44 - Taktik Baja

464 116 17
                                    

Jantungku makin berdegup tak stabil. Bukan karena bingung juga, tetapi karena hal lainnya.

"Baza?"

Aku menghela napas dan menatap Aunia dalam. Apakah baik jika kuterima lagi Aunia ini?

Apakah baik jika aku membiarkannya pergi? Sejak lama, aku memang menginginkan Aunia kembali. Tapi tak seperti ini. Aku ingin dia kembali sebagai Aunia yang kukenal dulu.

"Enggak," jawabku cepat, bahkan bisa dibilang terlalu tiba-tiba, "gue udah putuskan, enggak. Gue terlalu bodoh kalau balik sama lo lagi. Mending, udah."

Aunia menghela napas gusar sambil merapikan rambutnya yang tergerai. "Gue bakal bunuh diri kalau gitu."

Aku gemas dengan Aunia kali ini. Kutegaskan, dia bukan lagi Aunia yang dulu kukenal. Lingkungan sepertinya membuat dia berubah.

"Dengerin, lo udah nemu jodoh Au. Udah lebih bagus. Lo udah gapai apa yang lo mau, kan? Buat apa balik lagi? Buat apa coba? Udah, terima aja takdir lo sekarang. Ngapain harus bunuh diri? Lo jangan bodoh kayak kembaran lo sendiri," jelasku.

Aunia tak mau mendengarkannya, seolah dia lebih tahu apa yang akan terjadi nanti. Dia menggeleng dan menutup telinganya sambil menangis.

"Lo nikah sama siapa memangnya? Om-om?" tanyaku, langsung tanpa disaring.

Dengan menggigit bibir dia menjawab, "Iya, umurnya tiga puluhan, tapi ya yang kayak lo bilang. Gue nggak cinta."

"Gue turut prihatin," tandasku lalu buru-buru berbalik ke pintu rumah Haryan.

Saat langkahku sampai tepat di depan pintu, teriakan Aunia terdengar, "BAJA GUE MAU MATI!"

Aku menggelengkan kepala. Mengetuk cepat pintu Haryan agar dibukanya. Teriakan Aunia makin menjadi, mengulang terus kalimat yang sama. Dia menangis sampai berteriak keras, mengharuskan Auria menghampirinya dan memeluknya untuk memberikan kekuatan.

"BAJA JANGAN TINGGALIN GUE!" Aunia memukul-mukul tanah di hadapannya sampai menimbulkan bunyi nyaring.

Pintu terbuka, menghadirkan Haryan dengan tatapan tercengangnya. Sorotan itu seperti tak percaya dengan sikapku sekarang.

"Biarin gue masuk," kataku.

"Baja, jangan tinggalin gue!" teriakan serak Aunia itu membuatku ingin menerobos Haryan begitu saja untuk masuk.

"Nggak, ini bukan lo Ja." Haryan menghalangiku.

Kulihat Aunia berdiri. "Baja!" panggilnya nyaring terisak-isak.

"Buka dan biarin gue masuk atau lo mau gue banting?" ancamku ke Haryan.

"Banting aja."

Aduh Haryan malah mempersulit keadaan. Dia tahu aku takkan mungkin membantingnya. Sebagai sahabat, aku selalu berjanji untuk menjadi bajanya Haryan dan Tisya, karena aku yang paling mengusai ilmu beladiri di antara mereka.

"Yan!" tegasku.

"Dia bakal bunuh diri beneran kalau lo begini!" balas Haryan menunjuk wajahku. "Oh atau, lo nanti yang bunuh diri? Nggak ada yang tau."

Kurasakan kakiku telah dipeluk oleh Aunia. Benar saja, aku menunduk dan kudapati perempuan yang sudah lupa diri.

"Jangan tinggalin gue, Baja," katanya lemah sambil menyandarkan kepalanya di lututku.

Aku lumayan sedih mendengar nada bicaranya. Sayang sekali dia baru menyadari sekarang. Seandainya dia dulu menerimaku apa adanya, ya, mungkin tak harus seperti ini.

Make Myself Happy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang