17 - Debat Sahabat

420 127 8
                                    

Mobilku sampai di sebuah rumah indekos yang seketika membuatku kembali ke suasana saat bertemu Aunia pertama kali. Gadis itu sejak kembali ke Indonesia juga tetap menyewa indekos di rumah yang sama rupanya. Aku menunggunya berkemas di mobil, cukup lama. Setelahnya, kami pun kembali ke rumahku.

Semoga saja, teman-temanku yang terlalu heboh sudah pulang.

Mobilku kini terparkir di garasi. Aku segera keluar begitu juga dengan Aunia. Tak sadar sekelompok temanku yang sejak tadi menunggu kini berdiri di belakang mobil. Haryan menghampiriku lebih dulu dan terkejut melihat kehadiran Aunia yang masih bersamaku.

"Ngapain kalian balik lagi?" Haryan menggelengkan kepalanya. "Ampun, Ja, kenapa tiba-tiba gue punya dugaan kalau lo bakal ngajak Aunia nginap di rumah?"

Aku mengangguk saja. "Nggak salah." Aku menarik Aunia untuk masuk ke dalam rumah, meninggalkan ketiga temanku yang menganga kebingungan.

"Gila lo Ja!" teriak Tisya yang berlari, mengikuti kami di belakang. Kini, ia berjalan melampaui kami dan menghalangi pintu. "Gue curiga dia mau nyuri barang-barang lo malam ini!"

"Apa?" Aunia tersinggung dengan tuduhan Tisya.

Aku segera menahan Tisya agar tidak keterusan gemas dengan Aunia seperti ingin menjambaknya. "Tis, Tis, udah, nggak pa-pa. Aunia baik."

"Dari mana lo tahu dia baik?!" tukas Tisya menatapku tajam. "Nggak, nggak bener lo Ja. Jangan gini. Gue udah punya firasat yang buruk."

"Tisya udah, biarkan Baja tentukan keputusannya sendiri, dah, capek gue ngasih tau." Haryan kini berdiri di samping Tisya untuk menahannya juga. "Gimana kalau Aunia memang orang baik? Udahlah, nggak usah suudzon lagi."

Sedangkan, Adnira kulihat hanya terdiam di tempat, tak mampu mengatakan apa-apa lagi. Maafkan aku Adnira.

Tzaka yang menyaksikan itu hanya bersedekap. "Oh jadi gini toh ribetnya kalau udah terlibat percintaan masa SMA."

"SMK!" bantah Tisya yang langsung dirangkul Haryan.

"Astaghfirullah Tisya. Udah-udah eh emosinya." Haryan menarik Tisya. "Udah, ayo pulang, gue jalan paling belakang nanti untuk pastikan kalian aman sampai rumah."

Aku mengangguk. "Thanks Yan."

Haryan berdecak. "Lo Ja, awas aja kalau sampai gue denger berita nggak enak lagi dari lo berdua. Si Aunia ini hamil di luar nikah misalnya," ancamnya, ngawur betul.

"Enggak lah! Lo kira gue cowok apaan," bantahku.

Tiba-tiba mobil kedua orang tuaku sampai ke rumah, membuat semuanya menoleh ke arah sumber cahaya yang menyilaukan mata. Kulihat mata ibuku yang melotot dengan mulut menganga, tak kalah terkejut dengan teman-temanku.

Sepertinya, pembahasan Aunia ini akan terulang lagi.

"Gue nggak jadi balik Ja. Mau nontonin lo debat sama ortu," ujar Haryan dengan senyuman miringnya itu.

"Gue juga," tambah Tisya.

Make Myself Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang