Aku sampai di rumah, seorang diri, tak ada teman pun yang menemani. Aku merasa kasihan pada Aldo dan Raja yang tak bisa ikut kemari karena ada panggilan dadakan di ekskul mereka sepulang sekolah.
Seperti biasa, keadaan rumah ketika sore ya tentram. Tzaka di jam segini biasanya keluar rumah untuk bermain bersama tetangga, Dzikav menonton film bersama ibu, dan Aunia ... aku tak tahu.
Aku masuk ke dalam rumah, yang langsung disambut oleh ibu, membantuku membawa perlengkapan sekolah ke kamarku.
Kulihat, Aunia sedang duduk di sebelah Dzikav. Dia masih bersikap tidak peduli padaku. Aneh saja rasanya menerima kembali orang yang kau rindu, tetapi malah berubah 180 derajat ketika kau melakukan hal yang berbeda.
Mungkin dia terkesan menjaga jarak.
Yang jadi masalahnya adalah ketika kutatap, dia selalu mengalihkan pandangan. Seolah ada sesuatu yang salah.
"Aunia kenapa Ma?" tanyaku setelah ibu memberikan jaketku.
"Ini gantung aja di lemari depan kamarmu. Mandi ya cepat, terus, jangan lupa nanti tolong beliin mainan yang diminta Dzikav," kata ibuku.
Ah ya, aku menyebut 'Ibu' ketika bercerita ke orang lain walau sebenarnya aku memanggil 'Mama'.
"Ma?" panggilku, memastikan ibu mendengar ucapanku.
Ibu mengernyitkan dahi. "Dia nggak apa-apa. Memangnya kenapa?"
"Dia diamin Dama seharian."
"Ah masa? Kamunya aja kali yang enggak ngajak dia ngomong." Ibu mencengkram bahuku. "Udah, sana, mandi!"
"Dama ajak Aunia ikut beliin mainan Dzikav boleh?"
Ibu tersenyum miring. "Mau ajak Dzikav atau Aunia?"
"Dua-duanya?"
"Nggak. Satu aja."
Ah, ibu, memilih dua orang penting itu sulit.
"Dama ajak Dzikav aja kalau gitu," jawabku, "tapi habis ajak Dzikav, Dama balik terus ajak Aunia. Gimana?"
Ibu tertawa. "Emang apa yang mau dibicarain sama Aunia? Di rumah aja, kan, bisa."
"Pengin aja jalan."
"DZIKAV!" teriak ibu dari lantai dua, mengharap sahutan adikku di lantai satu.
"IYA!"
Wah dengar juga dia.
"Ikut Kak Dama beli mainan, mau?"
"ENGGAK! MAU NONTON ADIT DAN SOPO JARWO AJA!"
Pintar. Aku tersenyum semringah menatap ibuku lalu menaik-turunkan alis.
"Awas aja kalau kamu macem-macem sama Aunia. Kirim foto nanti pas di tempat apa gitu, tiap tiga puluh menit," kata ibu sambil melangkah turun. "Emang mau ke mana, sih?"
"Kafe deket kos-kosan Aunia ma, yang pernah Dama bilang."
"Oh ya udah, PAP aja nanti."
Ibuku memang tipikal orang pemikir yang mudah khawatir. Jadi lebih baik, iyakan saja.
"Oke ma."
"Aunia nanti ikut Dama beliin mainan Dzikav ya!" sahutan Ibuku terdengar dari lantai dua ini. Beliau sudah di bawah dan suaranya selalu terdengar. "DAMA! SIAP-SIAP SUDAH!"
"Eh iya Ma!" Ampun dah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Myself Happy
Cerita Pendek[Sequel of Make You Happy] Baza berharap dapat melupakan Aunia dan melakukan segala hal yang membuatnya bahagia. Tetapi, bagaimana jika ternyata hal yang membuatnya bahagia tanpa mengingat beban adalah kehadiran Aunia? Di malam itu, Aunia datang den...