29 - Bangun dan Analisa!

344 117 5
                                    

Ponselku berbunyi ketika aku sedang tertidur pulas. Sempat kubiarkan, tapi seiring bunyi yang tak kunjung berhenti, aku mengambil ponselku di nakas dan menerima panggilan itu.

Siapa juga yang menelepon di malam seperti ini? Menyebalkan.

"Sampai lo jatoh cintrong lagi, gue hantam!" tegas Haryan dari seberang sana. "Gue nggak segan-segan amukin siapapun yang lewat depan rumah!"

Ah, Haryan si overthinker.

Aku tak paham pembahasan anak ini ke mana. Nyawaku juga rasanya belum terkumpul. Bagaimana tidak? Anak itu tiba-tiba meneleponku di tengah malam yang damai seperti sekarang. Memaksaku untuk bangun cepat dan melihat keadaan rumah. Ada-ada saja. Kali ini langsung ke inti, tanpa basa-basi lagi.

Aku juga ditegaskan untuk tidak jatuh cinta lagi.

Apa maksudnya?

Aku bangkit dari posisi tidurku. "Hm, apaan, sih, Yan? Telepon jam segini. Gue ngantuk mau tidur. Lo mabuk? Kok ngelantur?"

"Etdah lo yang ngelantur dari tadi, Bisa-bisa gue dikiran mabuk!" bentak Haryan makin geram denganku sepertinya. "Cek CCTV cepat! Lo jangan lupa rencana, bege. Udah dihasut lo ya sama Aunia?"

"Buat apa cek CCTV?" Aku kembali berbaring dan menarik selimut. "Nggak ada maling juga."

"Justru itu! Itu, tuh! Itu!"

"Hah?"

Aduh, susah sekali rasanya mengakhiri pembicaraan dengan Haryan ini. Tahu begitu, saat mendengar panggilannya tadi lebih baik kumatikan saja ponselku.

"Heh! Aunia itu sebatang kara. Lo nggak ada pikiran negatif soal dia yang bakal nyuri barang-barang di rumah lo apa?" Ucapan Haryan itu membuat mataku terbuka lagi. "Gue punya dugaan lain, nih, soal dia. Kalau dia memang Aunia dan perkataannya benar. Gimana kalau dia kembali ke lo buat nyerap semua harta lo lagi? Terus berencana balik ke Faldy dengan alasan dia punya kembaran yang namanya Aulia yang buang dia. Gimana kalau ternyata Aunia itu cuma satu orang? Gimana kalau ternyata dia balik ke sini cuma untuk meras dan rampas semua harta lo doang? Gimana—"

"Iya-iya. Ssst! Udah." Aku bangkit dari kasur seraya menguap. Kuraih laptopku di meja dan mengakses rekaman CCTV di rumah.

"Lo harus sadar sampai misi kita buat pastikan itu Aunia memang kembali karena lo itu benar!" tegas Haryan lagi yang entah mengapa membuatku muak.

"Gue nggak mau ya Ja, kalau sampai lo potek lagi dan lebih parah dari yang kemarin-kemarin! Masih mending yang kemarin itu cuman gejala depresi. Gimana kalau rasa patah ati kali ini lebih parah sampai lo gila? Bukannya nggak nge-ship lo sama Aunia. Tapi gue nggak mau temen gue gila! Depresi aja ngeri, apalagi gila!"

Ah, Haryan, meskipun menyebalkan dan terlalu berpikir negatif, dia tetaplah sahabat terbaik.

Kulihat rekaman CCTV, tak ada orang pun yang lewat di sekeliling rumah. Kamera CCTV terletak di dapur, depan kamar mandi, ruang tamu, depan jejeran kamar, depan balkon, dan yang menghadap pintu rumah. Semuanya kosong.

"Lapor komandan, semua aman," kataku pada ponsel.

Kecuali....

Aku langsung mematikan panggilan Haryan dan membiarkan laptopku sementara di atas meja belajar. Aku mengacak rambut dan bersikap seolah aku baru saja bangun tidur. Yah, memang baru bangun.

Aku membuka pintu dan melangkah keluar. Kualihkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan rumah yang gelap. Hanya ada satu lampu yang menyala, yaitu di ruang tengah lantai satu.

Aku mendengar suara percikan air dari  dalam dapur yang menandakan bahwa ada seseorang yang menggunakan toilet.

Biasanya kalau di film horror pada adegan ini akan menjadi adegan yang bagus untuk PHP jumpscare. Tapi aku berharap, semoga tidak begitu.

Di rumahku, toilet dan kamar mandi semuanya terletak di lantai satu. Di setiap kamar tak ada yang namanya kamar mandi pribadi. Itu hanya ada di rumah Haryan.

Aku tak terlalu heran jika ada orang di tengah malam yang sedang berada di toilet. Kalau bukan ibu, biasanya itu ayah.

Kalau Tzaka atau Dzikav, pasti selalu berisik. Satu rumah dibangunkan semua karena takut ke lantai satu di tengah malam, katanya.

Langkahku sampai di dapur bertepatan dengan Aunia yang baru saja keluar dari ...

kamar mandi?!

"Eh Dama." Aunia mengusap wajahnya lalu menghentakkan kaki di lap. "Tumben bangun tengah malam."

"Kamu ngapain tengah malam begini keluar dari kamar mandi?" tanyaku yang tak kalah terkejut.

Aunia melewatiku, ingin kembali ke kamarnya. "Tadi wudu, mau salat tahajud. Aku ke atas duluan ya."

Widih.

Sontak kedua alisku terangkat melihat kepergiannya. Ada yang mengganjal.

Make Myself Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang