"Kenapa diam terus, sih, Au?" tanyaku ketika motorku sampai di sebuah toko mainan favorit Dzikav.
Aunia turun dari motor dengan mulut tertutup sambil mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Marah ya?"
Baza pintar.
Sudah jelas Aunia marah, masih aja bertanya.
Aunia menghela napas kasar. "Dah, sana beli mainannya biar kita cepat pulang."
"Baru jam lima. Gue ... eh, aku mau ajak kamu ke kafe dekat kosan kamu yang dulu."
"Biar?"
"Aku ada janji sama temen untuk kumpul di sana," jawabku, "mereka nggak percaya kamu masih hidup. Pengin ketemu juga. Si Aldo sama si Raja, ingat nggak? Mereka sekelas sama kamu dari kelas sepuluh."
Aunia akhirnya mau menatapku. Dia menautkan alis lalu terdiam. "Yang mana itu? Nggak ingat."
Aku menghela napas. "Ya sudah, nanti aja kamu liat. Aku masuk dulu."
Aku masuk ke dalam toko mainan, menyapa sang pemilik yang sudah lama kukenal, lalu menunjukkan mainan yang adikku pinta. Cukup mudah menemukan mainan Dzikav karena seleranya tak berbeda jauh dengan Tzaka. Aku sudah sangat-sangat-sangat berpengalaman mencarikan mainan mereka.
Aku keluar dari toko setelah membayar dan menemukan Aunia yang berdiri membelakangi toko.
"Natap apa Au?"
"Dulu Aulia pernah paksa aku untuk berteman sama pemilik rumah itu." Aunia menunjuk ke arah rumah bernuansa ungu di pinggir jalan.
Itu rumah Adista yang dulu pernah menghampiriku dan membahas tentang Aunia.
"Aku udah denger dari Adista langsung. Memang kenapa?" Aku mau memastikan tujuan Aunia sekarang apa.
Dia menjawab tergesa, "Dia bilang apa aja tentang Au ... eh, aku. Maksudnya, dia bilang apa aja tentang aku?"
"Dia lebih bahas tentang hubungan kamu sama Faldy," jawabku jujur.
"Koreksi, hubungan Aulia sama Faldy."
"Iya, itu maksudnya. Memang kenapa? Ada apa? Ada sesuatu yang pengin kamu koreksi lagi?" tanyaku.
"Ayo kita ke kafe yang kamu bilang!" ajak Aunia tiba-tiba, sudah naik ke motorku saja.
"Ingat nama kafenya? Itu kafe yang sering banget kita datangin."
"Enggak ingat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Make Myself Happy
Short Story[Sequel of Make You Happy] Baza berharap dapat melupakan Aunia dan melakukan segala hal yang membuatnya bahagia. Tetapi, bagaimana jika ternyata hal yang membuatnya bahagia tanpa mengingat beban adalah kehadiran Aunia? Di malam itu, Aunia datang den...