak ya?" tanyanya yang membuatku teringat sesuatu.
"Oh ya, belikan mama makanan dulu, atau apa gitu kek. Biar jadi bukti kita habis dari mall."
Ya, tentu saja untuk menghindari suudzon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Myself Happy
Short Story[Sequel of Make You Happy] Baza berharap dapat melupakan Aunia dan melakukan segala hal yang membuatnya bahagia. Tetapi, bagaimana jika ternyata hal yang membuatnya bahagia tanpa mengingat beban adalah kehadiran Aunia? Di malam itu, Aunia datang den...