"Asli, ngajak berantem." Aku meletakkan tasku yang berisi laptop di atas meja kelas menggunakan tangan kiri, sementara tangan kananku menggenggam ponsel.
Nomor baru masuk dan menghubungiku lagi. Lebih parahnya, aku ditelepon saat jam pembelajaran berlangsung.
"Siapa itu Ja?" tanya Aldo yang baru saja sampai di kelas dari lab komputer. Ia meletakkan tasnya di kursi. "Diangkat coba. Ganggu betul. Nyaris aja lo kena gasak Pak Irman."
Aku berdecak. "Udah gue angkat, tapi ditelepon lagi. Sampai gue matikan HP ini tadi."
Aldo menggelengkan kepala. "Pas diangkat, siapa pelakunya?"
Aku mengendikkan bahu, kesal. "Nggak tau. Hening. Sekali ada suara, manggilnya Dama."
"Orang main-main kali tuh," ujar Aldo kemudian duduk di kursi sebelahku. Ia membuka laptopnya yang tadi diletakkan di atas meja. "Iri sama lo yang makin maju kali."
"Hm?" Aku ikut duduk. "Maksud?"
"Heis ... semenjak Aunia pergi 'kan lo makin maju, toh. Lo sampai bisa buka usaha studio foto lo sendiri, alias sukses cepet usia muda."
"Suaranya mirip kayak Aunia."
"Suara cewek kayak dia gampang ditiru. Ah, itu pasti orang yang iri sama lo Ja, percaya sama gue. Dia sengaja teror lo lagi dengan gaya Aunia biar lo nggak fokus, terus stres lagi kayak dulu-dulu."
Aku mengernyitkan dahi bingung. "Kalau ada yang begitu, biar apa?"
"Ya biar lo jatoh lah."
"Nggak, bukan itu. Maksudnya, kenapa dia harus pake Aunia lagi buat teror gue?" tanyaku.
Aldo menghela napas. "Elah, Aunia kelemahan lo yang paling telak. Makanya, lo kudu B aja sama Aunia itu."
"Jadi? Gue dah blok nomor baru ini ketiga kalinya."
"Oh bagus dah. Tunggu aja."
"Tunggu apaan?"
"Tunggu teror berikutnya, kali."
Kutarik laptop Aldo dari hadapannya secara mendadak. "Do, lo ... dalang di balik ini semua 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Myself Happy
Nouvelles[Sequel of Make You Happy] Baza berharap dapat melupakan Aunia dan melakukan segala hal yang membuatnya bahagia. Tetapi, bagaimana jika ternyata hal yang membuatnya bahagia tanpa mengingat beban adalah kehadiran Aunia? Di malam itu, Aunia datang den...