44🔸

2.3K 261 8
                                    

Perjalanan mereka ternyata membawa ke sebuah desa yang damai, dimana di setiap mata memandang Xiang Fei akan menemukan pohon-pohon berjajar.

Mereka berhenti pada sebuah pemukiman dimana orang-orang langsung menyambut kedatangan mereka dengan suka cita. Setelah Xiang Fei menyadari ternyata desa itu pernah ia jumpai saat perang penaklukan.

"Yang mulia! Saya senang melihat anda sehat!" Seorang wanita yang membawa balita diperlukan nya mendekat.

"Yang mulia ayo masuk ke dalam ... Anda pasti lelah setelah melakukan perjalanan jauh." Wanita itu mengajak Xiang Fei masuk kedalam rumah mereka. Xiang Fei benar-benar disambut dengan ramah oleh warga desa.

Mungkinkah orang-orang ini belum mendengar tentang dirinya?

"Apa kau belum mendengar kabar itu?" Tanya Xiang Fei tiba-tiba, wanita yang tengah menyeduh teh itu terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum lebar.

"Kami semua percaya pada anda yang mulia." Jawabannya sungguh-sungguh. Wanita itu menyentuh tangan Xiang Fei yang dingin seolah-olah tengah menyalurkan kehangatan untuk bertahan. "Anda adalah orang baik, meski kita tidak bisa menilai. Namun, jika anda jahat maka orang-orang diluar sana lebih buruk dari iblis."

Xiang Fei merasa sesak. "Kalian akan kesulitan jika Kaisar mengetahui ini."

Wanita itu tertawa, "Sebelum ini bahkan kami pernah hampir menjadi desa hantu jika yang mulia tidak datang dan membantu kami. Pemerintah tidak membuat hidup kami sejahtera."

"Sekarang kami juga memiliki tabib-tabib terbaik, jadi yang mulia tidak akan terepotkan oleh masalah wanita melahirkan."

"Yang mulia ini putra hamba, namanya Han xin. Dulu saya dengan kurang ajar meminta anda untuk menamainya." Wanita itu berujar malu saat menunjukkan anak nya yang kini berusia satu setengah tahun.

Xiang Fei menjulurkan tangan nya, mengambil balita gemuk itu dari ibu nya.

"Namamu?" Tanya Xiang Fei pada wanita itu.

Untuk sedetik ia sangat terkejut karena sang permaisuri ingin mengetahui nama nya.

"Nama saya Huanran yang mulia."

Xiang Fei beberapa kali menggumamkan nama itu. Ia bermain-main dengan balita kecil yang terlihat sangat gembira hanya karena Xiang Fei menyentuh pipi nya.

"Yang mulia jika ada yang anda inginkan katakan saja pada kami. Kami akan membuat anda senyaman mungkin."

Xiang Fei menggeleng. "Seperti ini saja sudah cukup baik. Terimakasih."

.....

Choi Nam bersama dengan Ranyu dan Fuyi kini tengah sibuk menyikat kuda, para penduduk lain sesekali menghampiri mereka. Senang mendapati tamu yang ramah.

"Menurutmu apakah nona gula senang berada disini?"

"Aku pernah dengar jika nona gula bercita-cita ingin hidup sebagai gadis biasa, disebuah desa kecil sambil bertani ... Kupikir ini sudah sangat sempurna." Sahut Choi Nam. Pemuda itu terus teringat dengan kata-kata dayang di panti asuhan mereka dulu, tentang cita-cita sederhana yang dimiliki oleh seorang Putri kekaisaran.

Para dayang pengurus sangat mencintai Xiang Fei, mereka akan menceritakan semua tentang dirinya. Mengatakan tentang mimpi yang tak bisa diraih oleh sang Putri sambil menangis.

"Aku baru dengar seorang penguasa berniat menjadi orang biasa." Ranyu berkomentar.

"Terkadang nona gula memiliki sisi unik tersendiri." Kini Fuyi yang sejak tadi hanya mengasah pedang ikut bergabung dalam pembicaraan.

"Kau tahu aku tidak menyangka akan semudah ini keluar dari kekaisaran. Aku kira kita akan berhasil keluar dengan setengah sekarat." Kata Ranyu yang sebelumnya telah mempersiapkan obat-obatan.

Suara Choi Nam terdengar dari balik tubuh kuda. "Jendral Liqin tidak terima dengan kejadian itu, tentu saja semua anak buah nya yang menyukai Permaisuri membiarkan nya pergi dari tempat menjijikan itu."

"Kau ingat bagaimana para kasim yang menjaga gerbang pergi begitu saja? Mereka benar-benar setuju dengan rencana ini." Kata Fuyi.

"Kau tahu kaki tangan Menteri Qie? Kulihat mata-mata nya diantara kasim itu habis babak belur di pos."

"Seharusnya saat itu kau menyetujui perkataanku untuk menghabisi semua selir. Dan lihat mereka semua berpesta setelah kepergian nona gula." Ranyu sangat dendam dengan keberadaan selir-selir Kaisar yang tidak tahu malu.

Fuyi menusuk tanah dengan pedang yang baru ia bersihkan. "Jangan ingatkan aku dengan itu, mengingat bagaimana orangtua salah satu jalang itu membuatku ingin menggilas kepala nya. Serigala berbulu domba itu adalah mereka semua...!"

Ketiga orang itu terlihat sibuk sendiri dengan kemarahan mereka semua sampai tidak menyadari kejadian menghebohkan setelah kepergian mereka.

Di pagi hari penjaga sipir seolah-olah panik ketika melihat penjara yang kosong. Pada hal ia baru melaporkan nya setelah memastikan jika Permaisuri sudah pergi jauh. Ia tahu jika Permaisuri akan dibawa pergi oleh seseorang karena itu ia membiarkan sel nya tidak terkunci.

Kasim-kasim yang malam sebelum nya mengatakan jika mereka mabuk jadi tidak menyadari kepergian Permaisuri.

Jendral Liqin tidak berekspresi dan melihat akting semua orang dengan perasaan bangga. Ingatkan aku memberikan mereka libur pekan nanti.

Penasehat Liu tidak terlihat semenjak pagi, sosok nya menghilang dan sibuk dengan urusan nya. Mungkin mereka semua tahu penyebab nya, dia takut akan memukul wajah Kaisar jika melihat.

Kaisar yang belum pulih dari insiden itu mendengar semua laporan ini makin membuat kondisi nya memburuk.

'Ya mati saja sekalian.' pikir hamba sahaya Xiang Fei yang berlutut di balairung.

"Kemana kepala dayang yang bertugas di kediaman Phoenix?" Suara Kaisar terdengar kencang.

Semua orang diam.

Dayang Fan ikut bersama permaisuri dalam pelarian, semua orang yang pro Permaisuri mengetahuinya tetapi memilih diam.

"CARI PERMAISURI KESELURUH NEGERI!"

"Untuk apa kau mencari nya? Mengembalikan nya ke penjara lembab itu?" Jendral Liqin menyela ia yang dari awal tidak setuju dengan yang dilakukan Kaisar, sama sekali tidak menutup-nutupi ketidaksukaan nya.

"Kau tahu dimana Xiang Fei berada sekarangkan?!"

Jendral liqin berdecak.
"Aku senang jika dia pergi darimu, bahkan jika aku tahu aku lebih suka kau menderita karena kehilangan dia." Balas Jendral Liqin.

Ia menatap dingin kearah wanita yang sibuk menempel pada Kaisar seperti lintah. Kedua mata mereka bertatapan tapi selir Qiqi mengalihkan wajah nya gusar.

"Bagaimana bisa permaisuri kalah dengan pelacur ini." Gumam nya dapat terdengar oleh Kaisar dan selir Qiqi. Meski begitu kaisar tak melakukan apapun pada sahabatnya.

Empress Xiang FeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang